Konflik Lahan Berakhir Pembunuhan, Preman Berkedok Ormas Disebut Hasut Petani Indramayu
Aksi premanisme di ladang tebu Pabrik Gula Jatitujuh yang menewaskan dua petani asal Majalengka menjadi perhatian banyak pihak.
Editor: Hendra Gunawan
Edwin mengatakan, agar para penggarap di Majalengka menunda pelaksanaan penggarapan lahan untuk sementara waktu.
"Untuk sementara, pelaksanaan penggarapan lahan dihentikan sementara. Demi kondusifitas dan tak ada lagi korban," ujar Edwin.
Pihaknya berjanji, akan melakukan koordinasi lebih intens kepada pihak terkait demi membantu para petani agar bisa menggarap lahan tebu lagi.
Untuk saat ini, proses hukum bagi para pelaku yang telah ditangkap bisa dipastikan terus berjalan.
"Hari ini ada 26 orang yang diminta keterangan. Semoga Polres Indramayu bisa segera mengungkap siapa pelakunya," ucapnya.
Terkait penangkapan terhadap Ketua FKamis yang diduga kelompok yang melakukan penyerangan, Edwin mengaku ikut andil dalam menangkap orang tersebut.
Hal itu dilakukan pada hari kemarin paska insiden berdarah yang menghilangkan nyawa dua warga Kabupaten Majalengka.
"Jadi, beberapa hari kemarin sudah ada orang Indramayu yang dibacok juga yang dilakukan FKamis. Kami bersama Polres Indramayu, telah menangkap di Desa Amis, inisial T," jelas dia.
Seperti diketahui, perselisihan lahan berujung maut terjadi di perbatasan Kabupaten Indramayu dan Majalengka, Senin (4/10/2021).
Perselisihan itu mengakibatkan renggutnya dua warga asal Kabupaten Majalengka bernama Suhenda dan Yayan.
Dua korban sendiri merupakan kelompok dari kemitraan PG Jatitujuh yang mana berselisih lahan dengan kelompok Forum Komunikasi Masyarakat Indramayu Selatan (FKamis) Kabupaten Indramayu.
Peristiwa tersebut terjadi di petak 112 wilayah Kerticala, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu sekitar pukul 11.00 WIB kemarin. (Dwiki Maulana Vellayati/Tribun Jabar)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Buntut Perselisihan Lahan Tebu Berdarah, Polres Majalengka Minta Warga Tak Garap Lahan Rebutan Dulu