Dalam Sepekan, 14 Ekor Babi dalam Satu Kandang Milik Peternak Ini Mati
Yang mati awalnya satu ekor induk babi yang punya anak 14 ekor itu, ciri-cirinya tidak mau makan, badannya panas, tiduran lalu mati
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Bali Ratu Ayu Astri Desiani
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Sempat reda dalam beberapa pekan terakhir ini, kasus babi mati dalam jumlah besar terjadi lagi.
Kali ini kasus babi mati mendadak terjadi di Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan Buleleng, atau lebih tepatnya di Dusun Dauh Munduk dan Dusun Punduh Lo.
Dari pantauan di lokasi dan keterangan warga sekitar Selasa (11/2/2020), ada 29 ekor babi yang mati di wilayah tersebut.
Salah satunya ternak milik Nyoman Aria Suta (53).
Sebanyak 21 ekor babi jenis saddleback peliharaannya mati mendadak sejak seminggu belakangan ini.
Dengan rincian lima ekor induk babi, dua ekor babi dewasa, dan 14 ekor anak babi yang masih berusia empat hari.
Pria asal Dusun Dauh Munduk itu mengalami kerugian sekitar Rp 20 juta.
"Yang mati awalnya satu ekor induk babi yang punya anak 14 ekor itu. Ciri-cirinya tidak mau makan, badannya panas, tiduran terus. Sudah sempat disuntik dokter hewan, namun akhirnya mati juga sekitar seminggu lalu. Setelah induk babi itu mati, terus merembet ke babi-babi yang lain, sampai semua babi saya habis," keluh Aria.
Seluruh bangkai babi milik Aria itu kini telah dikubur di areal perkebunan miliknya.
Terkait cara pemberian makan, Aria mengaku pakan yang diberikan bukan berasal dari limbah makanan.
Baca: Save Babi Tolak Pemusnahan Babi akibat Virus Kolera, Pemprov Sumut Bantah: Tak Boleh Sakiti Hewan
Melainkan dari campuran dedak dan kangkung yang direbus.
Demikian dengan kebersihan kandang, Aria juga mengklaim selalu dijaga.
Untuk itu, ia pun bingung mengapa seluruh babinya itu mati mendadak.
"Babi ini memang saya pelihara untuk dikonsumsi sendiri atau untuk sarana upacara. Kalau punya anak lebih, baru saya jual. Setelah Galungan ini, cucu saya mau tiga bulanan. Rencananya mau nampah, tapi ternyata mati semua," ucap Aria lirih.
Kendati kejadian ini menimbulkan kerugian yang cukup besar, Aria mengaku akan tetap memelihara babi.
"Tetap memelihara, tapi tidak sekarang. Biar hilang dulu virusnya baru mau melihara babi lagi," tutupnya.
Hal senada juga dialami salah satu warga di Banjar Dinas Punduh Lo, bernama Nyoman Trisna Heriawan.
Baca: Geger Kemunculan Bangkai Babi di Penatih Denpasar
Tiga ekor babi dewasa jenis saddleback, dengan berat rata-rata 100 kilogram per ekor miliknya mati sekitar dua minggu yang lalu.
Dengan ciri-ciri yang sama, yakni tidak nafsu makan dan badannya panas.
Akibat kejadian ini, Trisna mengalami kerugian Rp 7 juta. "Sakitnya cuma sehari, besoknya langsung mati. Dua minggu yang lalu ada dua ekor yang mati. Selang seminggu kemudian, satu ekor lagi mati. Padahal salah satunya sudah ada yang bunting," terangnya.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Made Sumiarta mengatakan, berdasarkan hasil penelusuran, ada 15 ekor babi dewasa yang mati di Desa Bungkulan.
Sumiarta pun belum berani memastikan apakah babi yang mati itu akibat terserang virus African Swine Fever (ASF) atau karena penyakit yang lain.
Sebab untuk mengetahui penyebab kematiannya, harus melalui uji lab dari Balai Besar Veteriner Denpasar.
"Kami akan mengambil sampelnya untuk dicek," jelasnya.
Kendati dengan adanya kasus ini, Sumiarta menyebut masyarakat tidak perlu khawatir.
Karena penyakit yang menyerang babi tidak akan menular ke tubuh manusia, selama proses pengolahan dagingnya dilakukan dengan benar.
Untuk mencegah kasus ini menular ke daera lain, Dinas Pertanian Buleleng melalui Tim Reaksi Cepatnya dalam waktu dekat akan turun ke Desa Bungkulan untuk melakukan penyemprotan disinfektan ke kandang-kandang babi milik warga.
"Kami imbau masyarakat yang mau memelihara babi, untuk tidak membeli bibit babi dari daerah yang sudah terkena kasus kematian," katanya.
Sementara untuk babi yang sudah mati meskipun belum diketahui penyebanya, dagingnya tidak boleh dijual dan harus segera dikubur.
"Mendekati Galungan kami akan melakukan pengecekan ke peternak dan tempat pemotongan, untuk memastikan daging yang dijual aman," jelasnya
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Kasus Babi Mati dalam Jumlah Besar Terjadi Lagi, Babi Satu Kandang Milik Peternak Ini Habis