Kisah Penjual Bawang Goreng di Jateng Cuan Rp 20 Juta Usai Ikut Pelatihan
Omzet juga bisa meningkat dua kali lipat, dari dulu di bawah Rp 10 juta sekarang rata-rata Rp 20 juta.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengaku bisa meraup untung hingga Rp 20 juta usai memasarkan produknya. Hal itu didapat lantaran mendapatkan pelatihan pengemasan produk, sertifikasi halal, hak kekayaan intelektual (HAKI) dari pemprov Jawa Tengah.
"Pelatihan yang didapat soal hak kekayaan intelektual, konsultasi kemasan dan pembukuan. Setelah pelatihan sangat membantu karena langsung diimplementasikan, misal cara membuat kemasan dan foto produk bagus. Omzet juga bisa meningkat dua kali lipat, dari dulu di bawah Rp 10 juta sekarang rata-rata Rp 20 juta," ujar Emi Widiasih, pemilik UMKM "Bagor Bucah" (Bawang Goreng Bu Cahyo), Senin(19/4/2021).
Pemilik UMKM “Keripik Mbak Pesek", Sriyati juga mengaku sejak mendapatkan pelatihan terkait kemasan produk, dirinya telah berhasil mendongkrak nilai jual produk keripik tempenya. Awalnya Sriyati mematok harga Rp 10 ribu per kemasan, kini harganya berkisar antara Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu rupiah.
Sriyati juga berhasil melebarkan pemasaran produknya hingga ke minimarket, supermarket, serta tempat wisata dan pusat oleh-oleh.
"Awalnya produk dikemas biasa. Setelah dapat bantuan dan pelatihan soal cara mengemas dengan labeling standard, juga bantuan terkait izin PIRT dari Dinkop Provinsi Jawa Tengah serta sertifikasi halal mulai bisa masuk ke minimarket dan supermarket. Sebulan dari dua pasar itu rata-rata Rp 15 juta. Masih ditambah saya jual di kios sekitar Rp 400 ribu sampai Rp 600 ribu," ujar Sriyati.
Ia menjelaskan beberapa bantuan lain yang didapatkannya juga bersumber dari BAZNAS dan bantuan CSR untuk UMKM. Beberapa bantuan itu digunakan untuk membeli bahan baku serta peralatan untuk mendukung produksi.
"Untuk kios namanya ‘Kayla Snack’. Sejak pandemi kerja sama dengan teman UMKM lain dengan menjualkan produk di kios. Buka pagi sampai pukul 15.00," tuturnya.
Kisah selanjutnya datang dari Yuli Mujiasih, pemilik dari "Narraya Creation" yang berlokasi di Kelurahan Bendan Dhuwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang. Usahanya berdiri sejak tahun 2007 dan bergerak di bidang pengolahan limbah atau sampah plastik, kain perca, minyak kemiri dan minyak klentik.
Usaha Yuli itu ternyata mampu menggerakkan dan membina masyarakat sekitar termasuk anak-anak muda. "Bergabung dengan pembinaan Karang Taruna sekitar 4-5 tahun lalu. Untuk bahan sampah plastik kami kumpulkan dari warung-warung. Jadi kita ambil dari warung dan dibarter dengan gula atau minyak," ujar Yuli saat didatangi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Dalam kesempatan itu, Yuli juga mendapat pesan dari Ganjar agar pada masa pandemi ini bisa bersahabat dengan Covid-19 tetapi juga harus tetap berkarya dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Ganjar mengatakan bahwa yang dibutuhkan pelaku UMKM agar bisa meningkatkan kualitas adalah pelatihan packaging (kemasan) dan market place (pasar). Hal itu yang terus dikembangkan oleh Pemprov Jateng melalui Dinas Koperasi dan UMKM.
"Cerita-cerita positif seperti ini yang bisa memicu kita untuk terus berinovasi termasuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku UMKM. Bahkan kalau bisa kita menjadi off taker (penjamin) untuk membuka pasar," kata Ganjar.