Agar Tak Diendus Polisi, Geng Pengedar Sabu Ini Bikin Markas di Tengah Kebun Kopi
AN memilih empat khusus yang dirahasiakan dan terpencil di tengah kebun kopi sebagai markasnya.
Editor: Choirul Arifin
Di ujung jalan rusak dan gelap itu, mobil petugas kemudian mengarah ke jalan di tengah kebun kopi yang juga gelap gulita, sebelum sampai ke rumah orang yang dicarinya.
"Petugas tak langsung menangkapnya namun seperti orang bertamu. Di antaranya dengan mengetuk pintu rumahnya," ujarnya.
Setelah dibukakan pintu sendiri oleh AN, petugas berpura-pura sebagai pembeli baru. Tujuannya mengetahui apakah AN punya barang atau tidak.
Namun AN mengatakan tidak melayani eceran seperti kebanyakan pembeli barang itu, tetapihanya paket hemat.
Misalnya, harus membeli minimal 10 butir pil double L.
"Begitu diiyakan oleh petugas, AN tak langsung menunjukkan barang namun terkesan berbelit-belit," ungkapnya.
Petugas pun menduga kalau AN sudah curiga, sehingga langsung mengeledahnya.
Setelah dicari di sejumlah tempat di rumah itu, petugas menemukan dua botol bekas obat di dekat aquarium. Satu botol itu berisi 500 butir dan satu lagi berisi 150 butir.
Di rak lainnya, petugas menemukan dua poket sabu senilai Rp 1,5 juta, di bawah tumpukan empat bungkus rokok yang masih tertutup rapat.
Bukan hanya menemukan barang, petugas juga menemukan buku yang berisi daftar nama-nama.
Diduga itu adalah daftar nama orang yang menjadi pelanggannya. "Kami masih mengembangkannya, dari mana ia beli barang itu," pungkasnya.
Artikel ini tayang di Surya.co.id dengan judul Polisi Tempuh Jalur Berliku, Pengedar Sabu asal Blitar Ditemukan Bermarkas di Tengah Kebun Kopi
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Deddy Humana