Heboh Isu Tsunami: Pedagang di Palabuhanratu Menjerit, Warga Dusun Sine Tulungagung 4 Kali Mengungsi
Isu tsunami menimpa warga Dusun Sine, Tulunggagung hingga mereka mengungsi ke gardu pandang, sementara di Plabuhanratu pedagang mengeluh omzet turun.
Penulis: Theresia Felisiani
“Sebenarnya itu kan kajian untuk membaca potensi, bukan prediksi. Itu yang tidak dipahami masyarakat,” terang Soeroto, Kamis (8/10/2020) pagi.
Soeroto mengungkap, awalnya terjadi fenomena air laut surut seperti biasa.
Sebagian warga melaporkan adanya ikan-ikan yang mendarat di pantai.
Melihat itu ada warga yang meneriakkan tsunami, hingga menimbulkan ketakutan.
“Spontan masyarakat lari ke tempat tinggi. Ini sudah kejadian yang ketiga,” ujar Soeroto.
Saat ini masyarakat Dusun Sine sudah kembali beraktivitas seperti semua.
Menurut Soeroto, respon masyarakat terhadap isu tsunami itu menunjukkan kesiapsiagaan mereka.
Jika memang muncul tanda-tanda tsunami, mereka sudah bisa melakukan evakuasi diri dan mencapai titik aman.
“Positifnya, jika memang terjadi tsunami masyarakat sudah aman. Mereka sudah tahu cara menyelamatkan diri,” sambung Soeroto.
Namun memang perlu ada penekanan tanda-tanda alam datangnya tsunami.
Dengan begitu masyarakat tidak percaya begitu saja saat ada isu datangnya tsunami.
Ia memaparkan, tsunami selalu didahului dengan gempa bumi.
“Kalau gempanya hanya 1-2 skala richter tidak mungkin terjadi tsunami,” katanya.
Baca juga: Bukan Covid-19, Isu Tsunami Bikin Omset Penjualan Pedagang di Pelabuhanratu Turun 25 Persen
Setelah gempa, 20 detik kemudian diikuti fenomena air laut surut secara signifikan.
Kemudian hewan-hewan berlarian ke arah yang lebih tinggi.
Dengan insting alaminya, hewan bisa membaca tanda bahaya dan menuju tempat yang aman.
Masyarakat punya waktu 20 detik untuk mencapai tempat evakuasi.
Khusus di Pantai Sine, ada empat jalur evakuasi yang sudah disiapkan.
Mereka diarahkan mencapai ketinggian sekurangnya 20 meter dari pantai.
“Makanya di setiap pantai kami pasang tanda 20-20-20. 20 detik selepas gempa, 20 menit untuk evakuasi, dan ketinggian 20 meter sebagai tempat yang aman,” pungkas Soeroto.
Warga Dusun Sine sering mengungsi karena isu tsunami
1. Film 2012
Film 2012 adalah film fiksi ilmiah yang diproduksi tahun 2009.
Film ini terinspirasi berakhirnya kalender perhitungan Suku Maya, pada 2 Desember 2012.
Berakhirnya penanggalan suku maya ini kemudian ditarsirkan sebagai datangnya kiamat.
Film ini menggambarkan sebuah meteor besar jatuh ke bumi dan menimbulkan tsunami besar.
Tsunami ini yang menyebabkan kepunahan populasi manusia.
Saat film ini tengah booming di akhir 2009, warga Sine pernah menjadi korban isu tsunami.
Bermula dari warga yang bekerja di luar negeri memberi kabar, akan ada meteor jatuh di laut Sine.
Warga pun berbondong-bondong mengungsi ke tempat yang aman hingga beberapa hari.
2. Alarm Tsunami Menyala
Pantai Sine di Dusun Sine, Desa Kalibatur adalah satu di antara pantai berpenghuni di Tulungagung.
Jarak permukiman hanya belasan meter dari bibir pantai, sehingga pantai ini masuk dalam peta rawan tsunami.
Karena itu pemerintah pernah memasang early warning system (EWS) di pantai ini.
Pada tahun Desember 2012, EWS tsunami di Pantai Sine sempat menyala.
Warga pun panik dan mengungsi ke tempat tinggi hingga beberapa hari.
Ketakutan warga saat itu karena sedang hangatnya isu kiamat di media sosial.
Sebab saat itu adalah masa berakhirnya penanggalan Suku Maya, pada 12 Desember 2012.
Ada yang meramalkan berakhirnya penanggalan itu adalah datangnya kiamat.
Setelah diselidiki, EWS tsunami di Pantai Sine menyala karena EWS serupa di Kabupaten Pacitan juga menyala.
Saat itu Pacitan diguncang gempa skala rendah, dan memicu EWS.
Isu tsunami yang mengegerkan warga Dusun Sine juga pernah terjadi pada 19 Juli 2019 malam.
Saat itu warga tengah menggelar hiburan pesta adat labuh laut.
Di saat pertunjukan jaranan, terjadi fenomena air laut surut seperti biasa.
Namun diduga ada yang salah dengar, akan terjadi tsunami.
Pertunjukkan kesenian tradisional ini pun berubah menjadi kekacauan.
Warga berebut kabur ke arah tempat evakuasi di wilayah pegunungan.
Kursi-kursi berserakan karena ditabrak oleh warga yang menyelamatkan diri.
Kekacauan terjadi, karena jalan akses ke dusun ini hanya satu.
Ketakutan warga ini bermula dari pesan berantai lewat WhatsApp, tentang adanya megathrust di pesisir selatan Jawa.
Dalam pesan itu, akan terjadi gempa dahsyat yang menimbulkan gelombang setinggi 90 meter.
Tsunami ini akan menerjang 22 pantai yang ada di Tulungagung.
Apalagi di media sosial ada yang menulis, tsunami akan terjadi antara Jumat (19/7/2019) hingga pertengahan Agustus mendatang.
Diduga sudah termakan isu tsunami, warga ini ketakutan saat melihat air laut surut dan memperingatkan yang lain.
Namun setelah suasana tenang, warga kembali ke rumah masing-masing. (tribun network/thf/Surya.co.id/TribunJabar.com)