Ketika Ganjar Gagal Merayu Mbah Jumadi
Ada cerita menarik ketika Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyambangi kediaman mbah Jumadi di Desa Polosiri, Bawen, Kabupaten Semarang. Ganjar men
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, KABUPATEN SEMARANG – Ada cerita menarik ketika Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyambangi kediaman mbah Jumadi di Desa Polosiri, Bawen, Kabupaten Semarang. Ganjar mendatangi sebuah rumah mungil di pinggir sawah yang dihuni mbah Jumadi. Rumahnya hanya berukuran 3 x 3 meter hanya berdinding tripleks dan beratap asbes.
Kedatangan Ganjar tersebut bermaksud mengajak mbah Jumadi pindah ke panti sosial milik pemerintah di Ungaran, Jawa Tengah. Kondisi rumah yang sempit membuat Ganjar sempat kesulitan berbincang dengan mbah Jumadi, ia pun mengobrol di luar.
Dalam obrolannya, Ganjar terus merayu, namun mbah Jumadi bersikukuh. "Purun nggeh manggon teng Ungaran (Panti Sosial), mangke enak, kathah rencange. Mangan yo enak, gratis (mau ya tinggal di Ungaran, nanti di sana enak. Banyak temannya. Makan juga enak, semuanya gratis)," rayu orang nomor satu di Jateng itu.
Ganjar juga berjanji akan membelikan Mbah Jumadi sarung, baju baru dan juga berbagai kebutuhannya. Namun tawaran itu ditolak Mbah Jumadi. Mbah Jumadi tak mau meninggalkan rumahnya. "Mboten, kulo tak manggon mriki mawon (tidak mau. Saya mau tinggal di sini saja). Nek manggon liyane, kulo cepet mati (kalau tinggal di tempat lain, nanti cepet meninggal)," jawab Mbah Jumadi.
Ganjar tak berhenti untuk terus merayu. Berbagai iming-iming diberikan, termasuk candaannya bahwa di panti banyak janda cantik."Mboten pengen rabi maleh (tidak mau menikah lagi). Ning panti kathah rondo mbah (di Panti Sosial banyak janda)," candanya.
Ganjar merayu, selalu ditolak Mbah Jumadi. Usut punya usut, Mbah Jumadi adalah penganut Kejawen yang tidak akan pernah mau meninggalkan rumahnya.
"Dia itu tidak mau pergi alasannya karena seluruh keluarganya meninggal di desa itu. Kalau dia pergi, katanya siapa yang mendoakan," kata Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Jarwanto.
Sudah tak terhitung orang-orang merayu Mbah Jumadi. Mulai Kepala Desa, Camat, Bupati hingga saat ini Gubernur.
"Tapi tetap tidak mau. Mbahnya tidak mau meninggalkan tempat kelahirannya," imbuhnya.
Hal itulah yang membuat warga pasrah. Warga hanya bisa membangunkan rumah sederhana, memberikan makanan, pakaian serta uang. "Kondisinya sehat, hanya memang sudah lansia. Kami selalu mengawasi bersama-sama," imbuhnya.
Ganjar mengatakan, Mbah Jumadi memang sudah tidak bisa dirayu untuk tinggal di Panti. Sebab, kepercayaan yang dianutnya membuat dirinya tidak mau meninggalkan tempat tinggalnya.
"Dia bersikukuh harus tinggal di sini, kalau tinggal di daerah lain, tidak dapat mendoakan untuk keluarganya. Ya ini memang sudah sulit," kata Ganjar.
Ganjar hanya berpesan kepada Kades, TKSK dan masyarakat untuk lebih peduli. Ia berharap, segala kebutuhan Mbah Jumadi sehari-hari dapat dipenuhi dengan baik.
"Saya juga minta tempat tinggalnya dibersihkan, kesehatan dicek terus dan dipastikan mendapat kebutuhan sehari-hari. Alhamdulillah pak Kades, TKSK dan warganya peduli," tutupnya.