Awali Bisnis Warkop, Pria Ini telah Memiliki 700 Warteg dan Dampak Pandemi pada Bisnisnya
Tidak hanya memiliki cabang warteg di Jabodetabek, Yudi juga membuka di daerah lain seperti Bandung, Semarang, Purwokerto, Kudus hingga Palembang
Editor: Eko Sutriyanto
Di usianya yang masih cukup muda, Yudi mengerjakan apa saja, termasuk menjadi penjual asongan sebelum akhirnya ia memutuskan membuka warteg pinggir jalan di daerah Cilandak.
"Saya lulus SD usia 14 tahun, kemudian dua tahun membantu orangtua bertani di rumah, kemudian memutuskan merantau ke Jakarta.
Berbekal tekad dan niat saya awal tiba di Jakarta pernah jadi penjual asongan.
Kemudian singkat cerita, tahun 1995 saya menikah, kemudian membuka warteg di pinggir jalan karena belum ada modal.
Akhirnya saya punya modal Rp 500 ribu, kemudian pinjam di saudara Rp 3 juta, di bank Rp 3 juta, terkumpul Rp 6,5 juta.
Saya pakai untuk membeli warung, itupun joint dengan teman dan buka warteg di sana. Itulah cikal bakal usaha warteg Kharisma Bahari milik saya," ungkap Yudi, pada Tribunjateng.com, Senin (9/8/2021).
Awal membuka warteg pada tahun 2000, Yudi mengaku tidak langsung memberikan nama Kharisma Bahari.
Nama tersebut baru dipakai setelah ia membuka cabang yang ketiga sekitar tahun 2009 kemudian semakin berkembang di tahun 2010.
Bahkan saat ini warteg milik Yudi sudah menjadi grup yang diberi nama WKB group yang di dalamnya berisi beberapa cabang usaha lain namun masih berhubungan dengan warteg.
Tidak hanya memiliki cabang warteg di Jabodetabek, Yudi juga membuka di daerah lain seperti Bandung, Semarang, Purwokerto, Kudus, dan terakhir di Palembang.
"Saat ini jumlah cabang Warteg Kharisma Bahari kurang lebih ada 700-an warteg. Kalau bahas omzet tiap cabang tentu berbeda sesuai lokasinya juga. Jadi kadang ada yang omzet Rp 1 juta, ada yang omzet Rp 1 juta - Rp 5 juta. Yang lebih dari angka tersebut juga ada. Jadi ya relatif kalau bahas masalah omzet. Selain itu rata-rata karyawan yang biasa di warteg paling tidak ada lima orang, dan pengelola utama tentu saya dan isteri," ujarnya.
Yudi memiliki tiga orang anak, yang pertama lulusan S1 sudah menikah sedangkan anak kedua masih SMA dan anak ketiga masih SD.
Dari ketiga anaknya, menurut Yudi yang kemungkinan menjadi penerus usahanya atau yang memiliki minat di bidang usaha adalah si sulung atau anak pertama.
Hal ini bisa dilihat karena setelah lulus S1, Yudi menyarankan untuk lanjut pendidikan, namun sang anak menolak dan mengatakan bahwa ia ingin menjalankan usaha saja sama seperti bapaknya (Yudi).
Baca juga: Pengelola Warteg Ini Siap Ikuti Aturan Pemerintah Jalani Vaksinasi Covid-19
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.