Mahasiswa KKN UNS Ajak Warga Wonotolo Sragen Sulap Kotoran Sapi Jadi Pupuk Organik
Tim KKN Universitas Sebelas Maret (UNS) mengajak warga Desa Wonotolo, Kecamatan Gondang, Sragen, Jawa Tengah untuk memanfaatkan kotoran sapi.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Tim KKN Universitas Sebelas Maret (UNS) mengajak warga Desa Wonotolo, Kecamatan Gondang, Sragen, Jawa Tengah untuk memanfaatkan kotoran sapi.
Kotoran sapi tersebut dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik untuk lahan pertanian.
Seorang warga, Purnomo mengatakan, sebagian besar masyarakat Desa Wonotolo berprofesi sebagai petani dan memiliki hewan ternak.
Sayangnya, warga belum memanfaatkannya secara maksimal dan memilih menggunakan pupuk organik siap pakai di pasaran.
Baca juga: KKN di Masa Pandemi, Mahasiswa UNS Ajak Warga Manfaatkan Perkarangan Rumah untuk Tanam Sayur & TOGA
Baca juga: Inovatif ! Tim KKN Mahasiswa UNS Ini Manfaatkan Kolam Ikan Warga Tak Terpakai Jadi Lahan Aquaponik
"Petani di daerah sini sekarang sudah jarang yang membuat pupuk organik dari kotoran ternak sapi."
"Ya karena waktunya yang nggak sempat, jadi lebih memilih pupuk yang langsung pakai," ujar Purnomo yang berprofesi sebagai petani selama hampir 40 tahun.
Oleh karena itu, tim KKN UNS menggelar sosialiasi sekaligus mengajari bagaimana cara 'menyulap' kotoran sapi menjadi pupuk organik.
Caranya dengan menggunakan bahan kurang lebih 100 kilogram kotoran sapi, 1 liter air bersih, 1 sendok makan gula pasir sebagai pengganti tetes tebu, dan 1 sendok makan EM4.
EM4 berfungsi sebagai bahan pengurai.
Semua bahan tersebut ditempatkan di dua wadah besar dan dicampur secara merata.
Setelah dikira tercampur merata, tutup wadah dengan rapat dan letakkan di tempat yang teduh.
Setelah tiga minggu, pupuk organik sudah bisa digunakan pada lahan pertanian.
Dalam sosialisasi yang digelar di Dusun Kimasrejo itu, tim KKN UNS juga mengatakan, pupuk organik dari kotoran sapi bisa diproduksi secara massal.
Sehingga dapat menggerakkan perekonomian warga Desa Wonotolo dengan cara memasarkan produk pupuk organik yang dihasilkan.
Apalagi modal yang diperlukan untuk membuat pupuk organik dari kotoran sapi tergolong murah.
Yaitu hanya Rp 25 ribu untuk membeli satu liter cairan EM4 yang dapat digunakan untuk mengolah satu ton kotoran sapi.
Sosialisasi ini menuai respons positif dari sejumlah warga. Salimin, misalnya.
"Biasanya saya beli pupuk organik yang langsung pakai seharga Rp 20 ribu dengan ukuran karung 40 kilogram."
"Lebih praktis, tapi kan di rumah punya ternak sapi pasti ada kotorannya."
"Dengan harga yang hampir sama antara membeli pupuk jadi dan EM4, jika dihitung-hitung lebih hemat membuat pupuk organik sendiri dengan memanfaatkan kotoran sapi yang ada di kandang," ungkapnya.
Terkait kegiatan KKN mahasiswa UNS di Desa Wonotolo, Kepala Desa Wonotolo, Muhklisin ikut menyambut dan mempersilakan.
Muhklisin juga meminta tim KKN UNS untuk mematuhi protokol kesehatan serta meminimalisir acara mengumpulkan warga.
"Silakan melaksanakan kegiatan KKN di Desa Wonotolo, kami menyambut kedatangan mahasiswa KKN UNS dengan tangan terbuka."
"Jika dirasa ada kendala, bisa langsung dikoordinasikan pada kami, dengan senang hati kami bisa membantu," kata dia.
(Tribunnews.com)