KWT Berkah MBR Bogor Bukti Nyata Memberdayakan Diri dengan Urban Farming
Mereka memanfaatkan lahan seluas 400 M2 yang berada di area TPST menjadi kebun sayuran.
Editor: Content Writer
Di kawasan ini, menyusul aktivitas pengolahan sampah beberapa tahun sebelumnya, telah dimulai aktivitas pengolahan pupuk kompos, ternak lele dan ternak magot serta burung puyuh.
Dengan demikian keberadaan KWT menjadi cara memanfaatkan secara optimal sumberdaya yang ada di kawasan ini, termasuk SDM yang ada di warga setempat.
Perkembangan sampai sejauh ini rupanya menarik perhatian banyak pihak. Tidak sedikit tamu dari lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, lembaga penelitian dan berbagai komunitas yang telah berkunjung dan belajar banyak hal.
Mereka datang dari berbagai daerah dan bahkan beberapa diantaranya dari luar negeri seperti Australia. Terakhir Bank Indonesia menunjukan ketertarikannya untuk menyalurkan program CSR.
Akhir November lalu BI membuatkan screen house, untuk mengembangkan pertanian hydroponic. Menurut Bandung Sahari, Ketua Pengelola TPST, bangunan screen house tersebut luasnya mencapai 400 M2.
“Saat ini sudah ditanam 1.000 lubang tanam bawang merah dan 400 lubang tanam sayuran,” ungkapnya.
Diperkirakan setelah masa tanam 60-70 hari, bawang merah sudah dapat dipanen dengan jumlah yang diperkirakan berkisar antara 500 – 700 kg.
Dengan berbagai sumberdaya yang dimiliki, ke depan kawasan ini dikembangkan menjadi sebuah laboratorium.
“Tidak hanya untuk mempelajari pengelolaan sampah skala lingkungan, tetapi juga pertanian yang terintegrasi dengan pengelolaan sampah,” lanjut Bandung.
Saat ini pun mereka tengah menerima mahasiswa magang dari UIN Syarif Hidayatullah yang melakukan penelitian tentang magot sebagai mesin pencacah sampah alami. Juga menjadi laboratorium tentang pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi keluarga.
Terkait dengan rencana tersebut, para ibu di KWT-nya memiliki visi serupa.
“Ke depan kami akan berusaha bagaimana supaya kegiatan kami bisa menjadi pusat edukasi masyarakat, menjadi sumber tambahan pendapatan masyarakat setempat dan bisa bersinergi dengan seluruh warga, khususnya di RT dan RW di lingkungan MBR, karena moto kami adalah bersinergi untuk menebar kemanfataan,” kata Kasiyati.
Menurut Titin, sinergi yang dimaksud antara lain, memanfaatkan lahan-lahan tidur untuk menjadi kebun sayur. Selain itu, mengajak para ibu menanam sayur di rumah masing-masing, sehingga mereka bisa berperan sebagai plasma.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.