Hilirisasi Nikel, WIKA-CNI Kolaborasi Bangun Industri Smelter di Kolaka
Hilirisasi nikel, WIKA-CNI kolaborasi bangun industri smelter di Kolaka, Proyek ini kelanjutan dari fase pembangunan yang sudah dikerjakan sebelumnya.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia terus bergerak cepat membangun basis industri strategis di sektor hilirisasi nikel, dengan memaksimalkan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN), salah satunya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. [WIKA].
Sebagai pemenang Asia Pacific Enterprise Award (APEA) 2020 Kategori Corporate Excellence, WIKA memainkan peran penting dalam hilirisasi nikel melalui percepatan Proyek Strategis Nasional (PSN) smelter Ferronickel, sebagaimana dicanangkan oleh Presiden Jokowi.
Langkah ini untuk memperkuat daya saing industri Indonesia sebagai global player, menciptakan nilai tambah, menggenjot sumber pendapatan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan kerja baru.
Baca juga: Pacu Hilirisasi Nikel, Pemerintah Percepat Proyek Strategis Nasional
Untuk mewujudkan itu, WIKA bersinergi dengan PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) dalam Proyek Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Bijih Nikel Rotary-Kiln Electric Furnace (RKEF) dan Proyek Pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Kobalt dengan Teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawei Tenggara (Sultra). Proyek ini sebagai kelanjutan dari fase pembangunan yang sudah dikerjakan sebelumnya.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. [WIKA] dan PT Ceria Metalindo Indotama [CMI], entitas anak PT Ceria Nugraha Indotama [CNI] telah menandatangani kontrak kerjasama untuk sinergi EPC (Engineering, Procurement, and Construction) Proyek Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Nikel Rotary-Kiln Electric Furnace (RKEF) Jalur Produksi 3 & 4 (2 x72 MVA) dengan nilai kontrak sebesar Rp2,8 triliun dan US$180 juta.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PT CNI, Derian Sakmiwata dan Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito serta disaksikan oleh Manajemen kedua Perusahaan di Jakarta, Jum’at (27/11/2020).
WIKA mendapat kepercayaan sebagai pelaksana proyek tersebut berdasarkan evaluasi administrasi, teknis, harga, kualifikasi dan verifikasi oleh PT CMI.
Pabrik Ferronickel tersebut akan terdiri dari dua lajur produksi, dimana masing-masing lajur akan ditunjang dengan fasilitas produksi utama yaitu Rotary Dryer berkapasitas 196 ton/jam (wet base), Rotary Kiln berkapasitas 178 ton/jam (wet base),
Electric Furnace berkapasitas 72 MVA serta peralatan penunjang lainnya dengan target penyelesaian proyek pada tahun 2023 dan mampu mencapai kapasitas produksi sebesar 27.800 ton Ni/year (Ferronickel 22%Ni).
Selain CMI, entitas anak dari CNI yang juga melakukan tanda tangan dengan WIKA adalah PT Ceria Kobalt Indotama [CKI].
Kerja sama keduanya berfokus pada sinergi EPC (Engineering, Procurement, and Construction) Proyek Nickel Laterite Hydrometallurgy beserta power plant dengan estimasi nilai kontrak sebesar US$1,1 milyar.
Baca juga: Hilirisasi Industri Nikel Lapangkan Jalan Indonesia Jadi Produsen Baterai Mobil Listrik
Proyek Pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Kobalt dengan Teknologi (HPAL) yang menjadi inti pada kerja sama dengan CMI – WIKA tersebut diproyeksikan memiliki kapasitas produksi per tahun sebesar 100.000 ton/tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) (40% Ni dan 4% Co dalam MHP) dan 158.000 ton/tahun konsetrat Chromium.
Fasilitas produksi utama pada pabrik tersebut adalah Ore preparation facility dan Hydrometallurgical plant berkapasitas 3,6 juta ton/tahun (dry base), Limestone treatment plant berkapasitas 770 ribu ton/tahun (wet base), Sulfuric Acid Plant berkapasitas 550 ribu ton/tahun,
Residue storage facilites berkapasitas 970 ribu ton tailing serta peralatan penunjang lainnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.