Perawat Hingga Sopir Ambulans di Ogan Ilir Mogok Kerja, Ini Penyebabnya
Mereka yang mayoritas tenaga honorer itu juga tidak mendapatkan kejelasan soal insentif dalam menangani warga positif Covid-19
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, OGAN ILIR - Gara-gara diminta mengevakuasi warga yang terkonfirmasi positif virus corona atau Covid-19 di Kecamatan Sungai Pinang, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, puluhan tenaga medis mogok kerja.
Melansir Kompas.com, tenaga medis yang mogok kerja tersebut mulai dari perawat hingga pengemudi ambulans di Rumah sakit Umum Daerah ( RSUD) Ogan Ilir, Jumat (15/5/2020) dua hari lalu.
Baca: Ada 682 Kasus Baru, Angka Positif Corona di Singapura Tembus 28 Ribu
Menurut sumber kepada Kompas.com, sikap puluhan tenaga medis tersebut berawal saat mereka yang jumahnya 60 orang tak mendapat surat tugas dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Ogan Ilir.
Selain itu, mereka yang mayoritas tenaga honorer itu juga tidak mendapatkan kejelasan soal insentif dalam menangani warga positif Covid-19.
Sehingga, ke-60 tenaga medis itu menolak dan melakukan mogok kerja.
Persoalan APD yang dianggap tidak standar juga menjadi alasan tenaga medis itu akhirnya memutuskan mogok kerja.
Akibatnya, 60 orang tenaga medis itu dianggap mengundurkan diri sebagai tenaga honorer di RUSD Ogan Ilir.
“Tenaga paramedis tidak mau melaksanakan perintah pihak rumah sakit karena tidak ada surat tugas, selain itu tidak ada kejelasan soal insentif bagi mereka," kata Sumber tersebut kepada Kompas.com.
"Mereka hanya menerima honor bulanan sebesar Rp 750 ribu, sementara mereka dminta juga menangani warga yang positif Covid-19,” jelas sumber tersebut.
Selain itu, penolakan tenaga medis dalam melaksanakan instruksi pihak RSUD Ogan Ilir itu, juga karena tidak ada kejelasan soal rumah singgah bagi tenaga medis untuk beristirahat atau untuk berganti pakaian sebelum pulang ke rumah.
“Mereka khawatir jika langsung pulang akan menulari keluarga mereka,” tambah sumber tersebut.
Direktur RSUD Ogan Ilir Roretta Arta Guna Riama yang dikonfirmasi melalui telepon Minggu (17/5/2020) membenarkan adanya sejumlah tenaga medis yang melakukan aksi mogok kerja tersebut.
Namun, ia membantah berita yang mengatakan bahwa mogoknya tenaga medis itu karena soal insentif, APD yang tidak standar, atau soal rumah singgah yang tidak tersedia.
Menurut Roretta, penolakan tenaga medis itu karena mereka ketakukan menangani pasien Covid-19.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.