Sosok Suami yang Bacok Istri hingga Tewas di Nunukan, Sering Minta Dibelikan Sabu dan Pukuli Korban
Sosok suami yang tega menganiaya istrinya hingga tewas di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Inilah sosok suami yang tega menganiaya istrinya hingga tewas di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Pelaku kerap meminta istrinya untuk membelikan sabu-sabu.
Jika korban menolak, maka pelaku akan memukuli korban berkali-kali.
Diketahui, pria (suami) itu bernama Musdar (28).
Kesehariannya sebagai buruh penombak kelapa sawit di sebuah perusahaan sawit Desa Tabur Lestari, Kecamatan Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan.
Sementara sang istri Riskawati (29), seorang ibu rumah tangga.
Saat dikonfirmasi, kakak kandung korban, Risnawati (30), mengatakan, semasa hidupnya, sang suami kerap kali meminta sang istri untuk membelikannya sabu-sabu.
Baca juga: 7 Fakta Suami Bunuh Istri di Nunukan, Pelaku Suka Main Pukul dan Korban Curhat Tak Tahan
Apabila hal itu tak dilakukannya, sang suami marah besar hingga memukulnya berkali-kali.
"Almarhumah (Riskawati), sering membelikan sabu suaminya agar dia tenang dan tidak memukul lagi.
Tapi bukannya berubah malah tambah parah sampai adik saya dibunuh seperti itu," kata Risnawati kepada TribunKaltim.Co, Minggu (18/04/2021).
Risnawati mengaku, hampir 7 bulan ini, hubungannya dengan almarhumah layaknya bukan saudara kandung.
Pasalnya ia sempat dilaporkan ke Polisi oleh adik kandungnya sendiri (almarhumah) atas kehendak dari iparnya (suami/ pelaku) sendiri. Bahkan disertai ancaman kepada almarhumah.
"Sudah 7 bulan kami tidak saling komunikasi. Ada permasalahan pribadilah. Suaminya itu ngancam mau ceraikan adik saya kalau dia nggak mau laporkan saya ke Polisi bahkan mau pukul adik saya," ucapnya.
Menurutnya, kabar sang adik dibunuh olen suaminya itu, ia peroleh dari tetangganya.
Lantaran, rumah almarhumah terletak cukup jauh dari rumah Risnawati.
"Rumah kami berjauhan sekira 3 kilometer dari rumah. Pada saat itu sekira pukul 16.00 Wita, ada telepon masuk dari tetangga.
Saya nggak dengar deringan telepon masuk. Pas ke luar rumah, tetangga teriak panggil saya, risna...risna adikmu si bolong meninggal diparangi suaminya. Panggilan akrab almarhumah itu bolong.
Baca juga: Suami Tusuk Leher Istri hingga Tewas, Awalnya Cekcok Mulut saat Korban Diduga Telepon Pria Lain
Baca juga: Acungkan Pistol ke Polisi, Seorang Pelaku Pencurian Tewas Ditembak saat Penggerebekan di OKU Timur
Mendengar itu saya syok. Saya coba tenangkan diri lalu telepon mama, ngasih kabar ke kampung. Setelah itu saya ke TKP sama adik kandung saya laki-laki.
Waktu ke sana saya dapati almarhumah sudah ditutupi mayatnya sama 2 petugas Polisi. Saya hanya bisa saksikan dari bawah rumah, banyak darah berceceran di depan pintu rumah almarhumah," ujarnya.
Almarhumah merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Terdiri dari laki-laki 2 orang dan perempuan ada 3 orang.
Ia memiliki 3 saudara kandung di Sei Menggaris termasuk Risnawati, sementara 2 saudara lainnya tinggal di Sulawesi bersama kedua orang tua dan 4 orang anaknya.
Keempat anaknya saat ini dirawat orang tuanya di Sulawesi.
Anak-anak pertama, laki-laki berumur 10 tahun. Anak kedua berumur 7 tahun. Anak ketiga berumur 5 tahun dan bungsu berumur 2 tahun.
"Almarhumah pulangkan anaknya ke kampung tahun lalu. Sudah empat kali dia kirimkan uang buat anaknya itu. Persoalan KDRT sudah terjadi kepada almarhumah sejak punya anak 1."
"Jadi bukan almarhumah saja dipukul, anaknya pun sempat beberapa kali kena pukul bapaknya itu. Permasalahan terakhir almarhumah dengan sang suami yang tau persis itu mama di kampung," tuturnya.
Risnawati menuturkan, sebelum kejadian itu, almarhumah sempat kabur dari sang suami dan hendak pulang ke kampung halaman.
Namun, niat pulang kampung itu batal seketika, saat suaminya membujuknya untuk kembali bahkan sempat mengancam untuk membunuhnya jika ia pergi.
"Ada 3 hari almarhumah di Nunukan tanpa sepengetahuan sang suami. Karena takut kalau dia izin pasti dipukul. Sebelum kabur dari rumahkan dia dipukul sampai biru dilehernya. Almarhumah bermalam di penginapan karena nggak ada sanak keluarga di Nunukan.
"Suaminya menelpon terus dan sempat mengatakan begini, 'di manapun kau berada saya akan cari dan bunuh kau'. Mungkin luluh dengan bujuk rayu suaminya, akhirnya tiket kapal yang sudah dia beli dikembalikan ke penjual tiket lagi," ungkapnya.
Hal terakhir yang sempat menjadi curhatan oleh almarhumah kepada ibunya melalui telepon seluler yakni kondisinya yang sudah tak tahan lagi akibat perlakuan sang suami yang kerap kali memukulnya.
"Mama sempat ngomong ke saya, kalau adik saya sudah tidak tahan lagi dipukul dengan suaminya. Setiap marah pasti dia pukul. Sering sekali melapor ke Polisi."
"Tapi hanya sebatas dimediasi lalu diulangi kembali. Almarhumah sering dipukul di kepala sampai memar, leher dan bahu juga kena. Kadang jidatnya bengkak."
"Sebelum kembali ke Sei Menggaris, almarhumah sempat telepon tetangganya, kalau dia takut masuk ke Sei Menggaris. 'Jangan sampai aku mati seperti ayam dipotong'. Itu perkataan terakhir almarhumah ke tetangganya," imbuhnya.
Berita terkait kasus pembunuhan
Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul Bacok Istri Hingga Tewas di Nunukan, Kakak Kandung Korban Beber Iparnya Sering Minta Dibelikan Sabu