Linmas Pariwisata Garda Terdepan, Kampung Halaman Presiden Aman dan Nyaman Dikunjungi
Linpar yang baru seumur jagung dibentuk ini memiliki prestasi, Maret 2020 lalu program Linpar telah meraih Juara 1 Lomba Inovasi Satlinmas Jawa Tengah
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM – Liana Kristiani, tak malu mengenakan mahkota khas meski berseragam Linmas (Perlindungan Masyarakat).
Berbalut ban lengan oranye di lengan kirinya, ia rela mengenalkan sosok Linmas Pariwisata (Linpar) milik Kota Solo.
Di setiap event wisata dan budaya, Liana bersama petugas Linpar lainnya pun digerakkan untuk mengawal berlangsungnya acara.
Terutama menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dan wisatawan.
Contohnya adalah pada kegiatan Boyong Kecamatan, Liana dan belasan Linpar berada di depan rombongan.
“Kita pakai mahkota dan pakai ban lengan tulisan Linmas Pariwisata di situ. Barisan depan untuk pengaman rombongan peserta acara,” jelasnya ditemui Tribunnews.com Kamis (5/11/2020).
Baca juga: Lewat Video Singkat, Ganjar Pranowo Ajak Masyarakat Terus Bersatu Melawan Pandemi Covid-19
Atribut mahkota yang dikenakannya saat itu membuat orang bertanya. Bagaimana tidak jika para petugas berseragam Linmas serba hijau mengenakan juga mahkota untuk menghiasi kepala.
“Banyak yang heran Linmas kok seperti itu. Tapi justru mahkota itu sebagai simbol pariwisata. Kita sekaligus mengenalkan inilah Linmas Pariwisata yang dimiliki Kota Solo untuk menjaga keamanan dan kenyamanan berpariwisata,” ucap dia.
Lalu di kegiatan-kegiatan lain, seperti kunjungan UNESCO ke Solo, Linpar dihadirkan untuk menyambut turis-turis dalam rombongan kunjungan.
Lagi-lagi Liana dan rekan Linpar mengenakan seragam dinas Linmas bermahkota serta ban lengan oranye.
“Hal itu menjadi kesempatan kita untuk promosi lagi. Ini lho Linmas Pariwisata, petugas yang mengamankan wisata,” katanya.
Suka duka sebagai petugas Linpar pun pernah dialami ibu dua anak itu. Tak sedikit yang memandang sebelah mata pekerjaannya sebagai Linmas.
“Dulu pernah saat menjadi pagar betis event acara, para penonton nekat menerobos barisan Linmas, padahal sudah aturan agar menjaga jarak tapi tidak diindahkan,” cetus Liana.
Sementara terkait pengalaman, Liana mengaku mendapat lebih banyak hal berkesan dibanding duka menjadi Linpar.
“Sukanya banyak, dulunya saya ga tahu tempat-tempat wisata di Solo, kini saya jadi tahu. Tambah teman, tambah ilmu juga wawasan pariwisata budaya,” tegasnya.
Namun hal tersebut di atas merupakan sekelumit ceritanya sebelum pandemi menyerang.
Liana yang juga mejabat Sekretaris Linpar ini mengakui, event-event lumpuh dan dibatasi saat virus corona mulai merebak di Indonesia.
Sisi lain, tugas dan pengabdian Liana sebagai anggota Linmas tetap berjalan di wilayah masing-masing dengan tetap mengenakan ban lengan oranye Linmas Pariwisata.
Baca juga: Naikkan UMP Jateng, Ganjar Pranowo Digugat ke PTUN, Dianggap Rugikan Usaha, Begini Tanggapannya
Contohnya saat pembagian Bantuan Sosial Tunai (BST) kepada warga di kelurahan, Liana bertugas menjaga keamanan antrean warga.
Pun juga menuntun warga yang membutuhkan pertolongan agar dapat mengambil bantuan dari pemerintah.
“Saat pandemi kami tetap difungsikan di kelurahan wilayah masing-masing, misalnya kala pembagian BST. Selain mengamankan tetap pakai ban lengan Linpar beri pelayanan ke warga,” terang wanita yang bertugas di Kampung Baru ini.
Masih di tengah pandemi, Linpar juga berperan dalam penanganan Covid-19.
Yakni mulai dari penyemprotan disinfektan, sosialisasi penggunaaan masker, bantuan tenaga dan pengamanan pembagian sembako.
“Ke depan untuk membantu pencegahan covid-19 , kami lakukan patroli dan mensosialisasikan penggunaan masker untuk penanganan covid-19,” ucap dia.
Selain itu, misinya sebagai garda terdepan pariwisata di Kota Solo mulai terus dimatangkan untuk menyambut digelarnya event-event di Solo saat pandemi berlalu nanti.
Linpar, lanjutnya, mengembangkan diri dengan memperkaya ilmu dan wawasan soal wisata di Solo.
Hal itu diwujudkan dengan kegiatan Gowes to Museum yang baru digelar pertengahan Oktober lalu.
“Kami Linpar menginisiasi acara Gowes to Museum, awalnya ga ada kegiatan bersama karena pandemi. Lalu terbersit ide gowes to museum, rekreasi sekaligus belajar tempat wisata,” jelas Liana.
Baca juga: Penyelesaian Perkara Perbankan di Masa Pandemi Covid-19 Dinilai Perlu Terobosan
Disebutnya kegiatan Gowes to Museum dilakukan dengan bersepeda dari Balai Kota Solo lalu mengunjungi 3 museum. Yakni Museum Batik Danarhadi, Museum Keris, dan Museum Samanhudi.
Dari ketiga museum itu, para Linpar dibekali pengetahuan dan wawasan mengenai sejarah dan koleksi museum.
“Jadi nanti masa pandemi berlalu dan sudah banyak wisatawan, event-event sudah mulai digelar, kita juga sudah punya bekal pengetahuan pariwisata. Siap jadi garda wisata Solo,” urainya.
Rencananya kegiatan Gowes to Museum akan menjadi kegiatan rutin bulanan.
“Selanjutnya kita adakan sebulan sekali Gowes to Museum untuk belajar dan penyegaran Linpar,” imbuh wanita berusia 38 tahun.
Juara 1, Linpar Digodok Pemkot
Keberadaan Linpar menjadi perhatian sendiri untuk Pemerintah kota Solo, terkhusus pada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Kasi Bina Potensi Masyarakt Satpol PP Solo, Hary Siamto, menyatakan, Linpar disiapkan untuk menjadi garda terdepan pariwisata Kota Solo.
Tentunya dengan kerjasama dan koordinasi organisasi perangkat daerah lainnya. Seperti Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, dan Bappeda.
“Tugas Linmas di Solo di antaranya adalah menyebarluaskan info budaya dan pariwisata di Kota Solo, karena Solo di-branding sebagai kota budaya dan pariwisata,” terang Hary.
Hal itu dikatakannya untuk menindaklanjuti Peraturan Daerah (Perda) No 12 Th 2018 Kota Solo terkait perlindungan masyarakat. Ia menyebut satu-satunya Perda yang dimiliki kota di Indonesia yang mengatur Linmas.
Hary bercerita, Linpar merupakan program Satpol PP untuk Satuan Linmas Kota Solo yang berisi total 17 personel. Mereka diambil dari berbagai Linmas di beberapa kelurahan prioritas memiliki destinasi wisata.
Misal di Kauman, Laweyan, Kampung Baru, meski ia menilai hampir semua kelurahan di Solo punya kandungan sejarah.
“Jadi teman-teman Linpar ini adalah anggota Linmas yang disiapkan dan dibekali baik pengetahuan dan keterampilan secara sukarela untuk menjaga keamanan dan kenyamaan objek wisata di Kota Solo,” ucapnya.
“Maka pemahaman pariwisata memang harus dimiliki Linmas di Solo sebagai embrio temen-teman di wilayah nanti,” tambahnya.
Hary mengungkap, Linpar yang baru seumur jagung dibentuk ini sudah memiliki prestasi. Pada Maret 2020 lalu program Linpar telah meraih Juara 1 Lomba Inovasi Satlinmas Tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Berangkat dari hal itu, Satpol PP pun serius menggarap Linpar ke depan sebagai garda terdepan wisata Kota Solo.
Terbaru, desain seragam anyar Linpar telah selesai dibuat dan telah dipamerkan.
“Terkait seragam baru Linpar nanti bertema budaya, bercorak batik Truntum. Filosofinya tentang sesepuh atau yang dituakan bisa melindungi masyarakat dengan penuh kasih sayang dan sukarela,” ungkapnya.
Baca juga: Pesan Jokowi untuk Gibran Jelang Debat Paslon Pilkada Solo Malam Nanti, Harus Dibawa Santai
Untuk warna tetap mempertahankan warna khas Linmas yakni hijau, yang menurut Hary memiliki makna kesuburan.
“Linpar nanti juga pakai dasi, menandakan petugas pariwisata. Insya Allah Desember saat sosialisasi penanganan covid-19 nanti seragam sudah bisa dikenakan,” tegasnya.
Pengadaan seragam baru Linpar dijelaskan Hary semakin menandakan bahwa Satpol PP ingin serius dan mempersiapkan diri para petugas semakin pantas memberi pelayanan kepada wisatawan.
“Kembali lagi ke tugas Linpar, ada 5 tugas pokok, salah satunya menjaga keamanan dan kenyamanan objek wisata di Solo, termausk juga perilaku wisatawan asing,” kata dia.
Demikian lantaran dari hasil evaluasi para pihak objek wisata, terdapat sejumlah larangan yang sering kali dilanggar wisatawan asing. Seperti tidak diperkenankan mengambil gambar.
Peran Linpar di sini baginya cocok dan dibutuhkan untuk memberikan kenyamanan bagi semua pihak.
“Ke depan kami berharap Linpar dapat menjadi garda terdepan wisata Kota Bengawan, kalau disebut jogo wisata memang pas. Juga berupaya menggandeng OPD terkait supaya terealisasi kerjasama dalam berbagai event dan acara,” imbuh dia.
Objek Wisata Siap, Kota Solo Aman Dikunjungi
Dukungan petugas wisata seperti adanya Linpar di Kota Solo akan terasa lengkap dengan dukungan kesiapan objek wisata.
Wujud tertib protokol kesehatan di Kota Solo ini terlihat di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau Jurug Solo Zoo.
Direktur Utama TSTJ, Bimo Wahyu Widodo menyampaikan, pengetatan area TSTJ telah dilakukan menekan penyebaran Covid-19.
“Operasional kami disesuaikan denganSurat Edaran Wali Kota Solo, sesuai protokol kesehatan termasuk soal kerumunan,” ucapnya.
Protokol kesehatan yang diterapkan TSTJ berlaku untuk pegawai, pedagang hingga pengunjung TSTJ. Seperti halnya wajib menggunakan masker, area cuci tangan 40 titik, jaga jarak minimal 1 meter, hingga cek suhu badan.
TSTJ juga menyediakan pembelian tiket secara online di media sosial TSTJ Jurug Solo Zoo. Jika membayar di tempat juga dengan sistem barcode untuk mengindari kontak fisik bayar tunai.
Baca juga: CL Bahas Kemungkinan Reuni 2NE1 Jelang Perilisan Album Solo Pertamanya
Dia menuturkan, mulai 26 Oktober TSTJ membatasi pengunjung dengan memberlakukan batas usia 15 tahun ke atas. Hal itu sesuai surat edaran wali kota Solo Nomor 067/2536 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 di Surakarta. Kebijakan tersebut juga masih dievaluasi dalam dua pekan sekali.
Kemudian untuk protokol konservasi juga diberlakukan. Petugas yang berkaitan dengan satwa harus menggunakan pakaian khusus alias steril. Pakan juga diteliti ulang sebelum diberikan kepada satwa.
“Tolong tetap jaga jarak karena intinya penyebran ini tetap jaga jarak dan tidak bergrombol. Konsep kami wisata di kala pandemi adalah yang sehat bahagia dan selamat,” paparnya.
Mengomandoi penanganan Covid-19 di Solo dan memastikan Solo aman dikunjungi, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menyerukan agar seluruh elem masyarakat bersatu kompak dan aktif melawan Covid-19.
Yang utama dalam menerapkan protokol kesehatan menurutnya yakni disiplin memakai masker.
“Masker itu M (Mau), A (Aman), S (Semua), K (Kedisiplinan), E (Etika), R (Rasa), Jika digabungkan singkatan tersebut memiliki arti ‘Jika kita mau aman semua, maka kedisiplinan etika dalam rasa itu wajib dilaksanakan,” tegasnya.
Jateng Optimalkan Jogo Tonggo dan Operasi Yustisi
Langkah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menekan penyebaran Covid-19 secara nyata dapat terlihat melalui program Jogo Tonggo dan operasi yustisi serentak di daerah di Jawa Tengah.
Seperti Jogo Tonggo misalnya. Gerakan Jogo Tonggo ini tumbuh dari tingkat RT/RW dengan mencakup Jaring Pengaman Sosial (JPS) dan keamanan serta jaringan ekonomi.
Jaring pengaman sosial dan keamanan meliputi sosialisasi, pendataan, dan pemantauan warga.
Lalu jaring pengaman ekonomi yaitu memastikan tidak ada satu pun warga yang kelaparan selama wabah. Kemudian mengusahakan warga berjalan dengan baik pascawabah.
Baca juga: Hindari Gelombang Kedua Covid-19 di Indonesia, Satgas: Disiplin Jalankan Protokol Kesehatan Kuncinya
Dalam berlangsungnya Jogo Tonggo, Ganjar juga menyoroti kaitannya dengan operasi yustisi.
“Kita edukasi sekaligus kita tindak. Jogo Tonggo mengedukasi untuk memberi tahu, jika (melanggar) tidak, mereka akan kena operasi yustisi, kena hukuman,” ucap Gubernur.
Oleh sebab itu dirinya menggarisbawahi pentingnya menerapkan protokol kesehatan untuk menekan Covid-19 di Jawa Tengah. Tentu menggunakan Jogo Tonggo dan Operasi Yustisi sebagai pengawasan pemerintah daerah. (*)
(Tribunnews.com/ Chrysnha)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.