Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PROFIL Sumy Hastry, Polwan Pertama yang Jadi Dokter Forensik, Kini Tangani Kasus Pembunuhan Subang

Berikut profil Kombes Pol Dr dr Sumy Hastry Purwanti yang telah dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.

Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in PROFIL Sumy Hastry, Polwan Pertama yang Jadi Dokter Forensik, Kini Tangani Kasus Pembunuhan Subang
Tribun Jateng/Muh Radlis
Kombes Pol Sumy Hastry Purwanti, saat ditemui di ruangan kerjanya di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jateng, Semarang, Selasa (30/8/2016). TRIBUN JATENG/MUH RADLIS 

TRIBUNNEWS.COM - Hingga kini polisi masih belum mengungkapkan siapa pelaku pembunuhan Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (24), yang ditemukan tewas di bagasi mobil Alphard, pada 18 Agustus 2021 lalu.

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Erdi A Chaniago, mengungkapkan polisi sudah menemukan petunjuk baru terkait penyebab kematian Tuti dan Amalia.

Oleh karena itu, polisi memutuskan untuk melakukan autopsi ulang pada korban yang merupakan ibu dan anak ini, Sabtu (2/10/2021).

Selanjutnya, hasil autopsi akan disesuaikan bukti dan petunjuk yang telah didapatkan polisi.

"Kita sedang mencari kesesuaian antara bukti dan petunjuk yang telah kita temukan yang baru dengan penyebab kematian," kata Kombes Pol Erdi A Chaniago, Senin (4/10/2021).

Baca juga: Berikut yang Difokuskan Polisi Pasca Autopsi Kedua Korban Pembunuhan di Subang

Erdi menambahkan proses autopsi ini juga dilakukan untuk melihat luka yang ada pada tubuh Tuti dan Amalia.

Agar bisa dipastikan, apakah luka berasal dari benda tumpul, benda tajam, atau ada penyebab lainnya.

Berita Rekomendasi

Selain itu, hasil autopsi ulang ini akan mengungkapkan apakah Tuti dan Amalia sempat memberikan perlawanan atau tidak kepada pelaku.

Salah satu anggota Polri yang ikut melakukan proses autopsi ulang jenazah Tuti dan Amalia ini adalah Kombes Pol Dr dr Sumy Hastry Purwanti.

Lantas siapakah sebenarnya Kombes Pol Dr dr Sumy Hastry Purwanti ini?

Berikut profil Kombes Pol Dr dr Sumy Hastry Purwanti yang telah dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.

Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Sumy Hastry Purwanti saat memberi keterangan di Jakarta Timur, Jumat (28/2/2020).(TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)
Kombes Sumy Hastry Purwanti saat memberi keterangan di Jakarta Timur, Jumat (28/2/2020).(TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA) (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Baca juga: Temuan Petunjuk Baru Jadi Alasan Polisi Autopsi Ulang Jenazah Korban Pembunuhan di Subang

Profil Kombes Pol Dr dr Sumi Hastry Purwanti

Dilansir Kompas.com, nama Hastry sudah tidak asing lagi bagi dunia forensik Indonesia.

Pasalnya Hastry sudah berpengalaman dalam proses identifikasi korban di berbagai peristiwa besar yang terjadi di tanah air, di antaranya:

- Bencana Gempa Bumi Yogyakarta (2006)

- Bom Hotel JW Marriott Jakarta (2009)

- Identifikasi jenazah teroris Noordin M Top (2009)

- Gempa Bumi Padang, Sumatera Barat (2009)

- Kecelakaan Pesawat Sukhoi SSJ-100 di Gunung Salak, Bogor Jawa Barat (2012)

Baca juga: UPDATE Kasus Subang: Ahli Forensik Sebut Kebenaran Segera Terungkap hingga Warga Perketat Keamanan

Awal Menekuni Forensik

Diketahui, Hastri mulai fokus menekuni bidang forensik saat ia terlibat dalam sebuah operasi di suatu TKP pembunuhan pada tahun 2000 lalu.

Saat itu Hastry mendapatkan saran dari Kepala Satuan Reserse Kriminal Poltabes Semarang Ajun Komisaris Purwo Lelono, untuk menekuni bidang forensik.

Saran itu akhirnya membuat Hastry termotivasi, karena saat itu keahlian forensik masih belum dimiliku oleh polwan lain.

Bahkan Hastry merupakan polwan pertama yang menjadi seorang dokter forensik.

Baca juga: Autopsi Pembunuhan di Subang Temukan Petunjuk Baru, Berikut Pernyataan Polisi

”Ketika mendapat saran itu, saya termotivasi karena keahlian forensik ketika itu belum dimiliki polwan lain. Saya adalah polwan pertama yang menjadi dokter forensik,” kata Hastry dilansir Kompas.com.

Wanita kelahiran 23 Agustus 1970 ini kemudian bergabung dalam berbagai operasi tim Identifikasi Korban Bencana atau Disaster Victim Identification (DVI) Polri.

Tugas pertama Hastry dalam tim forensik adalah mengidentifikasi korban bom Bali I pada 2002 silam.

Sejak saat itu Hastri pun memiliki tekad untuk mendalami bidang forensik.

Baca juga: Sehari Setelah Autopsi Tuti dan Amalia, Puluhan Polisi Datangi TKP Pembunuhan di Subang

Yakni dengan menekuni studi kedokteran forensik di Universitas Diponegoro, pada 2002-2005.

Di tengah proses studinya pun Hastry masih mendapat tugas untuk mengidentifikasi korban bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta (2004), kecelakaan pesawat Mandala di Medan (2005), dan bom Bali II (2005).

Tak hanya itu, Hastry juga terus menekuni pendidikan spesialisnya, di antaranya mengikuti kursus DVI di Singapura pada 2006, kursus DNA di Malaysia (2007) dan kursus identifikasi luka ledakan di Perth, Australia (2011).

Saat ini ia menjabat sebagai kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Prof. Awaloeddin Djamin Semarang.

Baca juga: Pembunuh Ibu dan Anak di Subang Belum Diketahui, Keluarga Tuti Takut Alami Kejadian Seperti Korban

Perlu Ketelitian dan Kesabaran untuk Identifikasi Jenazah

Hastry menuturkan, dalam mengidentifikasi jenazah diperlukan ketelitian dan kesabaran yang tinggi.

Agar nantinya hasil identifikasi jenazah bisa didapatkan dengan akurat.

Bahkan Hastry mengaku lebih memilih tidak melakukan identifikasi jenazah dibandingkan ia harus melakukan identifikasi yang salah.

”Saya lebih memilih tidak mengidentifikasi jenazah dibandingkan melakukan identifikasi yang salah,” ungkap Hastry.

Baca juga: UPDATE Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang: Makam akan Dibongkar hingga Ada Dugaan Direncanakan

Menurut Hastry, di Indonesia sendiri yang menjadi kendala Tim DVI adalah keinginan pihak keluarga atau pemerintah itu sendiri

Pasalnya, baik pihak keluarga atau pemerintah biasanya selalu ingin segera mengetahui hasil identifikasi dalam waktu singkat.

Padahal proses identifikasi ini membutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar, agar hasil identifikasi bisa dipertanggungjawabkan.

"Ada dugaan, kami mempersulitlah. Padahal, semua membutuhkan proses agar hasil identifikasi kami dapat dipertanggungjawabkan," ujarnya.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)(Kompas.com/Ira Gita Natalia Sembiring)

Baca berita lainnya terkait Ibu dan Anak Tewas di Mobil.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas