Nasib Mahasiswa Pelaku Fetish Kain Jarik, Pihak Unair Belum Bisa Menghubungi hingga Kini
Gilang, mahasiswa pelaku fetish kain jarik, belum bisa dihubungi hingga saat ini. Lantas, bagaimana nasibnya?
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari

dr Andreas mengungkapkan fetish merupakan ketertarikan seorang manusia.
“Kalau dalam istilah kesehatan mental ya, fetish tidak menimbulkan penderitaan dan tidak menimbulkan gangguan fungsi,” terangnya, Jumat.
“Fetish bukan penyakit yang bisa disembuhkan. Itu kan ketertarikan kita."
"(Misalnya) oh saya suka yang lebih muda atau yang lebih tua, saya suka yang pakai seragam ini. Itu kan bukan suatu penyakit,” papar dia.
Mengenai fetish Gilang yang ramai diperbincangkan adalah karena ia melakukannya tanpa ada persetujuan dari pihak lain.
Kondisi tersebut, kata dr Andreas, disebut gangguan karena telah menimbulkan penderitaan dan gangguan fungsi.
“Dalam hal ini dia jelas sudah menimbulkan penderitaan, baik bagi dirinya, maupun orang lain."
"Yang kedua, dia membuat jadi gangguan fungsi, apa gangguannya?"
"Ya itu sudah mengganggu relasinya dengan sesama manusia,” tutur dr Andreas.
Ia pun menyarankan agar Gilang atau penderita serupa untuk berkonsultasi pada psikolog agar gairahnya bisa terkontrol.
“Supaya dia berfungsi kembali untuk berelasi dengan orang secara aman dan nyaman,” tandasnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, SURYA.co.id/Sulvi Sofiana/Tony Hermawan, Kompas.com/Achmad Faizal/Dian Reinis Kumampung)