Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yanto Eluay Bercerita Bagaimana Orangtuanya Menanamkan Jiwa Nasionalisme dan Cinta Kepada NKRI

Yanto Khomlay Eluay bercerita bagaimana orangtuanya menanamkan jiwa nasionalisme dan cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Yanto Eluay Bercerita Bagaimana Orangtuanya Menanamkan Jiwa Nasionalisme dan Cinta Kepada NKRI
Dok. Budhi Achmadi
"Dialog Kebangsaan Dengan Yanto Eulay: Ayahku Pejuang Pepera dan Mendidikku Cinta Tanah NKRI" dan dipandu langsung Komandan Lanud Silas Papare, Marsma TNI Budhi Achmadi (kanan) yang ditayangkan Minggu (27/12/2020).  

TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Putra dari tokoh dan pejuang Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969, Yanto Khomlay Eluay bercerita bagaimana orangtuanya menanamkan jiwa nasionalisme dan cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hal itu diungkapkan Yanto Eluay dalam Podcast Kebangsaan Lanud Silas Papare yang berjudul "Dialog Kebangsaan Dengan Yanto Eulay: Ayahku Pejuang Pepera dan Mendidikku Cinta Tanah NKRI" dan dipandu langsung Komandan Lanud Silas Papare, Marsma TNI Budhi Achmadi, yang ditayangkan Minggu (27/12/2020). 

Menurut Yanto, orangtuanya sudah menamankan Pancasila dan NKRI sejak kecil kepada anak-anaknya. Di ruang tamu rumahnya pun dipajang foto Proklamator RI, Soekarno atau Bung Karno.

Tak hanya itu, buku-buku yang kerap dibaca ayahnya juga banyak yang ditulis the founding father itu.

"Dengan foto yang dipajang orangtua ini kan berpengaruh ke kita. Sampai saat ini seperti itu," ujarnya.

Kecintaan Yanto kepada Indonesia saat ini diwujudkannya dengan mendirikan organisasi Presidium Putra-Putri Pejuang Pepera (P5), dimana dia menjabat sebagai ketua umum. 

"(Organisasi) ini inisiatif dari saya, saya berfikir bahwa kita melihat situasi dan kondisi Papua saat ini," katanya.

Berita Rekomendasi

Yanto melihat status, politik atau sejarah para tokoh ini diputarbalikkan. Hal itu, katanya, harus diketahui generasi saat ini. Orangtuanya, kata Yanto, menyampaikan kepadanya bahwa Bangsa Indonesia sangat besar.

Kalaupun ada melawan Indonesia, pesan orangtuanya, hanya untuk mendapatkan perhatian saja. 

"Mungkin (orang yang melawan Indonesia) jiwanya bukan jiwa Indonesia," tuturnya.

Terkait keberadaan aparat TNI, Polri dan lainnya di Papua, Yanto mengatakan, situasi yang damai, aman sangat diharapkan semua orang di Papua.

Pihaknya, kata Yanto, sangat mengapresiasi bahwa masyarakat Papua membutuhkan kedamaian. 

"Pertama, kita mempunyai potensi sumber daya alam, potensi ini kalau tidak aman ini tidak akan berguna. Tuhan sudah anugerahi kita dengan sumber daya alam yang begitu bagus. Semua ini kalau tidak aman, tidak bisa dikelola tidak ada manfaatnya. Oleh sebab itu, wajib orang Papua untuk memberikan apresiasi, terima kasih kepada TNI-Polri untuk menghadirkan kedamaian dan keamanan di Papua," paparnya. 

Di sisi lain, Yanto mengaku banyak mendengar di media dengan mengatakan bahwa Pepera 1969 itu cacat. Lantaran itu, kata Yanto, hadirnya P5 adalah untuk menjaga dan mengawal keputusan Pepera 1969. 

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas