Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gunung Semeru Alami Kenaikan Jumlah Gempa dan Awan Panas Guguran, Statusnya Kini Waspada Level II

Gunung Semeru alami kenaikan jumlah gempa guguran dan beberapa kali awan panas guguran per 1 Desember 2020. Kini statusnya masih waspada level II.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Gigih
zoom-in Gunung Semeru Alami Kenaikan Jumlah Gempa dan Awan Panas Guguran, Statusnya Kini Waspada Level II
Surya.co.id, Tony Hermawan
Gunung Semeru mengeluarkan awan panas, Selasa (1/12/2020) dini hari - Gunung Semeru alami kenaikan jumlah gempa guguran dan beberapa kali awan panas guguran per 1 Desember 2020. Kini statusnya masih waspada level II. 

TRIBUNNEWS.COM - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merilis informasi terkait aktivitas vulkanik Gunung Semeru, Jawa Timur, di laman resminya, magma.vsi.esdm.go.id, Selasa (1/12/2020).

Diinformasikan bahwa berdasarkan pengamatan secara visual menunjukkan adanya kenaikkan jumlah gempa guguran dan beberapa kali awan panas guguran.

Kenaikkan itu diakibatkan oleh adanya ketidakstabilan kubah lava di bagian puncak.

Dari catatan kegempaan hingga 1 Desember 2020 pukul 06.00 WIB, gempa guguran dan beberapa kali awan panas guguran mendominasi aktivitas vulkanik Gunung Semeru.

Berikut rincian data pemantauan aktivitas vulkanik Gunung Semeru:

Baca juga: Gunung Semeru Semburkan Awan Panas, Sempat Terdengar Suara Gemuruh, Warga Diminta Segera Mengungsi

Baca juga: Mulai Hari Ini Pendakian Gunung Semeru Kembali Ditutup, Ini Alasannya

1. Visual

Selama 1 Oktober hingga 30 November 2020 gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut.

Berita Rekomendasi

Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 50 sampai 500 meter dari puncak.

Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur, selatan, barat daya dan barat.

Suhu udara sekitar 19 sampai 32 derajat celcius, dan erupsi terjadi menerus, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu dengan tinggi maksimum 500 meter dari atas kawah/puncak.

Guguran batuan dari arah puncak terjadi tidak menerus sejak 19 Oktober 2020, tetapi pada 28 November 2020 terjadi kenaikan jumlah guguran secara signifikan diikuti oleh kejadian awan panas guguran yang berasal dari ujung lidah lava dengan jarak luncur maksimum 1 kilometer ke sektor tenggara lereng.

Pada 1 Desember 2020 mulai pukul 01.23 WIB, teramati awan panas guguran dari kubah puncak, dengan jarak luncur 2 hingga 11 kilometer ke arah Besok Kobokan di sektor tenggara dari puncak gunung.

2. Kegempaan

Jumlah dan jenis gempa yang terkam selama 1 Oktober hingga 30 November 2020 didominasi oleh gempa letusan dengan rata-rata 40 kejadian per hari.

Pada 20 November 2020 jumlah gempa letusan cenderung menurun, dan terjadi kenaikan pada jumlah gempa guguran.

Gempa hembusan terjadi rata-rata 10 kejadian per hari, sedangkan gempa-gempa vulkanik meliputi gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkal, dan tremor, terekam dengan jumlah sangat rendah.

Ilustrasi semburan lava pijar di Gunung Semeru pada malam hari
Ilustrasi semburan lava pijar di Gunung Semeru pada malam hari (Instagram.com/tnbromotenggersemeru)

Adapun potensi bahaya yang diakibatkan erupsi Gunung Semeru yakni berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak.

Sedangkan material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.

Potensi ancaman bahaya lainnya berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak.

Kemudian, jika terjadi hujan dapat terjadi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak.

Lebih lanjut, berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, serta potensi ancaman bahayanya, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru masih ditetapkan pada Level II (Waspada).

Meski demikian, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengimbau agar masyarakat, pengunjung, dan wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah/puncak gunung, dan jarak 4 kilometer arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara.

Selain itu, masyarakat juga harus mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa ini.

Selanjutnya, terkait radius dan jarak rekomendasi di atas akan dievaluasi terus untuk mengantisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

Untuk diketahui, Gunung Semeru secara administratif terletak di Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Gunung ini memiliki tipe strato dengan kubah lava, dan puncak tertingginya yaitu Mahameru (3676 mdpl).

Aktivitas Gunung Semeru saat ini tedapat di Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru yang terbentuk sejak 1913.

Letusannya umumnya bertipe vulkanian dan strombolian, berupa penghancuran kubah/lidah lava, serta pembentukan kubah lava/lidah lava baru.

Penghancuran kubah/lidah lava mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari gunung tersebut.

Baca juga: Keluaran Gas & Deformasi Gunung Merapi Tinggi, Guguran Meningkat, BPPTKG: Mendekatnya Waktu Erupsi

Baca juga: Dampak Erupsi Gunung Ile Lewotolok, Wings Air Batal Terbang Perdana Kupang-Lewoleba

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas