Napi Anak Berusia 15 Tahun Gantung Diri di Kamar Mandi Lapas, Ini Kata Ahli Psikologi Forensik
hli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel angkat bicara soal kejadian napi anak, DS (15), yang diduga gantung diri di kamar mandi lapas.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Ahli psikologi forensik Reza Indragiri Amriel angkat bicara soal kejadian napi anak, DS (15), yang diduga gantung diri di kamar mandi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandar Lampung.
DS ditemukan tak bernyawa di kamar mandi lapas pada Sabtu (14/11/2020) dini hari lalu.
DS diketahui merupakaan warga binaan yang dibui karena kasus penyalahgunaan narkoba.
Reza menilai memenjarakan anak justru membuat pelaku semakin drop.
Baca juga: Bocah Terpidana Narkoba Tewas Gantung Diri di Kamar Mandi Lapas Bandar Lampung
Reza menyebut ada data yang menunjukkan kebanyakan penghuni lapas anak bukanlah pelaku kekerasan.
"Jadi, risiko kebahayaannya terhadap masyarakat bisa dibilang 'rendah'," ungkap Reza kepada Tribunnews.com, Senin (16/11/2020).
"Alhasil, apa poinnya anak dipenjara? Dijauhkan dari orang-orang terdekat justru membuat anak semakin drop," lanjutnya.
Menurut Reza, kasus bunuh diri ini memberikan gambaran lebih buruk lagi dari studi bahwa anak-anak yang dikurung memiliki potensi mengembangkan gangguan jiwa dan bunuh diri lebih tinggi.
"Tapi potensi itu baru muncul setelah dewasa," ungkapnya.
"Kendati begitu, bunuh diri di dalam lapas tidak mutlak disebabkan oleh penanganan buruk di dalam lapas," imbuhnya.
Baca juga: Tim Advokasi Yusuf Kohar-Tulus Hadirkan 4 Saksi Terkait Dugaan Perusakan APK Pilkada Bandar Lampung
Hitung-hitungan di atas kertas, kata Reza, jika dilaksanakan secara konsekuen pemenjaraan justru lebih memungkinkan diselenggarakannya program pembinaan (rehabilitasi) secara lebih sistematik dan komprehensif.
"Jadi, potensi kesembuhan napi anak justru diramal lebih positif. Bunuh diri pun bisa ditangkal," ungkap Reza.
"Alhasil, bisa saja bunuh diri di dalam lapas lebih diakibatkan oleh penyalahgunaan narkoba itu sendiri," imbuhnya.
Reza menyebut penyalahgunaan narkoba bersama depresi dan gangguan perilaku agresif tercatat sebagai faktor risiko yang paling berpengaruh bagi tindakan bunuh diri.