Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Djiko, Pendonor Darah 209 Kali Tapi Masih Trauma Jarum Suntik

Kendati sudah ratusan kali mendonorkan darah, ternyata Djiko masih memiliki rasa takut terhadap jarum suntik.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Djiko, Pendonor Darah 209 Kali Tapi Masih Trauma Jarum Suntik
Istimewa
Djunaidi Prawiro (58) atau sapaan akrabnya Djiko pendonor darah ke 209 saat mendonorkan darahnya di UDD PMI Kota Semarang. 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Djunaidi Prawiro (58) atau sapaan akrabnya Djiko warga Jalan Kapas Utara III Perumahan Genuk Indah, Kota Semarang, tercatat per 19 Februari 2020 telah mendonorkan darahnya ke 209 kali.

Kendati sudah ratusan kali mendonorkan darah, ternyata Djiko masih memiliki rasa takut terhadap jarum suntik.

 

"Saya orang yang takut dengan jarum suntik, sampai sekarang pun saya masih takut."

Menyiasati rasa takut, lanjut Djiko, biasanya ketika berdonor saat petugas donor akan menancapkan jarum suntik ke tangan maka dia akan mengalihkan pandangan ke arah lain.

Dia mengaku memang tidak mudah melakukan hal itu namun jika sudah terbiasa maka bisa melakukannya.

"Saya takut jarum sampai saat ini karena trauma saat kelas 3 atau 4 SD pernah jatuh sakit lalu di suntik oleh dokter, kemudian saya mengalami lumpuh selama 2 minggu tidak bisa gerak dan tidak bisa jalan,” terang pria berkaca mata ini.

Namun rasa takut dan trauma tidak menjadi penghalang bagi ayah empat ini untuk berdonor darah hingga sekarang.

Berita Rekomendasi

Djiko menuturkan sudah mulai mendonorkan darahnya sejak tahun sekira 1975. Waktu itu dia tinggal di panti asuhan bersama kakaknya di Kota Madiun Jawa Timur.

Dari kakaknya itulah yang pertama kali mengajaknya berdonor.

Pertama kali donor pada usia 14 tahun, secara umur tidak sesuai namun terpaksa diperbolehkan oleh dokter pada waktu itu untuk donor darah lantaran mencari pendonor saat itu sangat susah.

"Pendonor dahulu di sana masih kurang, saya lalu diajukan oleh kakak saya, melihat syarat-syarat keliatannya tidak bisa, karena minimal usia 17 tahun."

"Waktu itu saya belum paham, dan semua syarat-syarat sebenarnya sudah memenuhi tetapi hanya kendala di umur saja."

"Namun karena dulu tubuh saya gemuk mungkin itu alasan saya diperbolehkan," terangnya.

Selepas itu, Djiko akhirnya mulai rutin donor darah, bahkan setiap kakaknya berdonor maka dia selalu diajak.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas