Warga Satu Desa di Tuban Borong Ratusan Mobil Baru, Dealer Senang Penjualan Meningkat 400 Persen
Tidak tanggung-tanggung sejak April 2020 penjualan mobil di wilayah Jenu, Tuban meningkat hingga 400 persen.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Aksi borong mobil yang dilakukan warga satu desa di Tuban, tepatnya Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Provinsi Jawa Timur membawa berkah tersendiri bagi sejumlah dealer mobil di kawasan tersebut.
Para warga desa itu kaya mendadak setelah mendapatkan uang dari hasil penjualan tanah untuk proyek kilang minyak di Tuban.
Seperti yang diutarakan Kepala Cabang Bengkel Auto2000 Tuban, Ari Surjono.
Ari mengatakan, jika sejak adanya pembelian tanah di wilayah Jenu penjualan mobil di Auto 2000 mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
Tidak tanggung-tanggung sejak April 2020 penjualan mobil di wilayah Jenu, Tuban meningkat hingga 400 persen.
“Saat di tempat lain terkena dampak pandemi Covid-19, di sini (Tuban) justru marketnya naik, karena banyak warga Jenu yang membeli mobil,” tutur Ari, Selasa (16/2/2021) seperti dikutip dari Kompas.TV.
Baca juga: 7 Fakta Warga Desa di Tuban Kaya Mendadak, Ramai-ramai Borong Mobil Baru hingga Kekayaannya Miliaran
Dia memperkirakan, peningkatan penjualan mobil di wilayah Tuban akan terus terjadi hingga proyek kilang minyak berjalan.
“Akan terus naik penjualan mobil, nanti kalau proyek kilang minyak sudah berjalan kan banyak kontraktor yang masuk ke dalamnya untuk proses pembangunan,” jelas dia.
Sementara itu Kepala Desa (Kades) Sumurgeneng, Gihanto mengungkapkan di desanya terdapat 840 KK, sedangkan yang lahannya dijual karena masuk penetapan lokasi (penlok) kilang minyak ada sekitar 225 KK.
"Ya memang kondisinya begitu, dapat uang lalu beli mobil, ada juga yang dibelikan tanah lagi maupun bangun rumah juga," ujar Gihanto.
Menurut dia, pendapatan warga dari hasil penjualan tanah, yang jika dirata-ratakan mencapai Rp 8 miliar.
Bahkan, ada warga yang dengan kepemilikan lahan 4 hektar menerima Rp 26 miliar.
Dia menyebut ada juga warga Kota Surabaya yang memiliki lahan di desa tersebut yang mendapat ganti untung mencapai Rp 38 miliar.
“Sebab, Pertamina menghargai tanah Rp 600 ribu hingga 800 ribu per meter, jauh lebih tinggi dari harga tanah pada umumnya di wilayah ini,” tandas Gihanto.
Sumber: Kompas.TV