Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pengusaha Muda yang Bangkit dari Krisis Konflik Bersenjata hingga Tsunami

Pengusaha kerap kali mengalami ujian, bahkan tak jarang kegagalan sempat menghampiri. Begitu pula yang dialami H Akbar Himawan Buchari.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Sanusi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengusaha kerap kali mengalami krisis dan ujian, bahkan tak jarang kegagalan sempat menghampiri. Begitu pula yang dialami H Akbar Himawan Buchari.

Pada usia yang terbilang muda, Akbar telah mengelola bisnis di berbagai bidang, di antaranya sebagai pimpinan perusahaan otobus Kurnia dengan armada sekitar 250 unit bus. Kurnia adalah perusahaan otobus (PO) yang melayani rute Sumut sampai ke Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Baca juga: Pengusaha Nilai Kebijakan PPKM Darurat Perpanjang Masa Resesi Ekonomi

Menjadi Direktur Utama PT Putra Kurnia, Komisaris CV Kurnia Group dan Direktur Utama PT Saka Mitra Sejati menyita waktu dan kesibukan Akbar. Meski begitu, Akbar sendiri saat ini juga merupakan anggota DPRD Sumatera Utara Fraksi Golkar periode 2019-2024.

Kesuksesan dan sepak terjang Akbar di usia muda sudah sangat jauh ketimbang dengan lelaki seumuran di masanya. Namun, sejatinya ia tidak bermaksud menjadi pengendali bisnis keluarga di usianya yang masih relatif muda. Justru keadaan yang membuatnya harus melakukan itu semua.

Baca juga: PPKM Darurat Akan Diterapkan, Pengusaha : Ekonomi Jakarta akan Stagnan dan Nyaris Lumpuh

Semua berawal pada tahun 1997, ketika ayahnya Buchari Usman, menjadi salah satu korban kecelakaan pesawat Garuda Indonesia, GA-152 di Desa Buah Nabar, Kab. Deli Serdang (sekitar 32 km dari Bandara Polonia, Medan).

"Mungkin kalau ayah masih hidup, saya sekarang baru lulus S2 dan baru belajar bisnis. Tapi, kenyataannya tidak seperti itu," ujar Akbar, kepada wartawan, Rabu (30/6/2021).

Berita Rekomendasi

Saat kecelakaan menimpa ayahnya, PO Kurnia untuk sementara waktu berada dalam kendali pamannya. Kemudian pada tahun 2004, saat duduk di bangku SMA, Akbar bergabung dan ikut serta dalam mengembangkan serta membantu untuk menjalankan bisnis keluarga.

Uniknya, Akbar tidak langsung masuk ke tahap manajemen melainkan ia menjadi mekanik telebih dulu. Dia lantas mengingat pesan mendiang ayahnya.

"Pengusaha transportasi memang harus mengerti mesin. Sebab, itu adalah inti bisnis tersebut," kata Akbar mengingat pesan sang ayah.

Pengalamanlah yang menjadikan Akbar kuat menghadapi arus pada setiap keadaan. Dulu, sepulang dari sekolah ia langsung meluncur ke pangkalan bus dan membantu para mekanik.

Selain harus menjalankan amanah ayahanda, Akbar suka mengutak-atik mesin karena sudah dikenalkan dengan mesin sejak masih dini oleh ayahnya.

Baca juga: Pengusaha Mal dan Pusat Perbelanjaan Keberatan Ada Pemberlakuan PPKM Darurat

Bagi keluarga, Akbar menjadi kepercayaan dan disiapkan untuk menggantikan tugas ayahnya sebagai pemimpin perusahaan. Mulai berperan sebagai pengambil keputusan hingga kepada hal-hal lain yang menjadi tanggung jawabnya.

Namun, ada banyak hal rintangan serta ujian yang menerpa perjalanan Akbar. Di antaranya adalah kondisi keamanan NAD yang sempat kritis karena terjadi konflik bersenjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan TNI.

Akbar pernah diliput salah satu media pada tahun 2000 saat terjadinya konflik tersebut. Ia mengatakan bahwa perusahaan yang dijalankannya tak luput dari intimidasi sejumlah oknum.

Bahkan, banyak bus PO Kurnia yang dibakar. Meski kondisi semakin kritis, namun sebagian bus yang kondisinya baik tetap melayani rute Medan-Banda Aceh.

"Ada sekitar 20 bus yang dibakar. Tapi, sampai sekarang tidak jelas siapa yang membakar. Kami hanya tahu itu ulah oknum-oknum yang tidak jelas," jelasnya.

Saat tsunami menghantam Serambi Makkah, sekitar 50 bus di pool Banda Aceh terkena dampaknya. Pagar pool juga terseret arus sampai ke jalan raya. Di tengah kondisi seperti itu, Akbar mengaku harus cerdas dalam mengambil kendali dan mengatur anggaran dengan cermat hingga membangkitkan semangat para kru bus.

Akan tetapi, tsunami dinilai Akbar justru menjadi semacam blessing in disguise alias berkah tersamar. Sebab, setelah gelombang itu pergi dan kondisi berangsur-angsur normal, bisnisnya semakin terangkat dan mulai normal karena banyak orang yang mengunjungi Aceh.

"Setiap proses tidak pernah menghianati hasil, jatuh bangun yang dialami Akbar membuatnya terbiasa menghadapi persoalan. Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya, akbar tertakdir harus menjadi dewasa sebelum waktunya dan berpikir seperti orang tua sebagaimana masih sibuk bermain seperti teman sebayanya," kata Akbar.

Kini, Akbar sudah berada pada titik dimana mencapai goals yang ia inginkan selama ini. Tentu tak perlu bersusah payah memikirkan bisnisnya seperti dulu lagi karena sudah berjalan dengan baik, namun tetap ada inovasi baru yang akan ia lakukan di masa-masa mendatang sesuai kebutuhan pasar.

Akbar mengatakan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi yang terbaik. Yang membedakan hanyalah usaha dan keseriusan dalam menapaki seluruh mimpi-mimpi di bumi.

"Pepatah juga mengatakan ‘tidak ada makan siang yang gratis’ begitu juga dengan kesuksesan tidak bisa dicapai dengan instan. Mengembangkan potensi bukan untuk status sosial yang lebih tinggi namun memberikan manfaat untuk banyak orang," terang Akbar.

Tidak hanya menekuni usaha otobus, Akbar sejak 2008 juga mulai melebarkan sayap dengan berekspansi di bidang perkebunan kelapa sawit tepatnya berlokasi di Blang Seunong, Aceh Timur. Jumlah lahan yang dimiliki tidak sedikit hampir mencapai 6000 hektare.

Kemudian, Akbar juga memulai bisnis baru yaitu membuka sebuah hotel bintang tiga di Medan yang diberi nama Hotel Saka yang berlokasi di Jalan Gagak Hitam Medan dan hotel berbintang empat yaitu Swissbell In Hotel di Jl.Gajah Mada Medan.

Di luar bisnis keluarga, ia juga tengah mengembangkan bisnis sendiri bersama beberapa teman pebisnis muda di bidang properti. "Bisnis di bidang realestate tengah berkembang pesat di ibukota Sumut, hal itulah yang membuat bisnis ini cukup menjanjikan," jelas Akbar.

Di sisi lain, ternyata Akbar memiliki hobi bidang olahraga yang membuat setiap aktivitas menjadi seimbang. Menurut pria kelahiran 25 November 1988 ini sangat penting mengisi kegiatan di luar bisnis dengan berorganisasi.

Selain aktif sebagai Ketua Umum Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Sumatera Utara, Akbar juga dikenal sebagai perally. Sejumlah event rally nasional diikuti driver Mitsubishi Evolution 9 itu. Pada 2006, dia bahkan pernah meraih juara nasional di kelas pemula.

"Kalau tidak ada urusan bisnis atau event rally, saya biasa bersepeda di sekitar Medan,” tandas anak pertama dari dua bersaudara pasangan bapak H. Buchari Usman dan Ibu Hj. Sisiliana Hasibuan tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas