Bekantan di Kalimantan Selatan Mulai Kehilangan Habitat
Kisah pilu tentang Warik Belanda ini sepertinya akan terus berlanjut jika tidak dilakukan penanganan dengan serius, dan melibatkan semua stakeholder
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Banjarmasin Post Syaiful Anwar
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Potret buram maskot Banua Bekantan terjadi di bulan Februari 2020 ini.
Warga menyatakan terdapat monyet berhidung mancung terjebak di area permukiman dan perkebunan warga.
Konflik antara manusia dengan bekantan tak terhindarkan.
Mirisnya, binatang ini diburu, dilukai dan ada yang tersengat listrik serta tertabrak motor.
Kisah pilu tentang Warik Belanda ini sepertinya akan terus berlanjut jika tidak dilakukan penanganan dengan serius, dan melibatkan semua stakeholder.
Termasuk warga yang diperlukan pemahamannya, agar tidak terjadi konflik, yang ujung-ujungnya bekantan sang maskot menjadi korbannya.
Baca: RUU Omnibus Law Cipta Kerja Ditolak Berbagai Pihak, Jokowi: Masyarakat Masih Bisa Beri Masukan
Baca: Ashraf Sinclair Meninggal, Membuka Kebaikan-kebaikan Suami BCL yang Tak Terungkap Sebelumnya
Baca: BREAKING NEWS: Menlu Jepang Izinkan Indonesia Jemput 74 Kru Kapal Diamond Princess
“Kami mendapat laporan dari warga, ada sekelompok Bekantan yang terjebak di area perkantoran di jalan Jendral A Yani KM 19 Banjarbaru. Sore itu kami langsung menuju ke lokasi, dan ternyata benar ada dua ekor Bekantan jantan muda yang sedang tidur bertengger di atas kabel telpon. Kami sangat miris melihatnya. Wajahnya pucat pasi dan terlihat sangat stress," papar Amalia Rezeki ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Kalsel, Jumat (21/2/2020).
Kejadian ini sudah dilaporkan pihaknya kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel serta Dinas Kehutanan (Dishut) Kalsel yang kemudian merespon dengan cepat.
Rencana besoknya akan dikoordinasikan ke semua pihak yang berkepentingan untuk mengambil langkah bersama, dalam rangka menyelamatkan sang maskot.
“Besok pagi kami akan berkoordinasi dengan pimpinan Kepala Dinas Kehutanan Kalsel dan BKSDA Kalsel serta mitra konservasi kami SBI, untuk mengambil langkah selanjutnya. Tentunya, harapan kami dapat dievakuasi dan ditempatkan ke habitat alaminya yang lebih aman," kata Supiani dari Bidang KSDAE Dishut Kalsel.
Lebih lanjut, Amalia mengatakan, Bekantan yang terjebak di kawasan perkantoran Jalan A Yani KM 19 tersebut, bisa jadi korban dari kebakaran hutan akhir tahun lalu yang melakukan migrasi untuk mencari habitat baru.
Disamping itu juga sebenarnya di kawasan KM 17 dulunya merupakan habitat Bekantan, tapi sekarang sudah banyak beralih fungsi.
“Kami sangat berterimakasih dan mengapresiasi terhadap warga yang dengan sigap melaporkannya dan ini menunjukan tingkat kepedulian warga terhadap maskot kebanggaannya cukup tinggi," pungkas dosen Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini.
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Kehilangan Habitatnya, Sudah Enam Bekantan Terjebak di Kawasan Perkantoran KM 19