Beda Gaya Muhadjir Effendy, Jokowi, dan Pemkot Bogor Dalam Merayakan Hari Pers Nasional
Perayaan ini dirayakan secara beragam, baik oleh tokoh negara maupuan instasi pemerintah.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR – Pada tanggal 9 Februari 2020, seluruh elemen masyarakat merayakan Hari Pers Nasional. Perayaan ini dirayakan secara beragam, baik oleh tokoh negara maupuan instasi pemerintah.
Misalnya saja seperti yang dilakukan Menko PMK Muhadjir Effendy. Menurutnya perayaan ini tak hanya sekadar menjadi penanda kebebasan pers semata, tetapi menjadi pengingat masih banyak PR yang harus dilakukan, terutama soal pemberatasan berita hoax.
Ia mengingatkan pentingnya peran media massa dalam melawan penyebaran informasi bohong atau hoaks. Selain itu, menurutnya pekerja media harus selalu patuh kepada kode etik jurnalistik.
Muhadjir mengatakan, pers memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan arah kebudayaan. Pers bisa membuat budaya semakin maju atau bisa pula sebaliknya. Contoh kemunduran budaya, kata dia, adalah maraknya penyebaran informasi bohong ke khalayak.
"Budaya itu (penyebaran informasi bohong) kan lahir dari akal dan pikiran manusia. Ketika diekspresikan dan diadopsi oleh orang lain tidak mentah aja. Itu namanya dialetika yang melahirkan kebudayaan. Tidak ujug-ujug ada," kata Muhadjir dikutip dari siaran pers, Minggu (9/2/2020).
Berbeda dengan Menko PMK Muhadjir Effendy, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo merayakan Hari Pers Nasional tahun ini dengan menghadiri rangkaian acara Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di halaman Pemprov Kalimantan Selatan, kota Banjar Baru, Kalsel, Sabtu (8/2/2020).
Jokowi mengaku selalu berusaha menghadiri hajatan rutin tahunan insan pers ini.
"Selama jadi presiden sekali saya tidak hadir di HPN, tapi saya kapok, sekarang saya usahakan hadir, ini mau ke Canberra, Australia, saya belokan ke sini dulu. Karena insan pers adalah sahabat saya," kata Jokowi.
Jokowi pun menjelaskan alasan dirinya kapok absen di acara HPN. Menurut dia, insan pers selalu menemani kemanapun dirinya pergi. Bahkan, para menteri belum tentu selalu mengikuti kemana dirinya pergi. Meski pers tetap kritis terhadap dirinya, namun Jokowi mengaku tidak pernah membenci pers.
"Bagi saya insan pers bukan benci tapi rindu tetapi, selalu di hati dan selalu rindu. Selama lima tahun pertama menjabat hingga kini, pers tetap mengkritik, baik kritik yang pedas kurang pedas dan biasa saja. Termasuk saat memberitakan Pemilu 2019 pemilihan umum terbesar dan terumit di dunia. Tahun ini akan ada Pilkada di 270 daerah, saya berharap dukungan pers lebih maksimal," tuturnya.
Lain halnya dengan instasi pemerintahan seperti pemerintahan kota Bogor. Perayaan Hari Pers Nasional kali ini berdekatan dengan perayaan Bogor Street Festival CGM 2020 yang berlangsung tertib dan meriah.
Dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, perayaan ini tentu tak akan ramai dikunjungi banyak orang tanpa adanya kehadiran wartawan yang selalu memberitakan kemeriahan Bogor Street Festival CGM setiap tahunnya.
“Maka dari itu, kami berterima kasih kepada seluruh wartawan yang telah hadir di perayaan ini. Tanpa kehadiran mereka tentu kemeriahan perayaan ini tak akan diketahui banyak orang. Bertepatan dengan Hari Pers Nasional, kami juga mengucapkan selamat Hari Pers Nasional dan para wartawan harus terus tetap semangat memberitakan berita positif ke seluruh masyarkat Indonesia,” ujar salah staf Pemkot Bogor.(*)