Cerita Warga Rohingya, Awalnya Ingin ke Malaysia, Mesin Mati Lalu Terbawa Ombak dan Angin ke Aceh
Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya (PIARA) melaporkan kondisi terkini pengungsi Rohingya yang diselamatkan masyarakat Desa Lancok.
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya (PIARA) melaporkan kondisi terkini pengungsi Rohingya yang diselamatkan masyarakat Desa Lancok, Kecamatan Syamtalira Bayu, Kabupaten Aceh Utara, Kamis (25/06/2020) lalu.
Berdasarkan data lembaga itu, jumlah pengungsi Rohingya asal Myanmar yang mengungsi di Eks Gedung Imigrasi, Puenthet, Aceh Utara secara keseluruhan mencapai 99 jiwa yang diantaranya 17 orang pria, 49 orang perempuan, 10 anak laki-laki dan 22 anak perempuan serta seorang bayi perempuan.
“Menurut penuturan beberapa pengungsi etnis Rohingya , mereka berangkat dari Bangladesh pada akhir bulan Februari dan sebagian pada awal bulan Maret,” kata Nikmah Kurnia Sari, relawan PIARA yang juga Direktur Pos Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Aceh Tengah dan Bener Meriah melalui pesan singkatnya kepada Kompas.com, Minggu (28/06/2020).
“Dalam satu kapal yang mereka tumpangi, jumlah warga yang selamat mencapai 99 orang, sementara 15 orang yang meninggal di kapal itu, jenazah yang meninggal ini di buang ke laut,” ujar Nikmah.
Baca: Penyelamatan Pengungsi Rohingya di Aceh Mendapat Sorotan Media Asing Terkait Covid-19
Baca: RI Selamatkan 99 Pengungsi Rohingya yang Memasuki Perairan Aceh Utara
Baca: UNHCR Puji Kebaikan Indonesia yang Izinkan 99 Pengungsi Rohingya Berlabuh di Aceh
Masih dari informasi yang diperoleh langsung dilokasi pengungsian, salah satu alasan penyebab kematian warga Rohingya di kapal selama perjalanan adalah kekurangan makanan dan sanitasi, sehingga banyak yang terserang berbagai jenis penyakit.
“Tujuan mereka adalah ke Malaysia namun di perairan mesin mereka mati dan kemudian kapal di bawa ombak atau angin ke perairan Aceh Utara,” ungkap Nikmah.
“Sebenarnya mereka semua ingin ke Malaysia mengadu nasib dan mencari pekerjaan, karena tidak memungkinkan lagi tinggal di negara mereka akibat tidak ada kepastian keamanan diri dan keluarga,” lanjut Nikmah.
Nikmah mengaku mendapatkan keterangan itu dari salah seorang warga etnis Rohingya yang mengungsi di Aceh Utara bernama Zaiburrahman atau Rahman (34) dari desa Maundu, Rohingnya.
Rahman ikut terdampar ke Aceh bersama seorang adik perempuannya yang berusia 20 tahun.
Sementara anak, istri, dan orangtuanya tinggal di Bangladesh.
Keterangan lain juga diterima Nikmah dari Karim (25), yang juga berasal dari etnis Rohingnya.
Berbeda dengan Rahman, Karim berangkat sendiri menuju Malaysia yang kemudian terdampar di Aceh tanpa mengajak anggota keluarga lain untuk ikut serta.
Kepada Nikmah, Karim mengaku bahwa mereka menyewa kapal tersebut dari seorang warga Bangladesh, kemudian mengarungi perjalanan selama kurang lebih 4 Bulan 10 hari.
“Di antara para pengungsi Rahman dan Karim yang bisa berbahasa Melayu. Ada pula seorang gadis perempuan bisa berbahasa Inggris sedikit-sedikit. Namun identitasnya tidak disebutkan,” ucap Nikmah.