Kisah Pembunuh di Cianjur yang Merasa Resah dan Dihantui Selama 4 Tahun dalam Pelarian
Mimit bahkan hampir menangis ketika Kapolres Cianjur AKBP Juang Andi Priyanto menanyakan alasan membunuh temannya sendiri.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Mitrayana alias Mimit (26) tersangka pembunuh Sarwo Nandang bin Karnaen hanya bisa tertunduk lesu di depan Kapolres Cianjur AKBP Juang Andi Priyanto.
Mimit bahkan hampir menangis ketika Kapolres Cianjur AKBP Juang Andi Priyanto menanyakan alasan membunuh temannya sendiri.
"Saya menyesal pak, saya meminta maaf kepada keluarga korban, terus terang selama pelarian saya resah dan bimbang," ujarnya dengan wajah berkaca-kaca di Mapolresta Cianjur.
Tim forensik bahkan butuh waktu seminggu untuk memastikan bahwa jenazah tersebut adalah Sarwo Nandang.
Jenazah Sarwo susah dikenali karena dia mendapat luka parah di bagian kepala, luka tusukan di bagian dada dan perut, serta kaki yang nyaris putus.
Mimit mengatakan, ia terus dihantui rasa bersalah selama pelarian empat tahun di tempat berbeda-beda.
Mimit sempat pergi ke pulau Sumatera dan bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit.
"Selama di sana pun saya terus bimbang, dan badan ini rasanya lemas jika teringat kejadian tersebut," kata Mimit.
Untuk menghilangkan ingatan mengenai kejadian, Mimit pun berpindah kerja ke Jawa Tengah.
Namun bayang-bayang korban terus menghantuinya.
Ia pun merasa tambah bersalah kepada istrinya dengan menyembunyikan rahasia bahwa ia ikut andil dalam kasus pembunuhan.
"Istri tidak tahu kalau saya membunuh," katanya.
Mimit mengaku ia memukul korban di bagian dada lalu mendorong dan ikut menendang setelah korban terjatuh.
"Saya pukul dadanya lalu saya dorong," katanya.