2.702 Pekerja Migran Indonesia Asal Bali Sudah Berangkat ke Luar Negeri
Para pekerja migran asal Bali ramai-ramai pergi lagi ke luar negeri, antara lain ke Dubai, AS, Italia dan negara lainnya.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR, - Sebanyak 2.702 orang pekerja migran Indonesia (PMI) telah berangkat ke luar negeri untuk bekerja ke kapal pesiar, hingga Kamis (10/6).
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali, Ida Bagus Ngurah Arda. Menarik diikuti persiapan para pekerja migran tersebut di berbagai daerah di Bali.
I Kadek Agus Sagita, PMI asal Tabanan mengatakan, sebelum berangkat menuju tujuan kerja, mereka harus menyiapkan sejumlah dokumen.
Dokumen yang harus disiapkan para ‘pelaut’ ini meliputi BST (basic safety training), CCM (crisis & crowd management), paspor dan visa negara tujuan, medical check up (MCU), dan yang terbaru adalah wajib swab test sebelum berangkat.
Hanya saja, Agus Sagita mengaku saat ini sedang mempersiapkan segala dokumennya sebelum jadwal untuk berangkat keluar.
“Kemudian juga wajib sudah melaksanakan vaksinasi dua kali atau bersedia di vaksin di kapal jika di rumah belum divaksin,” kata pria yang akrab disapa Dek Agus ini saat dikonfirmasi, Kamis (10/6).
Dia melanjutkan, mewakili seluruh PMI yang ada di Bali tentunya sangat berharap banyak agar bisa bekerja kembali setelah setahun lebih menganggur di rumah masing-masing.
“Kami tentunya excited dan nggak sabar dapet slip gaji lagi,” ujarnya sembari tertawa.
Selain itu, kata dia, seluruh pihak tentunya yang bekerja di bidang pariwisata mengharapkan agar dunia cepat membaik dan tamu-tamu bisa kembali banyak liburan di kapal dan hidup kembali normal.
“Intinya kami harapkan yang terbaik dan bisa hidup normal kembali,” harapnya.
Disinggung mengenai persyaratan baru saat ini yakni wajib tes sebelum keberangkatan, Agus Sagita menyatakan, tentunya semua PMI merasa keberatan.
Keberatan yang dimaksud adalah karena swab test menjadi syarat untuk berangkat ke negara manapun.
“Biarpun nantinya uang swab akan diganti oleh company masing-masing saat di kapal, tapi tetap akan terasa sangat berat untuk membayar biayanya di awal. Karena kita sudah lama tidak ada penghasilan,” ungkapnya.
“Apalagi untuk kawan-kawan yang tidak memiliki uang, terpaksa meminjam ke sana ke mari untuk bekal persiapan berangkat. Kami harapkan bisa difasilitasi pemerintah lah,” harapnya.