Siapa Pembunuh Sumi dan Putrinya? Kasus Serupa Pelaku Orang Terdekat, Suami Hingga Keponakan Korban
Sepekan berlalu sejak ditemukannya korba, hingga Kamis (1/10/2020) pagi, pelaku pembunuhan ibu dan anak ini belum juga terungkap.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belum lama ini warga digegerkan dengan kematian ibu dan anak di Jalan Tanjung Harapan, Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), Selasa (23/9/2020).
Sumi (40) dan anak gadisnya Geby (19) tewas terkapar di lantai di dalam rumah dan ada bekas darah mengering.
Keluarga menganggap kematian korban tak wajar.
Korban ditemukan tewas setelah tak bisa dihubungi selama tiga hari.
Di lokasi kejadian terdapat darah yang mengering.
Keluarga korban, Yogi mengungkapkan korban Sumi tinggal di rumah itu bersama anaknya Geby dan suami barunya yang biasa disapa Alau.
Namun, suami baru Umi itu tidak ada di tempat dan belum diketahui keberadaannya hingga saat ini.
Sepekan berlalu sejak ditemukannya korban, hingga Kamis (1/10/2020) pagi, pelaku pembunuhan ibu dan anak ini belum juga terungkap.
Polisi mengaku telah mengumpulkan berbagai barang bukti dari beberapa kali olah tempat kejadian perkara terhadap kasus dugaan pembunuhan ibu dan anak tersebut.
Walaupun masih belum mengungkap terduga pelaku pembunuhan, namun Kapolresta Pontianak, Kombes Pol Komarudin, memastikan pihaknya hingga kini terus melakukan penyelidikan.
Bahkan, polisi mengaku telah menemukan fakta-fakta baru di lapangan yang berkaitan dengan terduga pelaku.
"Ada beberapa fakta baru yang ditemukan, dan kita terus mendalami berbagai temuan dan bukti baru yang kita dapatkan, ucap Kapolresta Pontianak seperti dikutip dari Kompas tv.
Baca: Polisi Ungkap Pembunuhan Sopir Mobil Rental, Berikut Kronologinya
Kronologis
Peristiwa itu terjadi di Jalan Tanjung Harapan, Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar).
Keluarga korban, Yogi menceritakan kronologi penemuan dua keluarganya tersebut.
Yogi menyampaikan bahwa sang ibu bernama Sumi alias Umi (40).
Sedangkan, anak bernama Geby berusia 19 tahun.
Diceritakan Yogi, pihak keluaga memang mulai merasa curiga.
Karena Sumi dan Geby sudah tiga hari tak dapat dihubungi.
Kemudian, keluarga besar korban sepakat untuk berkumpul dan mendatangi rumah korban.
Sekira pukul 21.00 WIB, dia bersama keluarga yang lain tiba di lokasi.
Saat tiba di rumah korban, pihak keluarga menemui sejumlah kejanggalan.
Di antaranya, lampu rumah dalam keadaan mati, dan gorden jendela terkeluar.
"Pas ngintip dari jendela lihat ada yang tergeletak ke luar," cerita Yogi kepada Tribunpontianak.co.id di lokasi kejadian.
“Langsung bilang, dobrak saja. Pas didobrak sudah melihat Umi ini sudah meninggal," cerita Yogi.
"Itu posisinya si Geby di dalam kamar, Umi nya di luar, darahnya sudah kering, kayaknya sudah tiga hari," timpalnya.
Yogi mengungkapkan bahwa korban tinggal di rumah itu bersama anak dan suami barunya yang biasa disapa Alau.
Baca: 3 Hari Berlalu, Kasus Dugaan Pembunuhan Seorang Ibu dan Anak Gadisnya di Pontianak Belum Terungkap
Namun, saat ini, sang suami tidak ada di tempat dan tak diketahui keberadaannya.
Kesaksian Warga
Satu di antara warga yang rumahnya berdampingan dengan rumah korban, Isnaini mengatakan sejak dua hari sebelum kejadian rumah korban memang tampak selalu tertutup dan sepi.
Dikatakannya, tidak ada tanda-tanda keributan ataupun suara teriakan apapun sebelum mayat itu ditemukan.
Dia mengetahui adanya mayat tersebut lantaran ada keluarga korban yang mendatangi rumah yang tertutup itu.
Penemuan mayat bermula saat adanya keluarga korban menelepon nomor handphone korban berkali-kali, namun tak diangkat.
Lantas merasa penasaran dan khawatir keluarga korban dari Sungai Ambawang itu pun, dikatakannya, langsung mendatangi rumah korban.
Sesampainya di rumah korban, pintu memang terlihat tertutup.
Hingga keluarga pun, lanjut Isnaini, langsung mendobrak.
Dengan sontak dan terkejut setelah didobrak kabar mengejutkan Ibu dan anak perempuan itu sudah ditemukan terkapar tak bernyawa di lantai.
"Kami pas dengar orang teriak terkejut, pas kita cek rupanya ada ibu dan anak sudah meninggal dalam keadaan terbaring ke kiri ngadap ke timur di lantai dekat pintu dan kursi," ujarnya.
Dikatakannya, anak dari ibu itu masih berstatus mahasiswa yang menjalani pendidikan di kampus Pontianak.
Ia pun menduga bahwa meninggalnya dua wanita ini, diduga akibat dipukul, karena darah yang ada tak terlalu banyak.
"Mungkin dipangkong, karena darah enggak banyak," katanya.
Kasus pembunuhan ibu dan anak ini bukanlah kali pertama terjadi.
Catatan Tribunnews, sejak awal 2020 setidaknya ada 3 kejadian serupa di sejumlah daerah di Indonesia, di antaranya Jambi, Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel).
Pelaku pembunuhan sebagian besar adalah orang terdekat korban.
Sebut saja kasus pembunuhan ibu dan anak di Kecamatan Maro Sebo, Jambi, pelakunya adalah keponakan korban sendiri.
Sementara di Banyuasin, Sumatera Selatan, seorang ibu Yuti Kontesa (30) dan anaknya Rajata Baikal (3) tewas usai dibunuh oleh suaminya sendiri, Rendi Arista (34).
Belakangan Rendi tewas setelah dirawat beberapa hari usai mencoba bunuh diri dengan minum racun.
Berikut rangkumannya:
1. Jambi, 11 Januari 2020
Awal Januari 2020, warga Desa Maro Sebo, Kecamatan Maro Sebo, Jambi digegerkan dengan meninggalnya seorang ibu, Heti (52) dan anaknya Nia (16) di dalam kamarnya pada Sabtu (11/1/2020) sekira pukul 23.00 WIB.
Peristiwa itu terjadi di RT 05 Desa Bakung tepatnya di dalam kamar gudang bengkel PT Marwa Bangun Persada atau (MBP).
"Iya benar ada kejadian itu. Kejadiannya tadi malam yang meninggalnya itu dua orang perempuan, ibu dan anak," kata dia, Minggu (12/1/2020).
Korban yang meninggal tersebut diketahui sebagai seorang juru masak di PT MBP yang bergerak di bidang pengolahan aspal tersebut.
Belakangan diketahui, pelaku pembunuhan ibu dan anak itu ternyata HT (25). HT tak lain adalah keponakan korban Heti.
Motif HT (25) menghabisi nyawa Heti (52) dan putrinya Nia (16) akhirnya terkuak.
Pria bertubuh pendek ini tega membunuh ibu dan anak, yang merupakan saudaranya sendiri, di kamar gudang PT MBP.
Kecurigaan polisi berawal dari uang yang ada di kantung HT yang saat itu melapor adanya pembunuhan ke polisi.
Baca: Viral Aksi Pembacokan yang Dilakukan Sekelompok Orang di Jambi, Tiga Orang Terluka
Polisi kemudian melakukan pemeriksaan terhadap pelapor.
Hal ini disampaikan Kapolres Muarojambi, AKBP Ardiyanto, saat ekspose, Selasa (14/1/2020).
HT merupakan penjaga malam PT Marwa Bangun Persada (MBP), yang juga keponakan korban Heti (52).
Dia menghabisi Heti dengan cara menembaknya menggunakan senapan angin dan menusuknya pakai pisau pada Sabtu (11/1/2020) malam, di mess PT MBP.
Bukan hanya Heti, Nia (16) juga turut dibunuh dengan cara ditusuk pakai pisau dan dibekap bantal hingga tewas.
Kapolres menuturkan, setelah kejadian itu HT melaporkan kejadian pembunuhan ke kepolisian.
"Jadi di kantong tersangka kita lihat itu ada uang yang ada bercak darahnya. Uang itu sebesar Rp 2,4 juta. Logikanya, apabila motifnya lain, ada uang di atas meja di kamar itu tidak diambil. Jadi kita curiganya di sana," ungkap Kapolres.
Berdasarkan keterangan dari tersangka, setelah menghabisi nyawa kedua korban tersebut, HT kemudian mengambil pisau miliknya dan melemparkannya ke arah kolam di belakang Mess.
"Tersangka kemudian masuk ke kamar korban dan mengambil uang yang diitipkan tadi kepada korban dan mengambil HP milik Nia," kata dia.
"Uang yang dititipkan pelaku dimasukkan ke dalam saku celana pelaku. Jadi uang itu tadi yang ada bercak darahnya. Sementara untuk HP milik Heti dibuang ke kolam di belakang mess. Sedangkan senapan angin yang digunakan pelaku dicuci, kemudian di taruh di balik pintu keluar mess," sambungnya.
Kapolres menerangkan bahwa pengungkapan kasus ini juga berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), hasil visum serta teknik pemeriksaan mendalam terhadap para saksi.
Berdasarkan hasil olah TKP, ditemukan sejumlah barang bukti, termasuk senapan angin.
Dari pemeriksaan visum terdapat luka tikam pada kedua korban dan satu luka bengkak yang mengeluarkan darah pada kening korban Heti.
Mengapa Membunuh Heti?
Akhirnya Satreskrim Polres Muarojambi menyimpulkan pelaku peristiwa tersebut mengarah kepada tersangka HT.
"Pelaku akhirnya mengakui perbuatannya telah melakukan pembunuhan kepada kedua korban dengan motif dendam dan sakit hati terhadap perlakuan kedua korban kepada tersangka," bebernya.
Kata Kapolres, kejadian pada Sabtu malam merupakan puncak dari rasa sakit hati yang dirasakan tersangka.
"Sebab berdasarkan keterangan tersangka, tersangka sering diejek atau diolok-olok oleh korban, sehingga pada saat malam tersebut, pelaku itu memuncak tidak tertahan lagi," tuturnya.
"Berawal dari tersangka menitip uang untuk ditransfer, tapi kedua korban meminta kejelasan dan ada perkataan menyingung pelaku, dan terjadilah kejadian pembunuhan tersebut," ujarnya.
Sembilan Butir Peluru
Sembilan butir peluru senapan angin berikut satu senapan angin dan satu buah pisau tongkat tombak panjang lebih kurang 30 cm diamankan oleh Polres Muarojambi sebagai barang bukti yang digunakan oleh HT (25) dalam menghabisi nyawa Heti (52) dan anakanya Nia (16).
Selain senapan angin, dalam konferensi pers yang digelar Polres Muarojambi juga membeberkan sejumlah barang bukti lainnya yaitu uang Rp 2,4 juta dan baju kaos yang digunakan oleh pelaku.
Selain itu juga ada seprei, bantal dan satu helai kain yang turut menjadi barang bukti.
"Pelaku menghabisi nyawa korban dengan menggunakan senapan angin dan pisau. Untuk korban ibunya (red- Heti) menggunkan senapan angin dan pisau," kata Kapolres Muarojambi, AKBP Ardiyanto saat konferensi pers, Selasa (14/1/2020).
Baca: Polisi Amankan Asbak Rokok di TKP, Jejak Pelaku Pembunuhan Ibu dan Anak Gadisnya Masih Misteri
2. Kabupaten Banyuasin, Sumsel, 22 Maret 2020
Leni Kartika (29) dan anak semata wayangnya, AN (11) ditemukan tewas mengenaskan dengan luka parah pada Minggu (22/3/2020).
Mayat warga Desa Jalur 8 Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan itu ditemukan pertama kali oleh keluarganya yang curiga Leni tak kunjung ke luar rumah.
Dilansir dari Tribunsumsel.com, M Anwar (30), kakak Leni bercerita sang adik punya kebiasan bangun pagi dan membuka pintu.
Namu pada Minggu pagi, Leni tak kunjung terlihat ke luar rumah.
"Biasanya, subuh adik saya itu (Leni) sudah buka pintu. Tapi sampai matahari sudah terang, kok pintu rumahnya tidak terbuka," kata Anwar saat ditemui di depan Instalasi Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.
Anwar pun curiga. Ia memeriksa rumah adiknya dan menemukan pintu rumahnya dalam keadaan terkunci.
Namun jendela samping rumah sudah dalam kondisi tercongkel dari luar.
"Dari situ saya curiga dan langsung ngajak orang lain untuk cek ke dalam," ujarnya.
Dibantu warga, Anwar masuk ke rumah adiknya melalui jendela yang rusak dan menemukan sang adik dan keponakannya tewas bersimbah darah.
"Adik saya mengalami luka gorok di leher. Sedangkan anaknya alami luka bekas pukulan di kepala, lebam di leher dan lecet," ujarnya.
Leni tewas di lokasi, sementara putrinya AN yang masih hidup segera dievakuasi ke Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH).
Sayangnya nyawa AN tidak bisa diselamatkan. Dia meninggal saat dirawat.
"Keponakan saya, saat ini jenazahnya sudah dibawa pulang ke kampung untuk dimakamkan. Sedangkan adik saya masih akan divisum di RS Bhayangkara Palembang," ujarnya.
Saat membawa jenazah sang adik masuk ke instalasi forensik RS Bhayangkara, Anwar terlihat tak kuasa menahan tangis.
"Saya berharap, siapapun yang berbuat seperti ini ke adik saya, bisa segera mendapat ganjaran setimpal atas perbuatannya," harap dia.
Dia menejelaskan pihak keluarga juga sudah membuat laporan ke pihak yang berwajib.
"Saya berharap kasus ini bisa segera terungkap," ujarnya.
3. Banyuasin, 27 Juli 2020
Yuti Kontesa (30) dan anaknya Rajata Baikal (3) tewas usai dibunuh oleh suaminya sendiri, Rendi Arista (34) dengan menggunakan tabung gas elpiji 3 kilogram, Senin (27/7/2020).
Pelaku bernama Rendi Arista (34) itu lalu mencoba mengakhiri nyawanya dengan cara gantung diri.
Namun usaha pria yang tinggal di Desa Tajamulya Philips IV, Betung, Kabupaten Banyuasin, Sumsel gagal lantaran tali yang akan digunakan untuk gantung diri terputus.
Seusai membunuh anak dan istrinya, pelaku sempat kabur sebelum akhirnya ditangkap.
"Tersangka ini sempat akan melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri di belakang rumah dan di ruang tamu, namun gagal karena tali yang hendak digunakan putus.
Setelah itu kabur dan coba bunuh diri lagi dengan cara minum racun rumput merk gra*****. Karena terminum racun, sehingga pelaku dibawa ke rumah sakit di Banyuasin untuk proses detoks," kata Supriadi.
Pelaku menghabisi nyawa istri dan anaknya, dengan cara dipukul menggunakan tabung gas 3 kg.
Ini dikuatkan dengan barang bukti tabung gas yang ditemukan di dekat jenazah kedua korban.
Selain itu, dari hasil olah tempat kejadian perkara terlihat benturan benda tumpul di kepala kedua korban setelah dilakukan identifikasi.
"Sementara ini, dari keterangan saksi-saksi tersangka ini sempat direhabilitasi sebanyak dua kali berkaitan dengan kecanduan narkoba. Pelaku ini juga diberhentikan dari pekerjaannya karena Covid-19, diduga pelaku ini mengalami depresi karena diberhentikan dari pekerjaannya," jelas Supriadi.
Pelaku Tewas
Belakangan, Rendy Arista, pelaku pembunuhan istri dan anaknya meninggal dunia.
Warga Desa Taja Mulya Kecamatan Betung Banyuasin meninggal setelah sempat sekarat dirawat karena menenggak racun.
Komalasari ibu kandung Rendy, tak banyak bicara.
Dia hanya murung dan tampak pilu setelah hilangnya menantu dan cucu kesayangan dan kini disusul anak kandungnya yang juga meninggal.
"Ya, anak saya orang cemburuan tinggi," ucap Komalasari.
"Bapaknya Rendy sudah berupaya keras untuk kesehatan Rendy, tapi tak tahu kalau jadi begini," tutur Komalasari yang meminta maaf kepada keluarga besan atas perbuatan anaknya.
Sebelumnya, Rendy nekat membunuh istrinya, Yuti dengan menggunakan tabung gas berat 3 kg.
Sedangkan anak bungsunya Rajata Baikal Lazim (3) disekap dengan menggunakan bantal hingga tak bernyawa.
Sedangkan anaknya yang lain, Basuki Ariska Putra (6) yang saat itu tidur bersama ibu dan adiknya, selamat karena tidak mendapat perlakukan buruk dari sang ayah.
Begitu pula Amelia Ariska Putri (11) saat kejadian tidak tidur di rumah, Amelia tidur di rumah neneknya Kumalasari yang berdamping rumah saja. (tribun pontianak/tribun jambi/tribun sumsel/sriwijaya post/kompas.com/kompastv/dewi agustina)