Wanita yang Diamankan Densus 88 di Semarang Buka Usaha Pengobatan Herbal, Tapi Tak Pernah Lapor RT
Agus mengatakan ketika menerima tamunya yang didominasi laki-laki, IS tidak pernah melapor ke pihak RT.
Editor: Dewi Agustina
IS hanya berkomunikasi dengan para tamunya perempuan namun didominasi laki-laki.
"Ada yang dari Cilacap, saya tidak tahu keperluannya, mungkin berobat," jelasnya kepada Tribunjateng.com.
Jumini menjelaskan, di rumah tersebut IS tinggal sendirian.
Sejak pulang dari Kalimantan IS dikenal pendiam oleh tetangganya.
Setiap di rumah IS hanya berdiam diri di rumah.
"Saya hanya melihat saja, paling dia pulang sehari, nanti lama pulangnya bisa berminggu-minggu," katanya.
Dia menuturkan, sehari sebelum penangkapan ada dua orang yang mengamati rumah IS dari warungnya.
"Kalau penangkapan saya tidak tahu, tiba-tiba dengar kabar sudah ditangkap Polisi," jelasnya.
Baca: Kuasa Hukum Klaim Penusuk Wiranto Tak Terkait Jaringan Teroris
Baca: Penjelasan Polisi Terkait Meninggalnya Seorang Terduga Teroris di RS Polri
Jumini menyebut IS memang membuka pengobatan herbal sekaligus buka pijat.
Ketika membeli sembako di warungnya atau tepat di depan rumah tempat tinggal IS, Jumini ditawari tarif pijat Rp 50 ribu.
"Kalau tetangga tarif segitu namun jika panggilan luar kota atau diundang ke luar kota biaya Rp 2 juta," terangnya.
Profil IS
Identitas perempuan terduga teroris di Semarang Utara terungkap.
Warga setempat, termasuk tetangga terduga kaget soal kabar penangkapan itu.
Densus 88 belum lama ini menangkap terduga teroris perempuan berinisial IS yang tinggal di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.
Ketika Tribunjateng.com datang ke alamat tersebut, ketua RT setempat, Agus Supriyono membenarkan kejadian penangkapan tersebut.
"Betul ada penangkapan oleh Densus, tepatnya Rabu (24/6/2020) sekira pukul 07.00 WIB," jelasnya saat ditemui Tribunjateng.com di rumahnya, Minggu (5/7/2020).
Agus menyebut tidak hanya menangkap IS, Densus juga menyita beberapa barang bukti di rumah tersebut.
Di antaranya baju dan dokumen pribadi.
"Setahu saya barang bukti yang diambil itu. Lalu penangkapan juga berlangsung senyap," bebernya.
Dijelaskan Agus, sebelum proses penangkapan dirinya memang sudah ditemui oleh tim Densus 88 tiga hari sebelum penangkapan.
Mereka mengorek keterangan darinya menyoal identitas IS.
Selain itu, anggota Densus juga memantau di sekitar rumah.
Baik secara langsung maupun pengamatan melalui kamera cctv.
"Saya memang kenal dengan IS, tapi dokumen seperti KTP, KK dan lainnya pihak RT tidak punya. Sebab ketika diminta oleh pihak RT tidak pernah dikasih oleh IS," jelasnya.
Agus mengatakan, rumah yang ditinggali IS merupakan rumah milik kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia.
Rumah itu telah resmi menjadi milik kakak kandung IS yang tinggal di Kalimantan.
"Dulu orang tua IS jadi Pak RT wilayah ini, tapi sudah lama," katanya.
Pantauan Tribunjateng.com, di rumah tersebut terdapat spanduk berukuran sekira 2 meter x 3 meter warna hijau kuning bertuliskan “Rumah Sehat Bu Ana” Cabang Klinik Pangkalan Bun Kalimantan Tengah, menerima pengobatan Asma, Stroke, Jantung, Syaraf Kejepit dan Maag Kronis.
Rumah bertembok itu berukuran sekira 9 meter x 13 meter bercat putih dan krem, berpagar hitam dan digembok.
Tampak lampu menyala terang.
"Ada kerabatnya yang pegang kunci, mungkin dinyalain oleh kerabatnya itu," jelasnya.
Agus menjelaskan, tidak mengetahui pasti proses penangkapan tersebut.
Pasalnya ketika penangkapan dilakukan dia sedang bekerja.
"Tetapi memang beberapa hari sebelumnya saya diajak komunikasi oleh Densus. Begitu pun pada detik-detik penangkapan ada anggota Densus yang menelepon saya," jelasnya. (Iwn)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Pak RT Semarang Heran dengan Perempuan yang Ditangkap Densus 88, Awal Jual Sembako Hingga Buka Pijat