Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ganti Rugi Pembebasan Tol Belum Beres, Tidur Tak Pernah Nyenyak, Kisah Sutirah Warga Karangsari

Proyek yang sedang dikerjakan yakni penguatan dasar di atas pematang sawah menggunakan tanah urug.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ganti Rugi Pembebasan Tol Belum Beres, Tidur Tak Pernah Nyenyak, Kisah Sutirah Warga Karangsari
Tribun Jateng
Proyek Tol Semarang Demak 2020 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG -- Proses pembangunan Tol Semarang-Demak dimulai dari Desa Karangsari, Kecamatan Karangtengah, Demak. Saat tim Tribun Jateng menuju lokasi, banyak truk dump dan alat berat yang sedang bekerja.

Proyek yang sedang dikerjakan yakni penguatan dasar di atas pematang sawah menggunakan tanah urug.

Baik truk volume 30 kubik maupun lima kubik antre untuk menurunkan muatannya. Setiap hari aktivitas proyek mulai pagi hingga pukul 21.00 WIB.

Namun, warga yang tinggal 20 meter dari lokasi proyek mengaku tidak mendapatkan sosialisasi. Padahal setiap hari warga harus merasakan guncangan dan debu yang sangat mengganggu aktivitas.

Baca: Sudah Sebar Undangan Pernikahan Ala Pesta Kebun, Perempuan di Cianjur Kena Tipu WO

Baca: 20 Pasangan Tertipu WO High Level di Cianjur yang Beri Diskon 50%, tapi Hanya Dikirim Bunga Kering

Baca: Lucinta Luna Ajukan Daftar Permintaan Selama di Sel Pada Abash, Teh Diet Sampai Utang

Sutirah (60), satu di antara warga sekitar mengaku tidak pernah mendapatkan sosialisasi kapan akan dimulai proyek Tol Semarang-Demak.

Ia bercerita sejak tiga pekan yang lalu selalu sulit tidur karena tanahnya bergetar.

"Saking kagetnya saya sampai nangis. Saya takut kalau rumahnya ikut rubuh bagaimana. Kalau retak bagaimana. Siapa yang akan tanggung jawab. Rasanya itu mirip gempa," ujarnya.

BERITA TERKAIT

Sutirah juga termasuk warga yang sebagian tanahnya terdampak tol. Namun ia tidak pernah tahu kapan pembayaran akan dilakukan.

"Saya sudah dikasih tahu kalau yang kena tol bagian ini. Tapi entah kapan akan dibayar.

Saya juga sudah lapor ke Pak Lurah. Pak Lurah juga jawabannya sama belum tahu," imbuhnya.

Tak hanya itu, debu yang terbang ke arah rumahnya juga sangat mengganggu. Tak jarang pakaian yang ia jemur kotor. Ia tak tahu sampai kapan harus mengalami gangguan tersebut.

"Harusnya kan pihak proyek sosialisasi dulu. Nanti kalau proyek sudah dimulai dampaknya akan seperti ini seperti itu. Tapi ini tidak, asal jalan aja," katanya.

Tak hanya Sutirah, Siti Nasiah (32), juga merasakan bagaimana dampak proyek tol yang ada di dekat rumahnya.

Ia harus rela mengungsi ke rumah saudara yang lebih jauh karena anaknya yang masih balita terus menangis.

"Setiap merasakan getaran anak saya pasti nangis. Dia tidur tidak nyenyak. Kasihan anak juga masih kecil harus kena debu kan tidak baik," tutur Siti.

Setiap menjelang malam, Siti memboyong anaknya pindah ke rumah saudara untuk istirahat. Besoknya dia akan kembali ke rumah untuk mencuci, masak, dan lainnya.

"Karena saya ibu rumah tangga ya aktivitas seperti biasa. Tapi kalau tidur harus pindah ke rumah saudara. Kalau tidak gitu anak saya yang tidak tenang," papar dia.

Sisakan banyak masalah

Tol Semarang-Demak yang nantinya akan memiliki panjang sekira 27 kilometer ternyata masih menyisakan banyak masalah.

Pembebasan lahan di Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung, Demak belum beres.

Saat tim Tribun Jateng menuju ke lokasi, di saat bersamaan ratusan warga berbondong-bondong menuju ke kantor Kepala Desa Sidogemah.

Mereka menuntut kepala desa untuk bertanggung jawab membantu warga yang tanahnya belum dibayar oleh PT PP Semarang-Demak, selaku konsorsium pemegang proyek.

Saat warga datang ke kantor kepala desa, hanya ada dua orang perangkat desa yang tidak terlibat dalam kepanitian proyek tol Semarang-Demak.

Karena merasa tidak puas, ratusan warga pun membentangkan spanduk di sekitar kantor kepala desa.

Di dalam spanduk tersebut warga menuntut supaya Presiden Jokowi dan pejabat terkait turun tangan menangani persoalan tersebut.

Warga tak ingin ada alat berat yang beraktivitas di desanya, sedangkan pembebasan lahan masih belum beres.

Saat ini proyek yang sedang berjalan di Desa Sidogemah yakni pembuatan jembatan. Jembatan tersebut digunakan untuk akses keluar masuk kendaraan proyek.

Sebenarnya warga mendukung proyek Tol Semarang-Demak, namun mereka tak rela jika belum ada kejelasan soal tanah mereka.

Koordinator warga, Andi Maulana alias Ucok, saat ditemui menjelaskan, masalahnya hanya pada pembebasan lahan yang belum selesai, namun ada alat berat yang sudah mau beroperasi.

"Masih ada 379 bidang tanah yang belum dibebaskan. Itupun juga tidak merata. Satu gang rumah belum tentu semuanya sudah dibayar.

Warga akhirnya merasa risih, karena rumah didekatnya sudah dibongkar sedangkan miliknya belum," ujar Ucok.

Pihaknya menuntut PT PP Semarang-Demak segera menyelesaikan pembayaran ganti untung kepada warga.

Bila permintaan tersebut tidak segera dituruti, warga menolak adanya pekerjaan proyek yang ada di desanya.

"Kami akan menuntut bagaimana caranya supaya seluruh warga terdampak mendapatkan haknya. Bila tidak warga akan semakin besar penolakannya," beber dia.

Benar saja, Sabtu (15/2) malam warga Sidogemah menambahkan spanduk-spanduk penolakan proyek di dekat jembatan yang sedang dibangun.

Tuntutan mereka masih sama, yakni pembebasan lahan segera diselesaikan sebelum PT PP Semarang-Demak melanjutkan pekerjaannya.

Satu di antara perangkat Desa Sidogemah, Agus menyatakan informasi adanya pembangunan tol sudah diketahui warga sejak 2016.

Pihak perangkat desa sudah mengundang seluruh warga terdampak untuk sosialisasi.

"Dari pihak kami saat itu sudah memberikan sosialisasi jika akan ada proyek Tol Semarang-Demak. Namun belum ada kepastian kapan warga akan mendapatkan ganti untung," katanya.

Ternyata tidak hanya Desa Sidogemah saja yang terdampak proyek tol. Sebagian wilayah Desa Sidorawuh juga terdampak proyek tersebut. Tak terkecuali lahan milik desa seluas 11 hektare.

"Ada dua SD, dua makam, dan satu kantor desa yang kena. Nanti kami yang akan cari lahan untuk pengganti. Tapi yang membangunkan dari pihak PT PP Semarang-Demak," pungkasnya.

Sementara itu, Amir, warga Desa Sidogemah yang sudah dibayarkan tanahnya, menceritakan proses ganti untung.

Tahun 2016, Amir juga pernah mengikuti sosialisasi yang diinisiasi oleh Pemprov Jateng. Namun dalam sosialisasi tersebut tidak dijelaskan kapan akan ada pembayaran ganti untung.

"Sosialisasi 14 Oktober 2016. Surat undangan tersebut ditandatangani pak Sekda (Jateng), Sri Puryono. Lokasinya di Kecamatan Sayung.

Yang beri sosialisasi saat itu pak Camat Edi Jatmiko. Sejak saat itu saya sudah mulai cari-cari tanah kaveling untuk pindah," ucapnya.

Amir memiliki rumah dengan luas tanah 128 meter persegi. Saat penilaian harga tanah dan bangunan, pihak appraisal hanya melihat saja tanpa ada wawancara dengan pihak pemilik rumah.

Setelah itu, Amir mendapatkan rincian berapa ganti untung yang akan dia dapatkan.

"Yang dihitung ya bangunan, sumur, tanah, dan lainnya. Total yang saya dapat Rp 1,123 miliar. Pihak appraisal meminta kalau saya tidak terima dengan harga segitu, bisa minta banding ke kejaksaan. Tapi karena saya tidak mau repot, ya sudah saya terima saja," tegasnya.

Setelah penilaian harga ganti untung, Amir dijanjikan akan mendapatkan pembayaran dalam kurun waktu maksimal satu bulan. Namun ternyata satu bulan lebih dirinya baru menerima haknya.

"Saya masuk dalam pembebasan lahan gelombang ke dua. Cairnya bulan November 2019. Gelombang pertama setahu saya September 2019," imbuh dia.

Dia kini sudah mendapatkan tanah pengganti di Kelurahan Kudu, Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Secara bertahap Amir juga membongkar sendiri bangunannya. Sebab apapun yang bisa dibawa akan ia bawa di tempat barunya.

Berbeda dengan Amir, Sumarno, warga yang belum dibayarkan tanahnya, mengaku mengeluh dengan pembayaran ganti untung tak segera diberikan. Dia merasa sangat terganggu dengan kondisi rumah lain yang sudah dibongkar.

"Saya rasanya risih, depan rumah sudah bongkaran yang akhirnya banyak debu masuk rumah. Banyak material bangunan yang mengganggu aktivitas saya.

Makanya saya juga menuntut pihak proyek untuk segera menyelesaikan tanggung jawabnya," pungkas dia. (tim)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kisah Sutirah Sulit Tidur, Alat Berat Proyek Tol Semarang Demak Masuk, Proses Ganti Rugi Belum Beres,

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas