Kisah Penjaga Kamar Jenazah RSUD Wangaya, Tiap Malam Tidur di Samping Jasad Covid-19
Ida Bagus Gede Rama Praba Vananda adalah Kepala Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD Wangaya.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR – Ida Bagus Gede Rama Praba Vananda adalah Kepala Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD Wangaya.
Ia dengan beberapa orang anggotanya dalam beberapa waktu ini sangat sibuk dengan tugasnya.
Pasalnya, saat pandemi Covid-19, kamar jenazah RSUD Wangaya selalu dipenuhi dengan pasien yang meninggal.
Rama Praba berkisah petugas sampai sedikit kewalahan dengan overload-nya penitipan jenazah di RSUD Wangaya.
Bahkan, petugas yang jaga malam harus rela tidur berdampingan dengan jenazah.
Pasalnya, kantor mereka juga dikapling untuk tempat penitipan jenazah.
Baca juga: PPKM Diperpanjang, Epidemiolog: Optimis Kasus Covid-19 Bisa Semakin Menurun
"Malam kan saya harus jaga. Dan saya biasa berdampingan sama jenazah tidur, cuma dibatasi terpal saja," katanya kepada Tribun-Bali.com, Selasa 10 Agustus 2021 siang.
Menurut Rama Praba, tempat penitipan jenazah di RSUD Wangaya memiliki kapasitas 21 jenazah. Tapi saat ini sudah terisi 71 jenazah.
Akibatnya, lantai dua pada gedung kamar jenazah yang semula adalah kantor, kini setengahnya difungsikan sebagai tempat penitipan janazah.
Baca juga: Vaksinator yang Suntikkan Vaksin Covid-19 Kosong di Pluit Ditetapkan Jadi Tersangka
Selain itu, pihak RSUD Wangaya juga sampai membangun tenda darurat di samping gedung.
Dari pantauan Tribun-Bali.com di lokasi pada Selasa, 10 Agustus 2021 siang, tempat jenazah memang penuh.
Bahkan tempat pemandian jenazah juga diisi jenazah yang diletakkan dalam peti.
Kantor di lantai juga dua disekat dengan terpal untuk penitipan janazah.
Baca juga: Sembuh dari Covid-19 Belum Genap 3 Bulan, Bolehkah Disuntik Vaksin? Ahli Beri Penjelasan
Begitupun di tenda sudah tak tersedia space untuk janzah baru.
Rama Praba mengatakan penuhnya kamar jenazah ini dimulai sejak awal Juli 2021.
Penuhnya kamar jenazah ini diakibatkan oleh naiknya tingkat kematian di RSUD Wangaya.
Sebelum bulan Juli 2021, angka kematian dalam sehari rata-rata satu sampai dua orang.
Namun mulai awal Juli 2021 angka kematian meledak. Dalam sehari bisa lima hingga tujuh pasien yang meninggal.
"Kondisinya saat ini sudah banyak penambahan tempat. Karena Sanglah sudah tidak menerima penitipan jenazah, RSBM penuh dan di RS Kapal juga penuh," katanya.
Kondisi ini membuat pihaknya menolak beberapa penitipan jenazah.
Bahkan perhari ini pihaknya menolak 8 jenazah yang akan dititipkan dari Tabanan dan beberapa rumah sakit swasta di Denpasar.
Karena selama ini juga ada penitipan jenazah dari Tabanan termasuk dari RS Kapaal.
"Bahkan di kami sekarang, ada yang menunggu satu jenazah di Kamar Merak yang belum bisa masuk ke kamar jenazah karena penuh," katanya.
Ia mengatakan untuk kapasitas freezer di kamar jenazah ini sebanyak 21.
Freezer tersebut diperuntukkan untuk jenazah non Covid.
Dari 21 tempat tersebut, sudah terisi 19 jenazah, sehingga masih kosong dua tempat.
Baca Juga: Perharinya Dapur Umum Gotong Royong di Denpasar Ini Siapkan 500 Paket Nasi Vegetarian
Sementara itu, untuk jenazah yang terkonfirmasi Covid-19 dan beberapa jenazah non Covid-19 diletakkan di dalam peti yang tersebar di lantai bawah, lantai dua, dan di tenda.
Untuk di lantai bawah, dititipkan sebanyak 22 jenazah.
Di lantai dua dititipkan sebanyak 6 jenazah. Dan di tenda dititipkan sebanyak 24 jenazah.
"Tiga hari lalu sempat penuh sampai tidak ada space sedikitpun termasuk di freezer," ungkapnya.
Petugas pun sampai sedikit kewalahan dengan kondisi ini.
"Ya kami memang cukup kewalahan karena banyak. Tapi karena tugas kami tak boleh mengeluh," imbuhnya.
Ia menambahkan, beberapa warga juga sampai menangis meminta agar bisa menitipkan jenazah di RSUD Wangaya.
Namun karena kapasitas sudah penuh pihaknya pun terpaksa menolak.
"Bulan April sampai awal Juni kemarin cuma ada 8 jenazah yang dititip di sini. Sedangkan bulan lalu sampai 55," katanya.
Banyaknya jenazah yang dititip di RSUD Wangaya juga dikarenakan adanya kepercayaan umat Hindu akan hari baik.
Karena setiap mau menguburkan ataupun membakar jenazah harus sesuai hari baik. (Putu Supartika)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Kisah Petugas Kamar Jenazah di RSUD Wangaya; Overload, Saya Sampai Tidur Berdampingan Jenazah