Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Nama Ratna Sari Dewi Disebut Polisi Saat Rilis Pembunuhan Keluarga Dalang Anom, Ini Kaitannya

Sehari setelah melakukan pembunuhan Sumani menyetor uang tersebut ke bank BRI wilayah Dukuh Ngundi ke rekening Ratna Sari Dewi

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Nama Ratna Sari Dewi Disebut Polisi Saat Rilis Pembunuhan Keluarga Dalang Anom, Ini Kaitannya
Tangkap layar kanal YouTube Tribunnews.com
Tersangka Pembunuh Dalang Anom Subekti Ditangkap, Coba Bunuh Diri karena Takut Diburu Polisi 

TRIBUNNEWS.COM, REMBANG - Satu per satu fakta pembunuhan 4 orang keluarga Dalang Anom Subekti di Rembang terkuak.

Fakta demi fakta itu diungkapkan oleh si pembunuh: Sumani.

Kesehatan Sumani berangsur membaik.

Niatan bunuh diri minum pestisida gagal.

Kini dia harus bertanggungjawab.

Pengacara Sumani, Darmawan Budiharto mengungkapkan sosok Ratna Sari Dewi.

Baca juga: Pengakuan Terbaru Pembunuh Keluarga Anom Subekti Rembang, Habisi Para Korban dengan Kayu Bukan Arit

Dalam rilis yang digelar Polres Rembang sebelumnya, nama Ratna Sari Dewi muncul.

Berita Rekomendasi

Ratna disebut menerima uang yang ditransfer Sumani.

Siapakah sosok Ratna Sari Dewi?

Darmawan Budiharto membeberkan Ratna Sari Dewi adalah rekan bisnis Sumani.

"Sumani mempunyai utang ke Ratna Sari Dewi Rp 6 juta 200 ribu.

Itu untuk onderdil kapal," ujarnya.

Ratna, lanjutnya, adalah orang Tasikagung, Kabupaten Rembang.

Baca juga: 3 Pelaku Kasus Pembunuhan Lansia di Bima Diringkus, Pasutri Itu Dibacok karena Dituduh Dukun Santet

Setelah membunuh 4 orang, Sumani merampas harta benda korban termasuk uang tunai yang disebutkan sebelumnya.

Sehari setelahnya, Sumani menyetor uang tersebut ke bank BRI wilayah Dukuh Ngundi.

Uang itu kemudian ditransfer ke rekening Ratna Sari Dewi sesuai nominal hutang.

Pembelaan

Pengacara berujar pembunuhan itu dilakukan secara spontan, bukan direncanakan.

Motifnya membunuh, lalu mencuri.

"Dipertegas, bukan mencuri dulu baru membunuh.

Dalam BAP itu membunuh untuk mencuri.

Jadi tersangka ini memang terbebani soal ekonomi," ujarnya.

Pelaku Tunggal 

Pelaku bernama Sumani mengakui menjadi pelaku tunggal dalam pembunuhan tersebut.

Niat pembunuhan itu muncul secara tiba-tiba lantaran korban tergiur dengan harta korban.

Setelah ditangkap dan kondisi kesehatannya mulai membaik pascapercobaan bunuh dirinya, Sumani si pelaku tunggal pembunuhan, akhirnya mengakui perbuatannya.

Pengakuan itu Sumani sampaikan kepada kuasa hukumnya, Darmawan Budiharto, ketika berada di ruang ICU RSUD Soetrasno, Rembang, Jawa Tengah.

"Artinya setelah kami menjelaskan terkait status terkait sangkaan yang dijeratkan ke tersangka, akhirnya memberikan pengakuan."

Saya selaku penasihat hukum tetap menanyakan untuk sidang pembelaan ke depan. Akhirnya dia memberikan pengakuan kepada saya," tutur Darmawan saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/2/2021).

Kondisi TKP pembunuhan dalang Ki Anom Subekti di Desa Turusgede, Kecamatan Rembang Kota, Kabupaten Rembang(KOMPAS.com/ARIA RUSTA YULI PRADANA)
Kondisi TKP pembunuhan dalang Ki Anom Subekti di Desa Turusgede, Kecamatan Rembang Kota, Kabupaten Rembang(KOMPAS.com/ARIA RUSTA YULI PRADANA) (Kompas.com/Yuli Pradana)

Kejadian ini berawal dari niatan Sumani menguasai harta benda Anom Subekti.

Bukan karena dendam seperti yang diduga sebelumnya.

"Terkait pengakuan memang motifnya ini sebenarnya dia ingin menguasai harta benda, dengan cara yang enggak benar, dengan mengambil barang milik orang lain, mencuri," paparnya.

Perbuatan tersebut dilakukan pada pukul 23.00 WIB pada Rabu (3/2/2021).

Darmawan menerangkan keinginan itu muncul secara tiba-tiba.

Itu terjadi ketika pelaku beristirahat di rumah Anom Subekti di Padepokan Seni Ongko Joyo, Desa Turusgede, Kecamatan Rembang Kota, Kabupaten Rembang.

"Pelaku tunggal. Jadi niat untuk mengambil mencuri itu timbul seketika, setelah dia terbangun dari peristirahatannya di rumahnya Pak Bekti."

"Jadi karena bercakap-cakap sampai malam, akhirnya Pak Bekti izin pamit istirahat, dan tersangka pamit ke pak Bekti untuk istirahat sebentar di TKP, setelah tidur sesaat, dia terbangun. Muncul niat seketika," ujar Darmawan.

Baca juga: UPDATE Kasus Pembunuhan Wanita Pemijat di Mojokerto, Ini Sketsa Wajah dan Ciri-ciri Fisik Pelaku

Selain Anom Subekti, Sumani juga membunuh tiga anggota keluarga pencipta lagu “Rembang Indah” itu, yakni istri, anak, dan cucunya.

Dari perbuatannya tersebut, pelaku terancam hukuman penjara seumur hidup hingga hukuman mati.

Fakta-Fakta Pembunuhan

Pembunuhan sadis tersebut menewaskan Ki Anom, istri anak dan cucunya, Kamis (4/2/2021).

Dari penyelidikan yang telah dilakukan, polisi telah menemukan sejumlah fakta.

Beberapa fakta tersebut antara lain:

1. Tak ada barang hilang

Polisi telah memastikan bahwa tidak ada barang yang hilang dari kediaman seniman Anom Subekti di Padepokan Seni Ongkojoyo, Desa Turusgede, Rembang.

Hal ini membuat polisi menduga bahwa kasus terbunuhnya Anom beserta istri, anak, dan cucunya dilatarbelakangi motif dendam.

“Korbannya satu keluarga, tapi tidak ada barang yang diambil pelaku," terang Kapolres Rembang AKBP Kurniawan Tandi Rongre, Jumat (5/2/2021).

2. Polisi periksa empat saksi

Kemarin, polisi telah memeriksa empat orang saksi awal dan pihak keluarga korban.

Dari situ, polisi tidak menemukan indikasi perampokan.

Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi menunjukkan barang bukti berupa sabit yang digunakan Sumani (43) untuk membunuh Anom Subekti beserta istri, anak, dan cucunya, Kamis (11/2/2021).
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi menunjukkan barang bukti berupa sabit yang digunakan Sumani (43) untuk membunuh Anom Subekti beserta istri, anak, dan cucunya, Kamis (11/2/2021). ()

Sebagaimana diberitakan Tribunjateng.com sebelumnya, Anom Subekti bersama tiga anggota keluarganya ditemukan tewas di kediamannya, Padepokan Seni Ongkojoyo, Desa Turusgede, Kecamatan Rembang, Kamis (4/2/2021) sekira pukul 06.30 WIB.

3. Dihantam benda tumpul saat tidur

Tiga anggota keluarga yang juga ditemukan tewas bersamanya ialah istrinya, Tri Purwati (50); putrinya, AS (13); dan cucunya, GLK (11).

Mereka tewas dengan luka lebam dan pendarahan di area kepala.

Baca juga: Lihat Pintu Kamar Kos Tetangga Terbuka, Ruroh Kaget Lihat WSA Sudah Tewas Tergantung

Hasil autopsi dari Tim Forensik Polda Jateng menunjukkan bahwa mereka berempat dihantam benda tumpul berulang kali saat masih tidur.

Mereka diperkirakan dibunuh pada tengah malam.

Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Bhayangkara Semarang yang memimpin proses autopsi, Kombespol Sumy Hastry Purwanti, mengatakan bahwa pihaknya telah memeriksa keempat jenazah secara menyeluruh.

"Keempatnya meninggal karena hantaman benda tumpul di bagian kepala.

Di bagian tubuh lain tidak ada tanda kekerasan," jelas dia ketika diwawancarai awak media di RSUD dr R Soetrasno Rembang, Kamis (4/2/2021) sore.

Baca juga: Berawal dari Buat Kue Bersama, 2 Orang Ini Malah Bunuh Temannya, Motif Tergiur Harta Korban

Kombespol Sumy memperkirakan, para korban mendapat hantaman benda tumpul berulang-kali saat masih dalam keadaan tidur.

"Sepertinya korban dihantam benda tumpul dalam keadaan istirahat, masih tidur. Sebab tidak ada tanda perlawanan. Ada hantaman berulang, lebih dari dua kali, di kepala bagian depan dan atas," tandas dia.

4. Dianiaya dulu sebelum tewaspada dini hari

Menurut Kapolres Rembang AKBP Kurniawan Tandi Rongre mengatakan, keempat korban yang tewas tersebut diduga dibunuh pada dini hari saat semuanya sudah tertidur.

Keempat korban diduga tewas karena dianiaya.

Sebab dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) pada tubuh korban ada lebam di tubuh.

"Dugaan pembunuhan yang dilakukan dengan kekerasan penganiayaan dari hasil olah TKP menunjukkan, keempat korban ini dianiaya, terbukti dengan adanya lebam di tubuh korban yaitu di kepala, dan keempat korban ini hampir sama lebamnya di kepala, mengeluarkan darah dari hidung dan mulut," ungkap Rongre kepada wartawan, Jumat (5/2/2021).

5. Dendam

Dari hasil penyelidikan yang dilakukan pihaknya, kata Rongre, motif pelaku membunuh satu keluarga ini diduga karena dendam.

Suasana rumah duka di Padepokan Seni Ongkojoyo, Desa Turusgede, Kecamatan Rembang, tempat ditemukan tewasnya keluarga dalang Ki Anom Subekti, Kamis (4/2/2021). (Tribun Jateng/Mazka Hauzan Naufal)
Sebab, di lokasi di kejadian tidak ada barang berharga milik korban yang hilang.

"Dugaan sementara itu dendam karena kenapa yang menjadi korban yaitu satu keluarga namun tidak ada barang-barang yang berhasil diambil oleh pelaku. Jadi kesimpulan kami, ini adalah dendam yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban," jelasnya.

Untuk mengungkap kasus pembunuhan ini, polisi telah memeriksa sejumlah saksi.

Rongre pun berharap dari keterangan saksi-saksi dapat mengungkap siapa pelaku yang telah membunuh satu keluarga tersebut.

"Kita masih dalam penyelidikan semuanya apakah orang dekat atau siapa tapi yang jelas dari keterangan-keterangan saksi ini semoga bisa memberikan petunjuk dalam waktu ke depan yang mungkin mudah-mudahan tidak terlalu lama bisa menangkap para pelaku daripada pembunuhan ini," harapnya.

6. Ada suara knalpot brong

Ketua RT 4 RW 1 Desa Turusgede, Kecamatan Rembang, mengaku mendengar suara motor berknalpot brong pada tengah malam menjelang ditemukan tewasnya keluarga Dalang Ki Anom Subekti.

"Sekitar jam 12 malam tadi saya dengar ada satu motor brong wara-wiri (mondar-mandir)," ujar dia.

Sementara, Pj Kepala Desa setempat, Raslin, mengaku terkejut ketika sekita pukul 06.30 WIB pagi tadi mendapat laporan bahwa Ki Anom Subekti dan keluarganya tewas terbunuh.

Baca juga: Tersangka Akui Jadi Pelaku Tunggal Pembunuhan Keluarga Anom Subekti, Terancam Hukuman Mati

Ia menyebut, padepokan milik Anom Subekti memang merupakan wilayah permukiman baru. Letaknya agak jauh dari permukiman lain.

"Ini tempat untuk sanggar latihan tari dan gamelan. Kalau malam minggu untuk latihan," ucap dia.

Ia menyebut, ke depan ia akan memperketat penjagaan dengan memaksimalkan Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling).

"Saya masih baru Pj di sini, nanti saya pastikan Siskamling di sini masih aktif atau tidak," tandas dia.

7. Ditemukan asisten

Kapolres Rembang AKBP Kurniawan Tandi Rongre mengatakan, menjelaskan, jasad keempat korban pertama kali ditemukan Suti, yang merupakan asisten rumah tangga korban.

Saat itu, saksi melihat pagar rumah majikannya sudah terbuka.

Melihat itu, ia kemudian memanggil tapi tidak ada jawaban.

Mengetahui itu, saksi pun lantas masuk ke dalam rumah.

Namun, betapa terkejutnya ia melihat majikannya sudah tidak bernyawa tergelak di tempat tidur.

Kemudian, oleh saksi penemuan itu dilaporkan ke warga yang saat itu sedang mencari rumput dan diteruskan ke kepala desa dan ke polisi.

Polisi menduga, keempat korban itu merupakan korban pembunuhan.

Sebab, dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP). Pada jasad korban ada luka lebam dan darah yang keluar dari tubuh korban.

Kata Ranger, luka itu muncul akibat hantaman benda tumpul.

"Untuk saat ini korban dari hasil olah TKP korban dinyatakan ada penganiayaan, oleh pelaku," ujarnya.

Selain itu, polisi juga tengah memeriksa rekaman dari kamera pemantau di rumah yang juga Padepokan Seni Ongko Joyo.

Guna untuk kepentingan penyelidikan, keempat korban pun dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Rembang untuk dilakukan otopsi.

8. Ki Anom di mata muridnya

Puji Darsono (46) alias Ki Dalang Gondrong Al-Frustasiah masih terkejut atas tewasnya senior sekaligus gurunya di dunia kesenian tradisional, Anom Subekti (60).

Anom Subekti bersama tiga anggota keluarganya ditemukan tewas di kediamannya, Padepokan Seni Ongkojoyo, Desa Turusgede, Kecamatan Rembang, Kamis (4/2/2021) sekira pukul 06.30 WIB.

Tiga anggota keluarga yang juga ditemukan tewas bersamanya ialah istrinya, Tri Purwati (50); putrinya, AS (13); dan cucunya, GLK (11).

Mereka tewas dengan luka lebam dan pendarahan di area kepala.

Hasil autopsi dari Tim Forensik Polda Jateng menunjukkan bahwa mereka berempat dihantam benda tumpul berulang kali saat masih tidur.

Mereka diperkirakan dibunuh pada tengah malam.

Ki Dalang Gondrong tak menyangka sesepuhnya di Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) dan Dewan Kesenian Rembang itu tewas secara mengenaskan.

Sebab, ia menilai sosok Anom Subekti sebagai orang tua yang ramah dan baik pada siapa pun.

“Bagi saya beliau adalah sahabat, guru, sekaligus orang tua saya,” ucap dia ketika ditemui Tribunjateng.com di kediamannya yang berada di Pancur, Rembang, Kamis (4/2/2021) malam.

Ki Gondrong mengaku mengenal Anom Subekti sejak dirinya masih duduk di bangku SMP.

“Waktu itu saya belajar mendalang di Karangturi, Lasem.

Beliau salah satu tutornya,” ucap Ketua Yayasan Lasem Kota Cagar Budaya ini.

Ia mengenal sosok almarhum sebagai sosok seniman serba bisa. Menurutnya, almarhum menguasai berbagai kesenian tradisional, di antaranya dalang wayang kulit, wayang wong, hingga ketoprak.

Selain aktif berkesenian, almarhum Anom Subekti juga pernah berdinas di Departemen Penerangan, pada era Presiden Soeharto.

"Beliau juga pedagang.

Baca juga: Tersangka Pembunuh Dalang Anom Subekti Ingin Bunuh Diri, Transfer Uang Rp8 Juta Lalu Minum Pestisida

Main gamelan bisa, bikin dan jual gamelan juga bisa. Gamelan yang saya pakai juga dari beliau," jelas Ki Gondrong.

Ia menyebut, almarhum juga sangat aktif berorganisasi, selaim di Dewan Kesenian dan Pepadi Rembang, almarhum juga bergiat di Lembaga Pembina Seni Pedalangan Indonesia (Ganasidi).

Ia juga bersaksi bahwa almarhum merupakan sosok yang sangat baik dan suka memotivasi para seniman muda.

“Sebelum saya diterima masyarakat Rembang, atau boleh dikatakan mulai laris sebagai dalang, beliau satu-satunya yang mendukung saya.

Beliau bilang, jangan minder ke rekan seprofesi yang sudah lebih bagus dan menonjol.

Tetap semangat karena rezeki Tuhan yang mengatur.

Saya rasa sikap beliau ke seniman muda lain juga begitu," ungkap dia.

Ia menyebut, Anom Subekti juga memperhatikan regenerasi seniman tradisional.

Putranya yang bernama Danang ia didik menjadi dalang profesional juga.

Selain itu, di padepokannya ia juga mengajari anak-anak seni pedalangan dan karawitan

Ki Gondrong tak habis pikir apa motif pelaku yang tega membunuh Anom Subekti beserta istri, anak, dan cucunya.

“Sampai sekarang saya masih terkejut, apa kira-kira motif pelaku.

Beliau orang yang dekat dengan semua orang, dan sangat dermawan,” tutur dia.

Mengenai kedermawanan almarhum, Ki Gondrong punya beberapa cerita.

Satu di antaranya ialah, di awal karir mendalangnya dulu, ia pernah dipersilakan memakai gamelan dan perlengkapan pertunjukan wayang milik almarhum tanpa harus membayar biaya sewa.

"Dulu tahun 90-an sebelum reformasi, saya mulai sering tampil mendalang. Waktu tarif nanggap saya cuma Rp 600 ribu sudah komplit berikut segala peralatan dan krunya. Saya lihat gamelan punya Pak Bekti dan ingin memakainya.

Pak Bekti lalu tanya, saya jawab bahwa saya tidak mampu menyewanya karena tarif nanggap saya kecil.

Tapi saya dipersilakan pakai tanpa perlu bayar sewa, saya cuma diminta mengupah tenaga yang menata peralatan gamelan," terang ki Gondrong.

Ia menambahkan, dirinya juga pernah membeli peralatan gamelan dari almarhum, namun uangnya masih kurang. Namun almarhum tidak mempermasalahkannya.

"Silakan tanya ke seniman lain, saya yakin semua punya kesan sama pada almarhum.

Makanya saya kaget, motif pelaku apa, padahal Pak Bekti orang baik. Lebih kagetnya lagi, kenapa istri, anak, dan cucunya ikut dibunuh," tandas dia. (TribunJateng/Kompas.com/Aria Rusta Yuli Pradana/Daniel Ari Purnomo/Mazka Hauzan Naufal)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Sumani Lunasi Utang Onderdil Kapal Pakai Darah 4 Orang Keluarga Dalang Anom Rembang

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas