Pemdes di Banyumas Minta Maaf Soal Penolakan Pemakaman Jenazah Covid-19
Tokoh warga dan pemerintah Desa Tumiyang Banyumas meminta maaf kepada masyarakat atas penolakan pemakaman pasien corona.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah tokoh dan pemerintah Desa Tumiyang, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah meminta maaf atas penolakan pemakaman jenazah pasien corona.
Diketahui, peristiwa penolakan pemakaman jenazah pasien virus corona di Desa Tumiyang menjadi sorotan.
Pasalnya, jenazah pasien corona yang baru dikuburkan terpaksa dipindah ke lokasi lain, Selasa (31/3/2020) malam.
Bahkan, pembongkaran makam tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Banyumas, Achmad Husein.
Tak hanya itu, jenazah pasien Covid-19 harus pindah pemakaman hingga 4 kali.
Atas kejadian itu, tokoh warga dan pemerintah Desa Tumiyang akhirnya meminta maaf.
Keputusan meminta maaf tersebut dilakukan setelah ada pertemuan dengan puluhan warga Desa Tumiyang.
Setelah melakukan diskusi, para tokoh sepekat meminta maaf ke semua pihak, termasuk pihak keluarga korban.
Selain itu, mereka juga menyesalkan insiden tersebut terjadi.
Kepada awak media, Kepala Desa Tumiyang, Sumarno menyampaikan permohanan maaf.
Baca: BPIP: Demi Rasa Kemanusiaan, Jangan Ada Lagi Penolakan Pemakaman Jenazah Pasien Corona
Baca: Aa Gym Akui Sedih Warga Tolak Pemakaman Jenazah Covid-19: Tidak Akan Membahayakan Bagi Lingkungannya
"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak keluarga maupun pemerintah," ujar Sumarno seperti dikutip dari YouTube TVOne News, Jumat (3/4/2020).
Menurut Sumarno, kejadian itu dipicu lantaran tidak adanya komunikasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah desa.
"Kejadian kemarin itu bukan semata-mata kita menolak atau tidak membolehkan."
"Cuma karena kurang komunikasi antara pemerintahan daerah dengan pemerintah desa," ungkapnya.
Lantaran tak adanya koordinasi itu sehingga ada kabar simpang siur dan meresahkan.
"Jadi kami selaku kepala desa menyayangkan lewatnya ke sini malah tidak tahu-menahu, nggak ada koordinasi dengan Desa Tumiyang," jelasnya.
Penjelasan Bupati Banyumas
Bupati Banyumas, Achmad Husein mengatakan, alasan warga menolak pemakaman tersebut karena mereka takut tertular.
"Alasannya mereka takut nular gitu lho, kalau sudah dimakamkan itu nanti sekitarnya menjadi tertular," beber Husein.
Husein mengatakan, jenazah itu merupakan pasien kedua yang meninggal setelah terjangkit virus corona di Banyumas.
Saat menguburkan pasien positif yang pertama, Husein mengatakan, tidak ada penolakan dari masyarakat.
Namun, saat pemakaman pasien positif corona kedua yang meninggal dunia, terpaksan pindah tempat pemakaman sebanyak empat kali.
"Ini kejadiannya yang kedua, yang pertama sih nggak ada masalah, nah yang kedua ini sampai empat kali pindah-pindah."
"Yang pertama di tempat ia tinggal akhirnya ditolak sama warga situ, yang kedua juga ditolak."
Baca: Dikira Meninggal Karena Covid-19, Pemakaman Jenazah Warga Gowa Ini Sempat Ditolak Warga
Baca: Ganjar Pranowo Tegaskan Pemakaman Jenazah Corona Sudah Sesuai Prosedur Jangan Ditolak, Jaga Perasaan
"Kemudian kita pindah ke tempat pemakaman yang tanahnya milik pemerintah daerah juga ditolak," jelas Husein.
Husein mengira, adanya penolakan tersebut dipengaruhi karena pemberitaan di media sosial.
"Ini kemungkinan besar karena media sosial ya, ada berita-berita, kalau Covid-19 jenazahnya seperti penyakit anthrax atau penyakit apa gitu lho," ungkapnya.
Ia tak menyalahkan masyarakat dalam kasus tersebut.
Namun, ia akan terus mengedukasi masyarakat akan mengerti dan kejadian tersebut tidak terulang kembali.
"Ini mungkin juga kurang sosialisasi, bukan salah masyarakat sih."
"Kita mungkin juga perlu mengedukasi lebih banyak lagi, itu tugas kita lah," jelasnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.