315 Kasus Perceraian di Lhokseumawe Selama Pandemi Covid-19, 145 di Antaranya Istri Minta Cerai
Mahkamah Syariah Kota Lhokseumawe mencatat sejak Januari hingga Juli 2020, sebanyak 315 perkara perceraian
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Pandemi virus corona atau Covid-19 di Indonesia nyatanya juga berdampak pada psikologis masyarakat.
Aktivitas sosial masyarakat disetop, juga 'dipaksa' untuk mengurangi tatap muka dan jaga jarak.
Baca: Anang Hermansyah Ungkap Masa Selepas Cerai dari Krisdayanti: Berdoa Minta Sama Tuhan Mati-matian
Padahal, interaksi tatap muka adalah hal yang mendasar dalam hubungan antarsesama masyarakat.
Pandemi ini juga berdampak pada setiap rumah tangga.
Selain tingkat kekerasan dalam rumah tangga melonjak, angka perceraian juga naik.
Sebut saja di Kota Lhokseumawe.
Mahkamah Syariah Kota Lhokseumawe mencatat sejak Januari hingga Juli 2020, sebanyak 315 perkara perceraian.
Sebanyak 145 kasus di antaranya adalah gugatan cerai oleh istri terhadap suaminya.
Angka itu jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu hanya 258 perkara cerai.
Panitera Mahkamah Syariah Kota Lhokseumawe Khudaini, dihubungi per telepon, Selasa (28/7/2020), menyebutkan, penyebab istri menggugat cerai suaminya karena masalah ekonomi.
“Apakah faktor ekonomi itu juga gara-gara dampak pandemi corona ini, saya tidak tahu. Yang jelas, faktor ekonomi menjadi alasan utama menggugat suami bercerai,” kata Khudaini.
Dia merincikan, kasus talak hanya 49 perkara, sedangkan 121 perkara merupakan kasus isbat nikah, dispensasi kawin dan penetapan ahli waris.
Kasus perceraian itu seluruhnya berada di bawah usia 45 tahun.
“Dari 315 perkara kasus cerai, sudah 250 perkara yang ada putusannya hingga sekarang ini. Sisanya masih dalam tahap mediasi damai antar suami dan istri,” katanya.
Dia mengimbau masyarakat Lhokseumawe jika terjadi konflik rumah tangga jangan langsung mengajukan gugatan cerai ke Mahkamah Syariah.
Baca: Meggy Wulandari dan Kiwil Sepakat Cerai, Anak Sudah Putuskan dengan Siapa Mereka Tinggal
Dia menyarankan agar masalah itu diselesaikan secara kekeluargaan.
“Baiknya masalah keluarga diselesaikan baik-baik. Jangan marah langsung gugar cerai, didiskusikan dan cari solusinya, diselesaikan secara kekeluargaan,” imbau Khudani.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Selama Pandemi Corona, 145 Istri Gugat Cerai Suami di Lhokseumawe