Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Analisis Pengamat Teroris: Motif MIT Lakukan Pembunuhan Keji di Sigi Ingin Buktikan Eksistensinya

Pengamat teroris Ridwan Habib menyebut motif MIT lakukan pembunuhan keji di Sigi karena ingin buktikan eksistensinya.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Analisis Pengamat Teroris: Motif MIT Lakukan Pembunuhan Keji di Sigi Ingin Buktikan Eksistensinya
KOMPAS/RENY SRI AYU
Ilustrasi - Suasana penjagaan yang dilakukan anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah saat terjadi penyergapan teroris di sebuah rumah di Desa Kalora Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso, Rabu (31/10/2012). Pengamat teroris Ridwan Habib menyebut motif MIT lakukan pembunuhan keji di Sigi karena ingin buktikan eksistensinya. 

TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Teroris dari Universitas Indonesia (UI) Ridwan Habib ikut menanggapi motif kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) melakukan pembunuhan keji.

Menurutnya, kelompok yang dipimpin oleh Ali Kalora itu ingin terus membuktikan eksistensinya.

Sebab, Ridwan menyebut kelompok teroris itu ditinggalkan oleh jaringan terorisnya.

"Analisa kami Ali Kalora menjadi sangat brutal dengan pemenggalan itu memberi kode kepada jaringan mereka."

"Terutama ISIS International bahwa mereka masih eksis, tetapi ditinggalkan di dalam hutan," kata Ridwan dalam tayangan Youtube Kompas TV, Kamis (3/12/2020).

Selain itu, menurut Ridwan, mereka juga membutuhkan dukungan dari jaringan teroris lainnya seperti Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Pasalnya, setelah kematian pemimpinannya, Santoso, tiga tahun lalu, MIT seperti ditinggalkan oleh jaringannya.

Berita Rekomendasi

"Secara psikologis mereka membutuhkan dukungan, baik dukungan personil, pendaanan maupun opini."

Baca juga: Ikatan Sarjana Katolik Indonesia Dukung Langkah Tegas TNI-Polri Usut Teror di Sigi 

Baca juga: Pimpinan DPR Dukung Pengiriman Pasukan Khusus TNI ke Sigi

"Hampir 3 tahun setelah Santoso tewas, JAD seolah-olah meninggalkan MIT, walaupun mereka satu ideologi," kata Ridwan.

Ia melanjutkan, sebelum Santoso tewas, kelompok tersebut disuplai oleh JAD.

Namun setelah Santoso tewas, jaringan teroris pro ISIS di Indonesia tidak lagi diberikan bantuan.

Ilustrasi - Suasana penjagaan yang dilakukan anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah saat terjadi penyergapan teroris di sebuah rumah di Desa Kalora Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso, Rabu (31/10/2012).
Ilustrasi - Suasana penjagaan yang dilakukan anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah saat terjadi penyergapan teroris di sebuah rumah di Desa Kalora Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso, Rabu (31/10/2012). (KOMPAS/RENY SRI AYU)

"Setelah Santoso tewas tampaknya jaringan pro ISIS di Indonesia tidak lagi memberikan logistik, personil, maupun bantuan ke dalam hutan itu," katanya.

Di sisi lain, Ridwan juga mengingatkan kepada aparat keamanan untuk mengantisipasi kejadian serupa di tempat lain.

Pasalnya, bisa saja aksi pembunuhan keji itu hanya sebuah taktik dari mereka untuk mengalihkan fokus aparat.

Baca juga: Bamsoet Minta Densus 88 Anti Teror dan TNI Segera Tangkap Pelaku Teror di Sigi 

Baca juga: Warga Belum Berani Kembali ke Rumah Pascapembunuhan Satu Keluarga di Sigi

"Yang harus kita waspadai jangan sampai ini menjadi taktik dari JAD atau ISIS Indonesia."

"Sehingga konsentrasi aparat keamanan seolah-olah teralih semua ke Sulawesi Tengah."

"Padahal JAD ada di seluruh Indonesia, bisa saja pada momentum Hari Natal dan tahun baru pada Desember mereka melakukan serangan," kata Ridwan.

Diketahui, bertahun-tahun lamanya Operasi Tinombala digelar untuk menangkap anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur ( MIT).

Baca juga: Soal Teror di Sigi, PKS: Hilangkan Satu Nyawa Tanpa Sebab, Sama dengan Membunuh Semua Manusia

Baca juga: Teror Pembunuhan Satu Keluarga di Sigi, Presiden Jokowi: Masyarakat Tetap Tenang dan Jaga Persatuan

Awalnya, pada 2016, operasi gabungan antara TNI- Polri itu digelar untuk meringkus kelompok MIT yang dipimpin Santoso.

Operasi itu membuahkan hasil karena Santoso tewas dalam baku tembak dengan aparat pada Juli 2016.

Pucuk pimpinan kelompok MIT kemudian dikendalikan oleh Ali Kalora dan Basri.

Setelah Basri tertangkap, Ali Kalora ditetapkan menjadi target sasaran Satgas Tinombala.

Hingga kini, Ali Kalora dkk belum tertangkap dan aparat keamanan masih melakukan pencarian.

Kapolri perintahkan tindak tegas teroris di Sigi

Kasus teror kekerasan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) menuai kecaman dari berbagai pihak.

Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis telah memerintahkan personelnya menindak tegas kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Bahkan, ia meminta anggotanya tak segan menembak mati mereka apabila melawan.

"Saya sudah bilang ke anggota, tindak tegas mereka. Jika ketemu lalu mereka melawan, tembak mati saja," kata Idham melalui keterangan tertulis, Senin (30/11/2020).

Dilansir Kompas.com, kelompok yang dipimpin Ali Kalora tersebut diduga pelaku pembunuhan satu keluarga dan pembakaran rumah di Sigi, Sulawesi Tengah pada Jumat (27/11/2020).

Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis (tengah) saat jumpa pers, seusai pembukaan rapat kerja teknis (Rakernis) SDM Polri 2020 di Pusdikmin Polri, Jalan Gedebage, Kota Bandung, Rabu (11/3/2020).
Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis (tengah) saat jumpa pers, seusai pembukaan rapat kerja teknis (Rakernis) SDM Polri 2020 di Pusdikmin Polri, Jalan Gedebage, Kota Bandung, Rabu (11/3/2020). (Tribun Jabar/Nazmi Abdurahman)

Baca juga: 5 Fakta Baru Pembunuhan Sadis Keluarga di Sigi, Jokowi Beri Santunan & Trauma Healing pada Korban

Baca juga: UPDATE Pembunuhan Sekeluarga di Sigi, TNI Kirim Pasukan Khusus untuk Buru MIT hingga Janji Mahfud MD

Menurut Idham, negara tidak boleh kalah dengan kelompok yang sudah melakukan aksi teror kepada masyarakat apapun alasannya.

Saat ini, kelompok tersebut masih diburu oleh personel TNI-Polri.

Polri juga telah mengerahkan Satgas Tinombala.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto juga disebut telah menerjunkan pasukan TNI untuk turut memburu Ali Kalora cs.

"Kita akan cari sejumlah tempat yang selama ini jadi persembunyian kelompok Ali Kalora," ucap Idham.

(Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com/Devina Halim)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas