Ganjar Acungi Jempol Tempat Pengungsian Warga di Magelang, 'Jauh Lebih Baik Dari yang Saya Mau'
Kelompok rentan pertama diungsikan yakni anak-anak, balita, orang tua, ibu hamil, orang sakit dan penyandang disabilitas.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Sebanyak 607 warga dari tiga desa yang masuk daerah rawan bahaya Gunung Merapi di Kabupaten Magelang kini telah mengungsi, Jumat (6/11/2020).
Ketiga desa ini adalah Desa Paten, Krinjing dan Ngargomulyo, Kecamatan Dukun.
Mereka telah menempati desa penyangga masing-masing.
Desa Paten terdiri dari Dusun Babadan I dan Babadan II.
Warga di Dusun Babadan I mengungsi di Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan.
Warga di Dusun Babadan II mengungsi di TEA Mertoyudan di Kecamatan Mertoyudan.
Desa Krinjing terdiri dari Dusun Trono, Pugeran dan Trayem.
Mereka mengungsi ke Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan.
Terakhir, Desa Ngargomulyo terdiri dari Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong dan Karanganyar.
Mereka mengungsi di Desa Tamanagung, Muntilan.
Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Magelang pukul 16.00 WIB, jumlah pengungsi mencapai 607 orang.
Pengungsi dari Desa Paten sebanyak 356 orang (Babadan I 223 orang dan Babadan II 133 orang).
Pengungsi dari Desa Krinjing sebanyak 124 orang (Trono 25, Pugeran 47, dan Trayem 53).
Pengungsi dari Desa Ngargomulyo sebanyak 127 orang (Dusun Batur Ngisor 18, Gemer 50, Ngandong 31, Karanganyar 28).
Baca juga: Tiga Orang Pengungsi Merapi Dibawa ke Rumah Sakit, Terdeteksi Reaktif, Langsung Jalani Tes Swab
Warga di Dusun Batur Ngisor mengungsi di Gedung NU Ketaron. Gemer di Gedung Futsal, Tejowarno. Ngandong di Gedung PPP Prumpung. Karanganyar di PAY Muhammadiyah.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Edy Susanto, mengatakan, warga dari ketiga desa akan mengungsi pada Jumat (6/11/2020).
"Evakuasi sesuai konsep Desa Bersaudara, mengungsi secara mandiri. Mereka mengungsi bukan diungsikan. Konsep manajemen pengungsian berbasis masyarakat," katanya.
Pengungsian dilaksanakan secara bertahap.
Pertama, Warga Desa Krinjing terdiri dari Dusun Trono, Trayem, dan Pugeran yang sekarang mengungsi.
Kelompok rentan pertama diungsikan yakni anak-anak, balita, orang tua, ibu hamil, orang sakit dan penyandang disabilitas.
"Pengungsian bertahap. Pertama diungsikan kelompok rentan. Seperti anak-anak, balita, orangtua, ibu hamil, orang sakit dan penyandang disabilitas," kata Edy.
Jauh Lebih Baik dari yang Ganjar Mau
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengacungi jempol pengungsian yang ada di Kabupaten Magelang.
Tempat pengungsian menerapkan protokol kesehatan dimana dibuat bilik-bilik untuk menjaga jarak antar pengungsi.
"Jauh lebih baik dari yang saya mau. Kotak-kotaknya, saya pikir dulu begini pakai kardus. Tapi ini bisa pakai multiplex dan lebih gede lagi, sehingga antar keluarga bisa dibatasi. Dengan cara itu, meskipun merapi aktif, mereka mengungsi, tapi posisi yang ada di pengungsian, semua protokol kesehatan dijaga," katanya, Jumat (6/11/2020) saat memantau tempat pengungsian di Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Baca juga: 12 Desa di 4 Kabupaten Ini Masuk Zona Bahaya Erupsi Gunung Merapi
Sebelum masuk, para pengungsi juga dites rapid semuanya. Terutama kelompok rentan yang perlu mendapatkan perhatian.
Jika terdapat pengungsi yang reaktif, langsung dibawa ke rumah sakit rujukan untuk diswab.
"Tadi masuk, sama pak bupati langsung di rapid semuanya. Sehingga nanti kita akan bisa mengecek dan mereka adalah kelompok rentan yang perlu mendapatkan perhatian. Itu cara yang paling bagus. Mudah-mudahan menjadi inspirasi daerah yang lain," kata Ganjar.
Melalui cara ini, Ganjar berharap kelompok rentan ini tidak tertular.
Dalam tempat pengungsian di Balai Desa Deyangan ini sendiri terdapat tiga orang yang reaktif. Mereka kemudian dibawa ke RS Merah Putih untuk selanjutnya diswab.
"Karena ini kelompok rentan, maka kita jaga. Jangan sampai kelompok rentan ini berpotensi tertular. Kalau ini tertular dan kelompoknya, maka ada potensi grafik kita itu yang tertinggi. Rentan, punya komorbid, sehingga meninggal. Tiga orang reaktif sampai sore ini. Nanti akan dibawa ke RS Merah Putih agar bisa diswab," katanya.
Sampai saat ini pengungsi baru dari Kabupaten Magelang. Kabupaten Boyolali dan Klaten sampai saat ini masih belum ada.
Hal ini melihat peta dan penjelasan dari pengamat Gunung Merapi bahwa potensi condong ke arah barat dan barat daya.
Baca juga: BPPTKG: Tidak Ada Siklus 10 Tahunan Erupsi Gunung Merapi
"Namun demikian, karena radiusnya yang di atas itu, 5 km itu beberapa daerah di Boyolali dan termasuk Magelang, wilayah administrasinya, maka kita siap semua. Nah itulah yang kita cek," ujarnya.
Ia mengimbau kepada warga untuk semua siap menunggu aba-aba.
Kalau situasi masih terkendali, tidak apa-apa. Namun, semua mesti siap menghadapi potensi yang bisa terjadi.
"Semua menunggu aba-aba saja. Kalau memang kondisinya ini masih terkendali, tak apa-apa. Tadi saya melihat di Boyolali, tak masalah. Di Klaten, di desa terakhir, semua paham betul. Diperintahkan kapan saja, berangkat. Maka semua berkoordinasi," tuturnya.
Untuk mengatasi keterbatasan tempat pengungsian, Ganjar menyarankan sekolah yang belum terpakai.
"Yang penting dibuat seperti ini. Kalau tak seperti ini, minimal dibikin kotak. Tadi yang ada di Klaten, dikotak dan digaris. Kalau bisa seperti ini sangat bagus."
"Sekarang harus siap, kenapa saya langsung menuju kesini, karena ini the best. Sampai hari ini belum ada yang membuat seperti ini. The best. Nah ini kalau nanti dijadikan contoh ini keren. Nah semuanya bisa siap-siaplah untuk mengantisipasi pengungsian," ujarnya. (Tribunjogja.com/Rendika Ferri)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul GUNUNG MERAPI Siaga, Gelombang Perdana Warga Desa Wilayah Magelang yang Mengungsi