Kisah Randi Julian, Lulusan Australia yang Pulang Kampung untuk Bangun Desa di Kalteng
Didirikannya HANDEP atas dasar keprihatinan Randi terhadap ketidakadilan yang dialami masyarakat Dayak dari dampak eksploitasi tambang
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekitar 80% wilayah Kalimantan Tengah didominasi oleh hutan, itulah sebabnya provinsi itu memiliki keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang melimpah.
Namun, pertambangan dan perkebunan sawit tersebar luas hampir di seluruh wilayah tersebut sejak dua puluh tahun teakhir.
Sebagian besar penduduk di wilayah Kalimantan Tengah bermata pencaharian sebagai petani dan penambang emas tradisional.
Pemanfaatan sumber daya alam oleh perusahaan besar yang ada disana kebanyakan hanya menguntungkan perusahaan itu sendiri dan segelintir orang, tetapi tidak menyejahterakan masyarakat serta membawa berbagai kerusakan lingkungan.
Setelah menyelesaikan pendidikan magisternya di Australia, Randi Julian Miranda (29) pun memilih untuk kembali ke kampung halamannya di Puruk Cahu, Kalimantan Tengah.
Baca juga: Sempat Terpuruk, UMKM di Dairi Ini Bisa Bangun Rumah Berkat Jadi Agen Laku Pandai
Dia berusaha mencari cara untuk tetap bisa memanfaatkan hasil alam di bumi Kalimantan secara berkelanjutan serta memajukan desa-desa yang ada disana.
Dengan banyaknya ragam potensi sumber alam yang dimiliki Kalimantan Tengah, Randi Julian Miranda terinspirasi membangun brand bernama HANDEP (Handmade Ethical Product) yang bergerak di bidang fashion ramah lingkungan dan produk agrikultur dengan konsep social enterprise.
Social enterprise adalah sebuah usaha yang dibangun tidak hanya demi mencari keuntungan semata, tetapi juga membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
Didirikannya HANDEP atas dasar keprihatinan Randi terhadap ketidakadilan yang dialami masyarakat Dayak dari dampak eksploitasi tambang serta hasil hutan yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar.
Di akhir tahun 2018, Randi mendirikan HANDEP dengan memanfaatkan bahan dari alam dan pengerjaan yang ramah lingkungan dengan menggali salah satu kekayaan alam yang melimpah di Kalimantan Tengah, yaitu rotan.
Hasil alam ini kemudian diolah menjadi produk fashion seperti tas, topi, keranjang, dan aksesoris lainnya.
“Kenapa rotan? Karena rotan merupakan jenis tumbuhan lokal yang sangat berkelanjutan, rotan merupakan jenis tumbuhan yang cepat tumbuh (fast growing) dan hanya bisa tumbuh di ekosistem hutan karena cara hidupnya dengan merambat di pohon-pohon. Pakai rotan berarti jaga hutan, jaga bumi, jaga kita semua”, kata Randi.
Baca juga: Ketua DPR Dorong Upaya Wujudkan Konsolidasi Fiskal 2023 di Tengah Ketidakpastian Karena Pandemi
HANDEP sendiri menggunakan konsep sustainable fashion yang bertujuan untuk membantu menjaga lingkungan serta pelestarian hutan dan budaya masyarakat di Kalimantan Tengah.
Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah sendiri mempunyai tradisi menganyam rotan dengan motif tribal ciri khas Dayak yang sangat unik, potensi ini bisa dikembangkan menjadi produk yang dapat memperkenalkan keunikan dan ciri khas suku Dayak,” jelas Randi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.