Siswi SMPN Turi Tita Farza Dengar Peringatan Warga, Pembina Pramuka Bilang Mati Urusan Tuhan
siswi SMP Negeri 1 Turi Sleman, Tita Farza Pradita, para warga dikatakannya sudah memperingatkan agar tidak dilakukan kegiatan susur sungai.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Sebelum tragedi susur sungai SMP Negeri 1 Turi Sleman terjadi, warga sekitar sudah mengingatkan kepada peserta.
Kegiatan susur sungai itu ternyata sempat tak diijinkan oleh warga setempat.
Menurut penuturan salah satu korban yang juga siswi SMP Negeri 1 Turi Sleman, Tita Farza Pradita, para warga dikatakannya sudah memperingatkan agar tidak dilakukan kegiatan susur sungai.
Ketika itu, kata Tita, warga tersebut berbicara kepada kakak pembina Pramuka.
Yang mengejutkan, Pembina Pramuka itu malah menjawab kalau memang ada musibah yang merenggut nyawa, itu sudah urusan Tuhan.
"Katanya 'Ya nggak apa-apa, kalau mati juga di tangan Tuhan'," kata Tita.
Tragedi itu sendiri memakan 10 korban tewas, seluruhnya murid SMP Negeri 1 Turi Sleman.
Seluruh korban tragedi susur sungai SMPN 1 Turi Sleman telah ditemukan.
Dua korban terakhir atas nama Yasinta Bunga dan Zahra Imelda telah ditemukan pada Minggu (23/2/2020) pagi.
Informasi yang dihimpun Tribunjogja.com menyebutkan, tim gabungan melakukan pencarian mulai pukul 05.00 WIB.
Korban terlihat mengambang pada jarak 400 meter di sungai dengan kedalaman 2 meter kemudian berhasil dievakuasi.
Korban pertama ditemukan sekitar pukul 05.00 WIB, sedangkan korban kedua ditemukan pukul 07.15 WIB.
"Posisi kedua jenazah sama waktu ditemukan, kemungkinan awalnya ndelik (sembunyi) di balik fondasi DAM," ucap personel SAR MTA Yogyakarta, Gandung Kusmardana saat ditemui di posko utama di Lembah Sempor.
Lokasi penemuan ini berada sekitar 400-700 meter dari tempat kejadian perkara kecelakaan air bah yang menewaskan 10 siswi SMPN 1 Turi pada Jumat (21/2/2020) sore.
Keduanya dibawa ke RS Bhayangkara Yogyakarta untuk identifikasi.
Dengan demikian seluruh korban insiden ini telah ditemukan.
Operasi SAR Gabungan yang melibatkan tim SAR, BPBD dan relawan pun dinyatakan resmi ditutup pada hari ini, Minggu (23/2/2020).
Infomasi tersebut disampaikan melalui akun twitter TRC BPBD DIY.
"Update:
Ops SAR Gabungan dinyatakan DITUTUP.
Seluruh Potensi SAR kembali ke unsur2 masing2.
Kepada semua pihak yang terlibat disampaikan penghargaan dan terimakasih yg setinggi-tingginya," demikian bunyi akun tersebut.
"Anggota yang dikerahkan mencapai 249 orang dengan beberapa pembagian tim,"kata Ketua Barsarnas Yogyakarta, Wahyu Efendi, dikutip Tribunjogja.com dari wawancara Kompas TV.
Total korban yang dinyatakan meninggal dunia dalam tragedi susur sungai SMPN 1 Turi ini mencapai sepuluh orang.
Beberapa di antaranya telah diambil pihak keluarga dan juga telah dimakamkan.
Kronologi Penemuan Dua Jenazah Terakhir
Sepuluh korban meninggal dunia korban terseret arus sungai Sempor akhirnya ditemukan semua.
Dua korban terakhir ditemukan tim SAR gabungan pada Minggu (23/2/2020).
Informasi yang dihimpun Tribunjogja.com, korban pertama yang ditemukan adalah Yasinta Bunga sekira pukul 05.30 WIB.
Sedangkan korban kedua yaitu Zahra Imelda ditemukan pada pukul 07.00 WIB.
Dirops Basarnas RI, Brigjen TNI Untung Budiharto mengatakan, kedua korban ditemukan dilokasi yang sama.
Namun waktu penemuan berbeda beberapa jam satu dengan yang lainnya.
Dua jenazah korban insiden susur sungai Pramuka SMPN 1 Turi akhirnya ditemukan pagi ini, Minggu (23/2/2020). Dua korban ini ditemukan mengambang di DAM Dukuh, Donokerto, Turi.
Dirops Basarnas RI, Brigjen TNI Untung Budiharto mengatakan, Korban pertama ditemukan sekitar pukul 05.00, sedangkan korban kedua ditemukan pukul 07.00 WIB.
"Korban atas nama adik kita Yasinta dam Zahra Imelda,"kata Dirops Basarnas RI, Brigjen TNI Untung Budiharto.
Selanjutnya keduanya dibawa ke RS Bhayangkara Yogyakarta untuk identifikasi.
Tetapkan Tersangka
Sejuah ini pihak kepolisian sudah memeriksa 13 orang.
Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Yuliyanto mengatakan, dari 13 orang itu tujuh di antaranya adalah pembina Pramuka. Sisanya dari Kwarcab Kabupaten Sleman dan warga.
Berdasarkan pemeriksaan, Yuliyanto menerangkan bahwa dari tujuh orang pembina tersebut, satu orang tinggal di sekolah untuk menjaga barang-barang para siswa.
Enam lainnya ikut ke Sungai Sempor, tempat kejadian perkara.
"Enam orang itu ikut mengantar anak-anak ke sungai. Dari enam orang itu, empat orang ikut turun ke sungai. Ada seorang yang meninggalkan lokasi karena ada keperluan. Sedangkan seorang lagi, menunggu di titik finisnya yang berjarak sekitar 1 kilometer dari start," jelasnya, Sabtu (22/2/2020).
Yuliyanto melanjutkan, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda DIY telah menaikkan status penyelidikan menjadi penyidikan.
"Kita juga sudah menaikkan status salah satu saksi itu dengan inisial IYA menjadi tersangka.
Saat ini (kemarin), yang bersangkutan sedang dilakukan pemeriksaan, dilakukan BAP sebagai tersangka," terangnya.
Adapun IYA (36) kelahiran Sleman, seorang pembina pramuka sekaligus sebagai guru olahraga dari SMPN 1 Turi.
Yuliyanto menekankan bahwa tersangka IYA-lah yang meninggalkan para siswa di sungai.
Pasal yang kita dikenakan adalah 359 KUHP kelalaian yang mengakibatkan orang meninggal dunia dan pasal 360 KUHP karena kelalaiannya mengakibatkan orang lain luka-luka.
Ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.
Terkait apakah ada kemungkinan bertambahnya tersangka, Yuli menuturkan itu tergantung hasil pemeriksaan saksi-saksi.
Ia pun juga menjelaskan bahwa polisi belum meminta keterangan dari siswa karena mereka masih mengalami trauma atas kejadian kemarin.
"Kita akan proaktif mendatangi mereka untuk melakukan pemeriksaan.
Dari Polda DIY juga menyiapkan petugas untuk trauma healing.
Besok (Senin) ketika sudah masuk sekolah ada terapi secara psikologis kepada anak-anak itu," paparnya. (tribunjogja.com)