Petunjuk Gaib di Balik Penemuan Mayat Siswa SD di Banjarnegara, Suara Anak Kecil dan Bau Busuk
Ada petunjuk gaub saat proses pencarian mayat di Banjarnegara. Di tengah keheningan kebun milik tersangka, suara bocah terdengar memanggil.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Kasus dugaan pembunuhan terhadap siswa SDN Prigi 2 Kecamatan Sigaluh Banjarnegara, Ma'ruf (13), mencuri perhatian banyak pihak.
Korban ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di kebun milik keluarga KR yang kini ditetapkan sebagai tersangka.
Ternyata, untuk menemukan keberadaan korban tidaklah gampang.
Meski hanya ditimbun sampah, keberadaan korban nyaris tak meninggalkan jejak.
Jumat sore (31/1/2020), langit desa mulai petang.
Tetapi Ma'ruf yang konon tengah berburu durian di kebun belum juga pulang.
Memungut buah durian yang jatuh di kebun orang bukan pelanggaran di desa ini.
Buah yang telah jatuh di tanah, adalah keberuntungan bagi siapapun yang menemukannya.
Anak itu memang sering pergi bermain keluar. Tetapi ia akan pulang sebelum gelap.
Karenanya, rasa cemas melanda keluarga.
Apalagi tidak diketahui anak itu pergi dengan siapa.
Meski diketahui, Ma'ruf sempat bertemu dengan KR, tetangganya. Tetapi setelahnya, tidak ada yang tahu.
Ini yang membuat KR mudah mengelak ketika ditanya.
"Anak itu suka main. Tapi kalau sore pulang. Nah ini sampai malam gak pulang,"kata Nijo, tetangga korban dan pelaku KR
Semakin lama tak ada kabar, rasa cemas itu kian besar.
Warga lantas ramai-ramai mencari korban.
Mereka fokus menyisir kebun-kebun di desa yang mungkin dilintasi korban.
Baca: Karena Antibodi Bagus, 1.540 Orang Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona, Tapi Bisa Kambuh Lagi
Baca: Mengaku Viralkan Ulah WO Bodong Pandamanda, MC Ini Menenangkan Calon Pengantin, Kalian Harus Senyum
Kebun milik keluarga KR pun tak luput dari pencarian warga.
Di kebun itu, ada banyak tanaman ketela pohon.
Kebun itu juga dihuni kawanan lebah yang sengaja dipelihara KR untuk diambil madunya.
Berhari-hari dicari, korban tak juga ditemukan.
Pada pencarian di hari keempat, sebuah tim beranggotakan sekitar 10 orang mencari di kebun keluarga KR.
Kebun itu pun sudah sering diinjak warga yang mencari keberadaan korban.
Tetapi suasana sore itu terasa beda dari biasanya. Hari beranjak gelap.
Sepi kian menyergap.
Namun tim belum menghentikan pencarian.
Hingga keadaan mencekam yang memaksa mereka pulang.
Di tengah keheningan kebun milik tersangka, suara bocah terdengar memanggil.
Entah darimana suara itu lahir.
Entah nyata, atau imajinasi.
Yang pasti, keadaan itu membuat mereka ciut nyali.
Ditambah ada bau yang mulai menyebar. Kelompok itu pun akhirnya bubar.
"Takut terus pada pulang,"katanya.
Fenomena janggal itu ternyata tak membuat tim lain urung melanjutkan pencarian.
Nijo justru menilai ada petunjuk di balik kejadian itu.
Ihwal suara gaib boleh saja diabaikan.
Tetapi bau yang tercium bisa jadi petanda, ada tubuh yang membusuk di sana.
Karenanya, Nijo bersama timnya memutuskan melanjutkan pencarian meski telah malam.
Langkah mereka langsung menuju kebun keluarga KR, tempat kejadian janggal itu bermula.
Tetapi kali ini mereka berbekal gaman (senjata).
Senjata itu akan dipakai untuk mengorek tanah, atau menyingkirkan sampah yang dicurigai muasal bau.
Ketika ada tanah lembek terinjak, di sana mereka menggali.
Barangkali, ada sesuatu di balik tanah itu.
Pun ketika ada sampah berserak, mereka menyingkirkannya. Siapa tahu, ada yang tertutupi di sana.
Hingga sekitar sejam mencari, saat letih dan mulai frustasi, Giyo, seorang anggota tim menemukan sepasang sandal yang tertutup rerumputan.
Ia spontan mengangkat sandal itu, namun seketika ditegur teman-temannya yang lain.
Sentuhan tangannya dikhawatirkan meninggalkan sidik jari.
Pria itu pun ketakutan, hingga melepas sandal itu kembali.
Lalu meminta teman-temannya jadi saksi, jika dia nanti dicecar polisi.
"Benar-benar takut itu, terus dilepas lagi sandalnya,"katanya
Temuan sepasang sandal itu semakin menguatkan kecurigaan mereka terkait jejak korban di lokasi itu.
Hingga beberapa saat kemudian, mereka menemukan sesuatu mencurigakan.
Di antara deretan tanaman singkong di pematang, ada satu tanaman yang tercerabut hingga lahan itu terlihat bersela.
Di situ ada timbunan sampah dan dedaunan kering.
Tidak jauh darinya ada sarang lebah madu yang dipelihara KR.
Limbah kulit durian dan beberapa butir biji ditemukan berserak di tempat itu.
Mereka menyingkap timbunan sampah itu, hingga terlihat lengan korban.
Saat itu, mereka berani memastikannya adalah sesosok mayat.
Tetapi tim itu tak berani mengangkat korban.
Mereka sangat hati-hati karena siapa tahu itu hasil tindak kriminal.
Warga hanya menjaga tempat keberadaan korban, sembari menunggu polisi datang.
"Cuma ditungguin, gak berani ngangkat. Polisi datang setengah jam kemudian,"katanya
Nijo pun heran, korban ditemukan di tempat itu.
Padahal lahan sudah lebih dari sepuluh kali dijamah tim saat pencarian mulai hari pertama.
Bahkan, ada anggota tim yang mengaku sempat duduk rehat di sisi tempat korban ditemukan semasa pencarian.
Jika saja tidak ada petunjuk dari bau busuk, bisa jadi jasad korban belum ditemukan.
Setengah jam kemudian, polisi datang untuk mengevakuasi korban.
Nijo pun mengaku sempat mengirim gambar penemuan korban ke KR yang pergi dari rumah usai kejadian.
Tetapi saat itu ia tak memasang curiga.
Ia justru meminta KR pulang untuk menepis kecurigaan warga.
Sebab penemuan itu berada di kebun keluarganya.
Dia pula yang diketahui terakhir sempat bertemu korban.
KR akhirnya pulang, beberapa jam sebelum jenazah datang dari RSUD Margono Purwokerto.
Ia pun ikut mendekat bersama warga lain, saat jenazah tiba di rumah duka.
"Dia takutnya dituduh karena korban ditemukan di kebunnya. Saya juga gak curiga saat itu, "katanya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunbanyumas.com dengan judul Kisah di Balik Penemuan Korban Pembunuhan di Sigaluh: Saat Tim Putus Asa, Terdengar Suara Memanggil