Suka Duka Roikan, Sukarela Rawat Penderita Gangguan Jiwa di Kediri, Pernah Diusir Tetangga
Niat Roikan yang secara sukarela merawat penderita jiwa di Kabupaten Kediri tidak sepenuhnya mendapat sambutan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Niat Roikan yang secara sukarela merawat penderita jiwa di Kabupaten Kediri tidak sepenuhnya mendapat sambutan baik.
Saat ia membuka sanggar perawatan bagi penderita jiwa pernah diusir tetangganya.
Pengalaman pahit itu dialami Roikan saat membuka sanggar perawatan jiwa di wilayah Kecamatan Mojo.
Masih baru membuka, ternyata banyak tetangganya yang protes keberatan sehingga rencananya batal.
Namun Roikan yang mengaku prihatin dengan penderita jiwa yang kurang terurus pasca pulang dari perawatan di rumah sakit jiwa tetap bertekat meneruskan usahanya.
Roikan kemudian hijrah ke Desa Susuhbango, Kecamatan Ringinrejo yang merupakan tempat asalnya.
Dia bersyukur warga tidak keberatan dengan rencananya membuka sanggar bagi penderita jiwa.
Malahan warga dan pemerintah desa memberikan bantuan.
Baca: PDP yang Meninggal di RST dr Soedjono Kota Magelang Sabtu Lalu, Terkonfirmasi Positif Covid-19
Baca: Muhammadiyah: Jenazah Dapat Dimakamkan Tanpa Dimandikan dan Dikafani
Baca: Suzuki Klaim Biaya Perawatan XL7 Selama 5 Tahun Hanya Rp 3.800 Per Hari
"Waktu di Mojo dulu ada yang keberatan karena tidak setuju saya merawat para penderita jiwa. Padahal di Mojo ada ratusan penderitaan yang butuh perhatian," ungkap Roikan kepada SURYA.co.id, Kamis (26/3/2020).
Kini di sanggar yang dikelola Roikan merawat belasan penderita jiwa pasca pulang dari perawatan di rumah sakit jiwa.
Para penderita jiwa ini rata-rata dari keluarga tidak mampu.
Sehingga tidak semua penderita yang dirawatnya memberikan kontribusi.
Dari belasan pasien jiwa itu hanya beberapa yang memberikan kontribusi untuk biaya makan.
Roikan mengaku ikhlas merawat para penderita jiwa yang optimistis dapat disembuhkan.
"Merawat penderita jiwa memang tidak mudah, harus sabar dan ikhlas," ungkapnya.
Rata-rata pasien jiwa yang dirawatnya akibat masalah narkoba, tekanan ekonomi dan orangtua, kehilangan dan hanya sebagian kecil faktor keturunan.
"Kebanyakan yang kami rawat akibat kecanduan narkoba dan masih usia produktif. Keluarganya menitipkan ke tempat kami untuk dirawat," jelasnya.
Sudah banyak pasien jiwa yang telah disembuhkan dan hidup normal di tengah masyarakat.
"Malahan yang sembuh sudah ada yang menikah dan bekerja," jelasnya.
Selama ini Roikan menggunakan metode medis dan memberikan terapi rohani kepada para penderita jiwa.
"Selain memberikan obat-obatan secara rutin, kami terapi dengan mandi malam," tambahnya.
Dengan mandi malam diharapkan mampu memberikan kesembuhan.
Selain itu pasien juga diajak jalan-jalan ke lingkungan sekitar sanggar.
Pengalaman selama ini, Roikan mampu memulihkan penderita jiwa yang sering mengamuk daripada penderita jiwa yang berdiam diri.
"Kalau pasien yang sering mengamuk malah mudah disembuhkan. Satu atau dua minggu sudah dijemput lagi keluarganya. Namun pasien yang menutup diri butuh waktu lebih lama lagi," jelasnya.
Roikan juga bersyukur selama ini sering mendapatkan bantuan dari pihak puskesmas yang memberikan obat-obatan.
Mayoritas pasien jiwa yang ditangani setelah mendapat perawatan di rumah sakit jiwa.
Karena kepedulian merawat pasien jiwa secara sukarela, para relawan lintas elemen selama beberapa hari melakukan bakti sosial membangun ruang perawatan baru.
"Sanggar perawatan jiwa ini telah banyak membantu merawat penderita jiwa yang masih terlantar. Rata-rata pasien dari keluarga tidak mampu," ungkap Arif, relawan Dewan Kesehatan Masyarakat (DKM) Jatim.
Di Kabupaten Kediri terdapat ratusan penderita jiwa dengan berbagai tingkatan yang butuh perhatian.
Apalagi sebagian besar penderita jiwa dari keluarga tidak mampu. (Didik Mashudi)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kisah Roikan, Sukarela Rawat Penderita Gangguan Jiwa di Kabupaten Kediri, Pernah Diusir Tetatangga