Teguh Kaget Tagihan Listrik PLN Rp 20 Juta, Padahal Biasanya Rp 1 Juta Sebulan
Teguh Wuryanto (56) kaget ketika mengetahui tagihan listrik bulan Mei melonjak menjadi Rp 20.158.686.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Teguh Wuryanto (56) kaget ketika mengetahui tagihan listrik bulan Mei melonjak menjadi Rp 20.158.686.
Tagihan listrik pemilik bengkel asal Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang itu naik 20 kali lipat dari total tagihan di periode sebelumnya.
Teguh heran tagihan listrik meroket. Padahal, alat di bengkel sudah jarang dipakai selama pandemi Covid-19.
“Logikanya tidak mungkin bisa sampai tagihan (listrik) segitu. Apa yang saya gunakan?” kata Teguh kepada Kompas.com saat dihubungi, Rabu (10/6/2020).
Kenaikan tagihan listrik terjadi sejak meteran listrik di bengkelnya diganti dari analog ke digital pada Januari 2020.
Awal kenaikan dianggap wajar karena berganti meteran.
Berdasarkan pada faktur tagihan yang diterima oleh Teguh, jumlah tagihan pada Februari sebesar Rp 2.152.494.
Kemudian pada Maret sebesar Rp 921.067 dan pada April kembali naik menjadi Rp 1.218.912.
Namun pada bulan Mei tagihan listrik yang harus dibayar naik drastis menjadi Rp 20.158.686.
Belakangan, Teguh mengetahui bahwa ada kebocoran daya reaktif (kVarh) yang membuat tagihan itu meningkat tajam.
Manager Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) PLN Malang Raya, M Eryan Saputra membenarkan bahwa kapasitor di bengkel milik Teguh rusak.
Kerusakan alat tersebut menyebabkan kebocoran daya reaktif dan tagihan membengkak.
“Karena kapasitor itu fungsinya untuk menstabilkan tegangan daya reakif yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang digunakan di bengkel tersebut. Karena kapasitornya tidak berfungsi akhirnya daya reaktifnya tinggi. Itu yang menyebabkan adanya tagihan daya reaktif yang cukup besar untuk pelanggan tersebut,” ujar Eryan saat dikonfirmasi.