Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Dokter Fadhil 8 Tahun Bertugas di Natuna Kala Warga Setempat Lebih Percaya pada Dukun

Kapal tenggelam dan pernah dikejar benda tajam parang hingga diguna-guna dan bahkan ditolak warga sebagai dokter kerap dilalui Dokter Fadhil.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Cerita Dokter Fadhil 8 Tahun Bertugas di Natuna Kala Warga Setempat Lebih Percaya pada Dukun
Tribunbatam.id/Bereslumbantobing
dr Fadhil pria asal Bandung yang telah menetap di Desa Tanjung Kumbik, Kecamatan Pulau Tiga, Natuna Provinsi Kepri sejak 2012 silam. 

Waktu itu pun saya sontak kaget, langsung berupaya melakukan penjahitan terhadap si anak namun stok benang jahit habis.

Tidak habis pikir saya pun mengambil benang kail pancing untuk menjahit vagina si anak yang sudah robek, kata Fadhil.

Masih dalam cerita pengalaman yang ia lalui, dr Fadhil juga pernah mendapati kejadian tragis yang dilakukan oleh sang ayah kepada anaknya.

"Tahun 2015 saya pernah mau membantu operasi seorang anak dukun. Jadi anak dukun diusia 14 tahun itu mau melahirkan dan saat itu ditangani ayahnya namun tidak dapat melakukan persalinan pada anak sendiri, jadi kami dipanggil warga ada orang yang melahirkan sudah lama tidak keluar keluar yang ditangani bapaknya sendiri."

"Dan kami kesana bapaknya langsung bilang saya bisa tangani namun pada proses persalinan, kepala bayi sudah keluar tapi si bapak (dukun) tak kunjung dapat menyelesaikan."

Dokter Fadhil Bertugas di Natuna_1
dr Fadhil pria asal Bandung yang telah menetap di Desa Tanjung Kumbik, Kecamatan Pulau Tiga, Natuna Provinsi Kepri sejak 2012 silam.

"Waktu itu saya sudah katakan, pak.. pak biar kami bantu tangani, sebab kepala bayi sudah keluar namun rahim si ibu tidak bisa mengeluarkan bayi lewat vagina karena bahu si bayi masih tersangkut," ujarnya.

N"amun bapaknya waktu itu hanya bilang, kita sedang menunggu waktu, sebab hantu dari gunung itu masih menggangu sehingga susah keluar, tunggu saja, kata si bapaknya."

BERITA REKOMENDASI

Tidak hanya rintangan itu yang dilalui Fadil, bahkan pertarungan ditengah laut saat hendak menyeberang juga dihadapkan dengan kapal yang karam.

"Pernah tengah malam membawa pompong saat kembali ke Puskesmas namun pada saat itu kapal kami nabrak karang, hingga pecah dan karam. Akibatnya kami harus berenamg hingga ketepian pantai. Saya ingat sekali kejadian itu," ujarnya.

Kapal pecah itu, kata Fadhil bukan untuk kebutuhan dia keluar pulau melainkan untuk bertemu pasien.

Waktu terus berjalan hingga 4 jam kemudian dan akhirnya bayi dan ibunya pun meninggal.

"Lalu pas saat meninggal apa kata bapaknya, itu sudah takdir anak saya."

"Saya waktu itu sampai menangis melihatnya, sampai saya terpukul menjalani profesi sebagai dokter."

Tidak hanya cerita itu banyak sekali, jika disampaikan yang warga mancing ikan lalu mata kail nyangkut di mata dan ada tangan yang hampir putus.

Baca: Makin Banyak Hewan Peliharaan Ditemukan Mati di Pinggir Jalan, Diduga Sengaja Dilempar dari Gedung

Baca: Daftar Ranking 100 Universitas Terbaik di Indonesia 2020 Berdasarkan 4ICU, UGM Jadi Peringkat 1

"7 tahun cerita saya di pulau kalau saya ungkapnya semuanya bahkan full halaman koran bapak besok," cetus Fadhil sembari tertawa.

"Namun dibalik itu semua, saya pun berpikir, kalau para dukun beranggapan bahwa saya dibuat jadi saingan mereka bakalan sulit warga menerima saya."

"Menyikapi itu saya buat lah porogram bersama "dukun kemitraan" agar para dukun ini memahami tentang kemedisan agar tidak kolot," ujarnya.

Dikatakan dr Fadhil untuk program dukun kemitraan itu dirinya harus bayar setiap dukun.

"Setiap desa 1 dukun, sementara ada 10 desa. Jadi semuanya harus saya bayar," kata Fadhil.

Dan akhirnya program itu pun berjalan sampai sekarang.

Bahkan layanan program dari pemerintah, seperti jaminan persalinan (Jampersal) periksa kesehatan, dan Puskesmas mulai dikunjungi warga.

Pengobatan umum gigi, kesehatan ibu dan anak serta KB gratis dan imunisasi, semuanya gratis.

Puskesmas Pulau Tiga, saat ini melayani 6 desa setelah adanya pemekaran.

Jadi sekarang sudah mulai berbeda, warga sudah mulai banyak datang berobat, dan bahkan hingga 20 per harinya.

Hanya saja saat ini kendala warga ketika ingin datang ke Puskesmas terbatas dengan akses laut, yang beda pulau.

Baca: Area Perumahan Batan Indah Terpapar Radioaktif, Warga Dicek Kesehatannya

Baca: Didi Kempot: Lebih Enak Ngamen Daripada Politik

Dari pulau antar pulau jarak tempuh warga hingga ke Puskesmas itu berlayar menggunakan pompong 30 menit.

Adapun jumlah penduduk yang mendiami pulau di kecamatan Pulau Tiga itu ada sebanyak 7.000 warga, sementara tim medis awalnya ada 17 orang dan sekarang 30 orang para medis.

Hingga akhirnya kini dr Muhammad Fadhil diamanahi menjadi kepala Puskesmas Pulau Tiga.

Bahkan Fadhil saat ini memiliki anggota puskesmas sebanyak 30 orang.

Bahkan ia menyebutkan mengapa ini disebut Kecamatan Pulau Tiga, karena disini ada 3 pulau yakni pulau Tanjung Kumbik, Pulau Sabang Mawang dan Sei Dedap yang didalamnya ada 10 desa.

"Jadi semua desa itu saya yang akomodir. Intinya cerita saya di pulau ini sangat luar biasa dalan perjalanan hidup saya," kata dia.

"Tapi yang saya ingin sampaikan bahwah perjuangan hidup manusia itu panjang, saya dari lajang dan dari dokter umum biasa hingga saya mendapat istri dan jadi kepala puskesmas saat ini tentunya punya kisah menarik."

"Kelak akan saya ceritakan kepada anak dan cucu saya," kata Fadhil.

Bersambung..

(Tribunbatam.id/bereslumbantobing)

Sumber: Tribun Batam
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas