Pecahan Gerabah Hias Kuno Ditemukan di Situs Kampung Lama Abar Sentani Papua
Situs Kampung lama Abar ini berada di tepi danau sentani, permukaan situs ditumbuhi rumput ilalang, lingkungan sekitar situs berupa hutan sagu
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Penelitian Balai Arkeologi Papua menemukan pecahan gerabah saat melakukan survei permukaan tanah di situs Kampung Lama Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura, Papua.
"Pecahan gerabah ini sangat unik, berbeda dengan gerabah masa kini yang dihasilkan oleh masyarakat Abar," kata Hari Suroto, Peneliti Balai Arkeologi Papua melalui keterangan tertulis yang diterima Tribun-Papua.com di Jayapura, Rabu (7/7/2021).
Situs Kampung lama Abar ini berada di tepi danau sentani, permukaan situs ditumbuhi rumput ilalang, lingkungan sekitar situs berupa hutan sagu, dan terdapat mata air.
Situs Kampung Lama Abar merupakan situs hunian prasejarah.
Saat ini Kampung Abar merupakan satu-satunya kampung yang masih eksis membuat gerabah.
Baca juga: Pria Pencari Ikan di Sumbar Ditemukan Tewas dalam Hutan, Diduga Korban Keganasan Hewan Buas
Pecahan gerabah yang ditemukan di situs, kata Hari Suroto, terdapat dua jenis, berdinding tebal dan berdinding tipis.
Gerabah berdinding tebal merupakan tempayan, pada masa lalu dipergunakan untuk menyimpan tepung sagu dan air.
Gerabah berdinding tipis, merupakan periuk, digunakan untuk memasak.
Gerabah di situs ini, kata dia, bagian tepian juga berfungsi sebagai pegangan, pegangan saat mengkat gerabah dari tungku.
Selain itu pecahan gerabah situs kampung Lama Abar juga berpola hias lubang, yang dibuat dengan cara ditusuk.
Lubang ini selain berfungsi sebagai estetika juga berfungsi untuk mengikat tali, saat gerabah diangkat, atau untuk mengikat gerabah di atas perapian.
Motif tersebut sudah tidak ditemukan lagi dalam gerabah tradisional kampung abar.
Motif tersebut sudah punah, gerabah kampung abar masa kini lebih sederhana. Gerabah yang ditemukan di situs, merupakan gerabah dari masa neolitik atau manusia prasejarah sudah tinggal menetap di perkampungan.
Penelitian Arkeologi ini juga melibatkan dosen Antropologi Universitas Cenderawasih, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangda) Kabupaten Jayapura, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura.