Kembali ke Pangkuan Orangtua dan NKRI, Pelajar Ini Ungkap Penyebab Terpengaruh NII
Pelajar tersebut tetap mengaku bahwa terpapar paham radikal NII karena belajar dan pengalamannya sendiri.
Editor: Erik S
GI meninggalkan NII setelah terlibat dua tahun. Dia juga jarang pulang ke rumah orangtuanya dan memilih berhenti sekolah.
Baca juga: Warga Garut yang Terlanjur Menikah Siri dan Belum Punya Buku Nikah Diarahkan Nikah Isbat
Suasana haru menyelimuti saat GI pulang kepada orangtuanya. Tangis GI pecah.
Suasana mengharukan itu disambut dengan kembalinya sang anak ke pangkuan orang tuanya yang sebelumnya disebut-sebut telah dibaiat oleh kelompok radikal NII.
"Hasil dari musyawarah, anak tersebut islah dan kembali kepada orang tuanya," kata lurah.
Puluhan anak muda Garut diduga telah terpapar
Seorang remaja berusia 15 tahun di Garut diduga telah terpapar paham radikalisme NII yakni di Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Garut, Wahyudijaya, mengatakan pihaknya saat ini tengah berupa mengembalikan anak tersebut dengan puluhan orang lain yang yang terpapar paham radikalisme.
Baca juga: Polri Dalami Dugaan NII Baiat 59 Warga di Garut
"Seorang anak teridentifikasi memposisikan pemerintah itu sebagai thagut dan dia tidak mau kembali kepada orang tuanya," ujarnya saat diwawancarai Tribunjabar.id di kantornya, Rabu (6/10/2021).
Wahyu menjelaskan saat ini Majelis Ulama Indonesia bersama semua pihak tengah memberikan penyembuhan pemahaman kepada anak tersebut.
"Kesbangpol, lebih pada pembinaan lebih lanjutan karena bagaimana pun juga mereka adalah bagian dari warga bangsa, upaya kami saat ini mengembalikan mereka ke pangkuan NKRI," ucapnya.
Baca juga: HNW Minta BNPT Waspadai Pengaburan Sejarah Kelam Komunis Radikal di Indonesia
Menurutnya saat ini ada 59 orang warga Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota yang teridentifikasi terpapar paham radikal dengan beragam usia ermasuk anak-anak.
Kelompok radikal NII menurutnya menyasar anak-anak yang labil dengan doktrin cuci otak yang seolah-olah mereka benar.
Sehingga bisa berpotensi membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Kalau berbicara bahaya ini memang mindset warga negara yang berideologi di luar pancasila, ini tentunya potensi bahaya. Bisa saja suatu saat mereka terakumulasi pada satu gerakan masif," ucap Wahyudijaya.
Namun ia menilai ideologi NII yang saat ini menyasar anak-anak di Garut masih dalam bentuk partisan sehingga belum ada gerakan makar.
(Penulis: Sidqi Al Ghifari)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Tangis Orang Tua di Garut Pecah Saat Anaknya yang Terpapar Paham NII Memilih Kembali ke NKRI