Cerita Relawan Tempuh Jarak 300 Km dari Batola Demi Membantu Penanganan Banjir di Katingan Kalteng
Kedatangan tim merupakan panggilan nurani dan merasa bahwa warga terdampak adalah keluarga sehingga perlu turun membantu penanganan banjir di Katingan
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, KATINGAN - Relawan merupakan sumber daya yang tidak terpisahkan dalam upaya penanggulangan bencana di suatu wilayah, khususnya pada saat masa tanggap darurat.
Pada saat banjir melanda Kabupaten Katingan, mereka mendukung percepatan penanganan darurat di lokasi terdampak.
Dukungan relawan tersebut terefleksi pada kisah menarik yang dijumpai saat penanganan darurat banjir Katingan.
Banyak relawan turut membantu penanganan banjir sejak pemerintah daerah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir pada 23 Agustus 2021 lalu.
Salah satunya tim gabungan yang terdiri dari Barisan Pemadam Kebakaran dan Petugas Pemadam Kebakaran (BPK/PMK) Emergency yang berasal dari Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan.
Para relawan dari tim gabungan ini harus menempuh jarak 300 kilometer melalui perjalanan darat menuju Kabupaten Katingan untuk membantu penanganan bencana.
Hal itu dikatakan oleh Ambrulah, koordinator tim gabungan BPK/PMK Emergency Batola, saat ditemui di Posko Bencana Banjir Kabupaten Katingan.
"Perjalanan dari Batola ke Katingan cukup jauh, kami menempuh jarak 300 kilometer sekitar delapan jam untuk sampai posko ini," kata Ambrulah dalam keterangannya, Selasa (14/9/2021).
Ia bercerita, kedatangannya dan tim merupakan panggilan nurani dan merasa bahwa warga terdampak adalah keluarga sehingga perlu turun membantu penanganan banjir di Katingan.
"Ketika mendengar dari laporan Whatsapp dan cukup viral di medsos (media sosial) kami merasa para warga terdampak merupakan saudara kami meskipun beda daerah, kemudian kami memutuskan untuk mengirim tim ke sini," tuturnya.
"Sebelum berangkat, kami berkoordinasi dengan BPBD Batola untuk meminta dukungan kendaraan dan juga peralatan. Akhirnya kami dipinjamkan empat mobil, satu perahu karet, 10 jaket pelampung dan obat-obatan," lanjut Ambrulah.
Lebih lanjut, ia menambahkan, timnya terdiri dari berbagai latar belakang dan memiliki kemampuan penanganan bencana.
"Tim kami terdiri dari berbagai macam latar belakang, ada yang pekerja, mahasiswa dan pelajar. Tentunya memiliki kemampuan dan pengalaman penanganan bencana," ujarnya.