Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pebalap Liontin Evangelina Tahan Banting Diejek Warganet (1)

Menjadi atlet harus tabah dan tahan nanting. Liontin Evangelina sudah teruji dalam menghadapi ejekan siapa pun

Editor: cecep burdansyah
zoom-in Pebalap Liontin Evangelina Tahan Banting Diejek Warganet (1)
dok pribadi
Liontin Evangelina 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Menjadi pebalap sepeda yang berprestasi tentu bukanlah hal yang mudah, setiap atlet harus menjalaninya secara serius dan harus siap dengan segala risikonya. Seperti yang dilakukan oleh Liontin Evangelina Setiawan, seorang pebalap sepeda asal Yogyakarta yang telah malang melintang di kejuaraan nasional maupun internasional.

Kali ini Tribun Jogja berbincang langsung dengan perempuan yang juga berkuliah di Kepelatihan Olahraga UNY ini, membahas persiapannya di pemusatan latihan nasional (pelatnas), hingga menanggapi isu yang sedang hangat diperbincangkan soal pesepeda di Jakarta yang mendapat acungan jari tengah dari pengendara motor.

Ternyata dari salah satu dari pesepeda tersebut, ada teman dari Angel, sapaan akrabnya yang mengalami hujatan dari warganet karena tergabung bersama komunitas sepeda itu. Lalu bagaimana komentar-komentar Angel? berikut wawancara eksklusif Tribun Jogja pada Kamis (3/6), di kawasan Jalan Kaliurang.

Kesibukan selain balap sepeda apa?

Saya sedang sibuk kuliah, dulu saya sebetulnya mahasiswa psikologi UNY tahun 2018 terus pindah ke kepelatihan olahraga 2020.

Dulu pindah karena sering latihan balap sepeda, nah kalau dulu waktu kuliah psikologi itu mau latihan susah izinnya, dan tugasnya juga banyak. Beda kalau di PKO itu kita gampang izinnya apalagi kalau bela timnas. Sekarang kebetulan kuliahnya online jadi bisa enak bagi waktunya, pagi kuliah siang sore bisa latihan.

Sekarang sedang mempersiapkan diri di Pelatnas untuk ikut SEA Games Vietnam, persiapan yang dilakukan seperti apa?

Berita Rekomendasi

Karena kejuaraannya masih di November akhir, maka untuk bulan-bulan sekarang masih lebih banyak meningkatan endurance, latihan jelajah yang jauh-jauh, intinya lebih basic-nya dulu.

Karena di tahun 2020 jarang ada lomba jadi fisik juga perlu ditingkatkan lagi, sebab waktu pandemi ini latihan balap sepeda itu tidak sekeras kalau menjelang lomba. Latihannya ada endurance, speed, strength, dan fisik. Semisal kalau endurance di zona 2 dan 3 kurang lebih kita gowes sampai empat jam.

Kita di sini latihan dari hari Senin sampai Sabtu. Kita hitungan latihan bukan seberapa jauh, tapi seberapa lama, seperti di hari Senin kita sekitar empat jam, itu bisa sampai 135 kilometer jarak tempuh.

Selasa cenderung nanjak ke arah Klangon itu, naik turun di daerah sana sekitar dua sampai tiga jam, latihan tersebut bisa dibilang intensitasnya  lebih tinggi. Sesudah itu sorenya kita masih harus latihan lagi, kadang nge-gym, jadi pagi sore kita latihan. Nanti untuk fokus ke salah satu nomor, karena di SEA Games ada tiga nomor, kita akan mulai fokus di bulan Agustus.

Punya target pribadi?

Pingen banget main di olimpiade, tapi untuk tahun ini tidak bisa karena saya masih di tahap pengumpulan poin di UCI. Kalau sekarang belum bisa terkejar dalam waktu satu tahun, paling mungkin sampai tiga tahunan.

Soal tidak diikutkannya cabor balap sepeda di PON XX Papua nanti?

Saya pernah ikut PON 2016, di nomor trek dan road race. Kesel banget dengar di PON Papua tidak diikutkan balap sepeda. Padahal saya di Pra-PON sudah dapat medali emas. Kalau tidak jadi begini kasihan juga yang muda-muda mereka jadi berhenti, tidak balap sepeda lagi.

Dulu katanya main sepeda karena banyak yang mengejek karena obesitas, sekarang setelah punya banyak prestasi ejekan itu apakah masih ada?

Orang yang mengejek itu masih ada saja, bahkan sampai saya sudah punya banyak prestasi pun. Cuma bedanya sekarang ejekan itu datangnya lebih banyak di sosial media. Saya kira jadi atlet itu tidak selalu menang tiap saat, ada kalanya kalah juga. Nah waktu kalah itu saya dapat banyak hate speech.

Kalau dulu diejek karena fisik, sekarang diejek juga karena tidak dapat peringkat di kejuaraan. Cuma bedanya kalau dulu diejek secara langsung, kalau sekarang mainnya di sosial media, padahal kita tidak tahu dia siapa juga. (tsf)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas