Kalah Versi Hitung Cepat di Pilkada Medan, Pengamat Singgung Dukungan UAS untuk Akhyar
Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai, fenomena endorse politik sangat jamak berlaku dimana saja termasuk di gelaran Pilkada.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hiruk pikuk perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) selalu diramaikan dengan aksi dukung mendukung.
Tidak terlepas peran pendulang suara (vote getter) yang selalu dimanfaatkan baik restu dan pernyataannya.
Terbaru, peran endorse Ustad Abdul Somad (UAS) yang ternyata turut meramaikan Pilkada Kota Medan, Sumatera Utara.
Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai, fenomena endorse politik sangat jamak berlaku dimana saja termasuk di gelaran Pilkada.
Hanya saja, menurutnya, tidak otomatis endorse politik selalu berdampak positif bagi calon yang didukungnya.
Baca juga: Hasil Real Count Pilkada Sumut per Kamis 10 Desember Malam, Bobby Nasution Raih 52,5% di Medan
Hal itu pula yang dirasakan paslon Akhyar Nasution-Salman Alfarisi yang kalah di Pilkada Medan versi hitung cepat atau quick count.
"Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kemenangan seorang kandidat dari dukungan tokoh atau selebritas. Jika kandidat yang didukung memang mempunyai kapasitas untuk menang di sebuah kontestasi politik, siapapun yang mendukung - entah UAS atau penyanyi dangdut - pasti akan linear dengan kemenangan. Terlebih ada mesin partai yang memang teruji, tidak didukung UAS pun akan menang," kata Ari Junaedi saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis (10/12/2020).
Menurut Tenaga Ahli Desk Pilkada Kemendagri 2017-2019 ini, tidak ada jaminan tokoh yang diusung oleh UAS pasti akan menang.
Tetapi jika dukungan UAS didasarkan kepada calon yang punya potensi menang cukup besar karena faktor dukungan partai politik besar yang teruji mesin partainya, ditambah kapabilitas calon yang bagus, dukungan logistik yang besar serta hasil survei cukup mendukung.
Tentunya, endorse UAS hanyalah suplemen dari kemenangan.
"Proses kemenangan calon di pilkada itu ditentukan banyak faktor. Mulai dari calon yang memang punya elektabilitas dan popularitas yang tinggi, packaging komunikasi politik yang tepat, mesin partai yang berjalan optimal, dukungan relawan yang militan, serta dukungan logistik yang cukup," ungkap Ari.
Menurut Ari, ada atau tidak ada endorse politik dari tokoh, tidak menjadi penentu kemenangan.
Justru tokoh lokal dan tokoh anonim yang punya viewers banyak kini cukup ampuh menarik minat dan animo milenial untuk berpartisipasi politik.
"Jangan heran jika endorse Tante Erni - tante idola para pria di medsos - justru berdampak besar di kontestasi politik," jelas Ari Junaedi.