5 FAKTA Keluarga Dani yang Ngaku Mudik Gombong-Bandung: Sang Ibu Malu, Sengaja Jalan Kaki Cari Uang
Lima fakta keluarga Dani-Masitoh yang mengaku mudik dengan jalan kaki dari Gombong-Bandung. Sang ibu malu hingga sengaja jalan kaki untuk mencari uang
Penulis: Sri Juliati
Editor: Arif Fajar Nasucha
Ia mengaku masih mampu bekerja.
"Walau saya sudah tua, dan tak punya apa-apa, saya masih mampu kerja, menjahit," katanya.
Ia menyayangkan anak dan mantunya melakukan hal seperti sampai viral.
Ia tahunya sang anak kembali ke kontrakan.
Dani dan Masitoh disebut sempat datang ke rumahnya pada pekan lalu.
"Dia pergi lagi, gak tau seperti itu, saya tahunya mau ke kontrakannya," katanya.
Namun, pada akhirnya ia kaget karena mendapatkan kabar anak dan mantunya viral di media sosial karena mengaku jalan kaki dari Gombong ke Bandung.
4. Pengakuan Masitoh
Kini setelah pihak keluarga dan tetangga buka suara, kini giliran Masitoh yang mengungkapkan hal sebenarnya.
Ia mengakui, kisahnya yang 'mudik' berjalan kaki dari Gombong ke Kebumen, tidak sepenuhnya benar.
Ternyata, pasangan ini sudah setahun hidup di jalanan dan tidak mudik dari Gombong ke Cangkuang.
Ia dan Dani sengaja membawa kedua anaknya melakukan perjalanan untuk menghidupi keluarga.
Semua berawal dari tempat bekerja Dani yang gulung tikar.
"Mesin jahit diambi bos, jadi bingung kerjaan enggak ada. Yang ngajak hidup di jalan, saya."
"Kami turun ke jalan yang penting ada buat makan."
"Ada yang ngasih kami terima, enggak ada yang ngasih, kami jalan," ujar Masitoh saat ditemui di tempat karantina, Minggu (9/5/2021).
Menurut Masitoh, sekitar seminggu lalu, mereka kembali melakukan perjalanan.
"Kami dari sini (Cangkuang) ke Cimindi naik angkot. Dari Cimindi naik kereta api ke Purwakarta."
"Purwakarta-Bandung, ongkosnya cuman Rp 7 ribu. Lalu dari Purwakarta ke Cikarang. Mulai dari Cikarang, kami jalan (kaki)," kata Masitoh.
Masitoh mengatakan, dari Cikarang, mereka menuju Cikampek, Karawang, Subang, dan Indramayu.
"Di Indramayu kami dapat tumpangan dinaikkan ke bus. Ditanya tujuannya mau ke mana, kalau sebutin jauh-jauh kasihan orang itu, jadi saya sebut yang dekat saja ke Tegal, ongkos Rp 100 ribu," tuturnya.
Setelah di Tegal, menurut Masitoh, ia dan keluarganya jalan ke Gombong, Jawa Tengah.
Dari Gombong, mereka balik lagi.
"Jadi muter, pergi dari utara, pulang lintas selatan," katanya.
Menurutnya, dia melakukan perjalanan seperti itu sudah satu tahun.
"Setahun sebenarnya kami sudah keliling Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat."
"Cuma tidak hanya sambil diam, tapi sambil cari kerja. Tapi itu namanya cari kerja susah," katanya.
5. Mengaku ingin pulang ke Medan
Masitoh juga menjelaskan, selama satu tahun berkeliling dia mengibaratkan jalan-jalan gratis,
Bila tak ada tumpangan, jalan kaki.
"Kalau tidur ada pom bensin, ya pom bensin, ada di masjid. Kan di Jawa (masjid) tak dikunci," tuturnya.
Hal tersebut dilakukan, kata Masitoh, saat anaknya yang kecil berusia empat bulan dan sekarang sudah berusia 1,5 tahun.
"Tinggal di (rumah) mertua enggak mungkin, rumahnya kecil, sempit."
"Untuk kontrakan harus jalan hidup harus jalan, daripada mencuri, gitu kan," ujar Masitoh.
Masitoh ternyata masih warga Lubuk Pakam, Medan, Sumatera Utara.
Namun kartu identitasnya hilang karena tasnya dicuri orang saat berada di Cimahi.
Begitu juga dengan kartu identitas suaminya.
"Semua tas saya diambil orang di Cimahi, dipikir mereka apa ya, padahal cuma baju saya, suami, dan anak serta surat-surat itu, KTP dan lainnya," tuturnya.
Dengan adanya kejadian viral tersebut, kakak dan orang tuanya menjadi syok.
Bahkan kakaknya yang paling besar di Medan sampai darah tinggi.
"Setelah enggak ada penyekatan lagi, InsyaAllah, kami balik ke Medan. Mau ngurusin orang tua di sana," ucapnya.
(Tribunnews.com/Sri Juliati, Tribun Jabar/Widia Lestari/Lutfi Ahmad Mauludin)