Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Perjuangan Agung Nugroho jadi Relawan Covid-19 di Boyolali, Sempat Tak Dapat Restu dari Ibu

Seorang Tim Relawan Rumah Sakit Darurat Covid-19, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah bernama Agung Nugroho membagikan cerita saat dirinya relawan Covid

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
zoom-in Cerita Perjuangan Agung Nugroho jadi Relawan Covid-19 di Boyolali, Sempat Tak Dapat Restu dari Ibu
https://www.facebook.com/mbilung.kesurupan
Cerita Perjuangan Agung jadi Relawan Covid-19 di Boyolali, Sempat Tak Dapat Restu dari Ibu 

"Di mana saat itu saya sebagai Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) di Kecamatan Gladagsari," katanya.

Agung mengatakan, dirinya terkonfirmasi positif dalam kategori asimptomatic.

Kondisi itu membuat dirinya nyaris tanpa mengalami gejala klinis sebagaimana pasien corona pada umumnya.

"Kondisi saya bugar dan segar. Nyaris tanpa gejala apa pun. Hanya sedikit gejala gatel di tenggorokan," imbuhnya.

Agung menyebut gejala di atas seperti ada duri ikan bandeng yang menyakut di tenggorokannya.

"Yang rasanya itu jarang banget munculnya, dan halus banget. Bila saya tidak memperhatikan dan mawas terhadap gejala ini, pasti saya akan abai," lanjutnya.

Agung sendiri mengaku, gejala yang dirinya alami sudah dirasakan jauh sebelum melakukan tes swab.

Baca: Bebas Covid-19, Jerinx SID Bersedia Jadi Relawan Agar Indonesia Terbebas dari Rasa Takut Berlebihan

Berita Rekomendasi

Ia waktu itu memutuskan untuk mengisolasi diri dan menjauh dari keluarga dan lingkar pergaulan.

Selama 10 hari, Agung tinggal di kamar mess RSDC19 Boyolali, kamar yang disediakan untuk tim relawan.

Kondisi dengan bayang-bayang risiko sebagai relawan penanganan Covid-19 disadari penuh oleh Agung.

Demi menjaga orang sekitarnya untuk tetap terjaga dari paparan Covid-19, dirinya melakukan segala cara.

Ia mulai menerapkan protokol kesehatan yang ketat hingga menjaga pergaulan sehari-hari dirinya.

"Masker yang setiap waktu saya gunakan selalu dobel, masker surgery dan masker scuba. Saya pakai dobel adalah untuk rasa nyaman saya. Social distancing saya berusaha ketat terapkan dalam kehidupan saya sehari-hari."

"Dalam penerapan distancing ini, saya menyadari sangat mungkin ada sanak kerabat yang menganggap bahwa saya paranoid, berlebihan, dan tertawa sinis mencemooh. Saya tidak berkeberatan bilamana ada yang berpersepsi demikian."

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas