Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengembangkan Urban Farming dengan Bogor Berkebun

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bogor mencatat, ada lebih dari 100 kelompok tani aktif yang tersebar di setiap kecamata

Editor: Content Writer
zoom-in Mengembangkan Urban Farming dengan Bogor Berkebun
Humas Pemkot Bogor
Urban farming di kota Bogor. 

“Sebab selain mempertimbangkan unsur estetika, penghijauan kota juga dapat mempertimbangkan unsur produktivitas,” katanya.

Artinya tanaman yang dikembangkan dapat dipetik hasilnya dengan dikonsumsi langsung atau dijual. Pada gerakan ini kegiatan diarahkan untuk menanam sayuran dan tanaman hias.

Gerakan ini juga sejalan dengan program pengelolaan sampah berbasis lingkungan. Saat ini berbagai Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) yang merupakan perwujudan sistem pengelolaan sampah berbasis lingkungan, sudah bergerak melengkapi aktivitas mereka dengan berkebun.

Disitu ada kegiatan pembuatan sekaligus pemanfaatan kompos, dan beternak ikan serta unggas. Juga ada pemberdayaan kelompok wanita tani yang tak lain adalah ibu-ibu warga di lingkungan setempat.

Dengan demikian urban farming terkelola secara terpadu dengan pengelolaan sampah lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Sekaligus menjadi solusi dari pengelolaan sampah organik dan keterbatasan lahan pertanian.

Di hampir setiap TPST di Kota Bogor, pengembangannya sudah mengarah pada perwujudan keterpaduan tersebut.

Saat ini di setiap kecamatan sudah muncul kelompok-kelompok tani yang melaksanakan urban farming. DKPP Kota Bogor mencatat, ada 20 kelompok di Bogor Barat, 15 kelompok di Bogor Selatan, 25 kelompok di Bogor Utara, 14 Kelompok di Bogor Timur, 19 Kelompok di Tanah Sareal dan 11 Kelopok di Bogor Tengah.

Berita Rekomendasi

Target yang dibidik melalui Gerakan Bogor Berkebun bukan hanya Kelompok Wanita Tani (KWT) yang besar dan sudah berjalan.

Sebab seperti yang diharapkan Bima, bagaimana supaya minat berkebun dapat tumbuh di masyarakat. “Yang tidak kalah penting adalah menjadi sarana mengisi waktu, menambah pendapatan dan kemudian menggairahkan urban farming se-kota Bogor,” katanya.

Kepada pihak-pihak yang terlibat Gerakan Bogor Berkebun, Bima menyarankan agar target yang dipasang jangan langsung ingin menyuplai ke pasar, mengingat yang terpenting adalah sistemnya berjalan, jaringannya ada dan sistem pendampingan digitalisasi berjalan.

Bima Arya Urban Farming di Kota Bogor
Bima Arya Urban Farming di Kota Bogor (Humas Pemkot Bogor)

Apa yang diharapkan Bima tampaknya sudah terwujud. Titin, seorang anggota Kelompok Wanita Tani Berkah di Bogor Timur, menyatakan bahwa kegiatan bersama teman-temannya lebih merupakan kegiatan penyaluran hobi berkebun dan mengisi kekosongan waktu dan memperluas aktivitas berkebun yang sebelumnya sudah dilakukan di rumah masing-masing.

“Senang sekali ketika bisa melihat pohon yang kita tanam di halaman rumah bisa tumbuh subur dan hasil panennya bisa dinikmati,” katanya. Ia juga menyebut ada manfaat lain yang bisa dipetik dari aktivitas KWT. “Banyak belajar dan bisa sering kumpul-kumpul sama ibu-ibu lain,” lanjutnya.

Bersama kelompoknya saat ini ia sudah mengelola kebun sayuran seluas 400 M2 dan berbagai jenis tanaman hias. Juga bersama kelompok TPST-nya sudah mengelola screen house yang diisi dengan tanaman bawang merah dengan teknik hidproponik.

Ini merupakan bantuan dari Bank Indonesia dan dukungannya terhadap gerakan Bogor Berkebun. Menurut Dian Herdiawan, dalam waktu dekat pembuatan screen house yang sama juga akan dilakukan untuk membantu kelompok tani di TPST kecamatan lainnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas