Hasil Bedah Bangkai Terungkap Matinya Harimau Sumatera di Jambi akibat Malnustrisi
Lengan kanan depannya juga ditemukan dalam kondisi fraktur atau patah (fraktur oblique humerus dextra), yang belum diketahui penyebabnya.
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jambi Aryo Tondang
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi mengungkap penyebab kematian harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang terkam tiga warga Merangin beberapa waktu lalu.
Kepala BKSDA Jambi, Rahmad Saleh mengungkapkan, hasil necropsy sementara harimau betina tersebut mati dengan diagnosis penyakit malnutrisi kronis.
"Dari gambaran perubahan baik dari pemeriksaan darah maupun gambaran perubahan organ secara Nekropsy (bedah bangkai), maka dapat disimpulkan sementara bahwa penyebab kematian harimau Sumetera tersebut adalah “malnutrisi kronis”," kata Rahmad, Rabu (3/11/2021).
Diagnosis penyakit yang diderita harimau tersebut, buntut dari rentetan cidera yang dialami oleh harimau, sejak beberapa bulan lalu.
Pemeriksaan sementara, kaki kanan depan harimau mengalami luka, yang diduga bekas jerat pemburu.
Tidak hanya itu, kondisi kuku kaki bagian kanan harimau juga ditemukan tidak utuh, hanya tersisa empat kuku.
Satu kukunya juga ditemukan dalam kondisi patah, tetapi masih menempel di kaki.
Baca juga: Detik-detik Bocah 12 Tahun Diterkam Harimau, Ibu Dengar Jeritan Lalu Temukan Anaknya Sudah Tewas
Kondisinya memprihatinkan, kaki kanannya membengkak dan tidak dapat digunakan berjalan.
Tidak hanya itu, lengan kanan depannya juga ditemukan dalam kondisi fraktur atau patah (fraktur oblique humerus dextra), yang belum diketahui penyebabnya.
Hal tersebut membuat harimu mengalami komplikasi penyakit hingga keluar di dalam hutan lantaran kesusahan untuk berburu mangsa.
Saat dievakuasi ke TPS pada tanggal 17 Oktober lalu, kondisi "si belang" sudah sangat buruk (kurus kering).
"Ditemukan juga malnutrisi, letargi, nafsu makan buruk, terlihat kaki kanan depan membengkak dan tidak digunakan untuk berjalan," bilang Rahmad.
Meski telah dilakukan tindakan medis berupa pemberian obat-obatan vitamin (supportif), anti inflamasi dan anlgesik serta pemberian pakan secara berkala, berupa ayam hidup, kelinci, hati sapi serta vitamin (supportif) anti inflamasi dan anlgesi serta antibiotik.
Namun, seringkali makanan tersebut tidak dihabiskannya.
"Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah (kimia dan hematologi) menggambarkan bahwa harimau mengalami anemia berat, (gambaran Hb 5,81 g/dl, normalnya 8-15 g/dl), dehidrasi yang sangat berat," tukas Rahmad.
Selanjutnya, kata dia, dari hasil pemeriksaan nekropsi (bedah bangkai) menunjukan beberapa perubahan yang signifikan, seperti membran mukosa yang pucat, mata yang sangat cekung, konjungtiva pucat, organ lambung hingga usus yang mengalami perlukaan.
Di samping itu, masa otot/daging yang sangat tipis dan satwa mengalami patah tulang (fraktur obligue humerus dektra) sehingga menyulitkan satwa dalam berburu makanan atau mangsa.
"Untuk mengetahui secara pasti peyebab kematian harimau tersebut, kami akan mengirimkan sampel organ ke laboratorium PSSP (Pusat Study Satwa Primata)," tuturnya.
Kemudian, pada Kamis, 28 Oktober lalu, dilakukan tindakan medis oleh tim medis Balai KSDA Jambi, yakni drh Yuli Akhmal dan drh Zulmanudin bersama dengan drh Sugeng Dwi Hastono dari Amanah Veterinary Services, Lampung berupa pembiusan untuk pemeriksaan fisik, pengambilan sampel darah dan feses hasil pemeriksaan sampel feses ditemukan telur cacing Cooperia sp.
Baca juga: Detik-detik 2 Warga di Aceh Selatan Jumpa Harimau Saat Mencari Kambing, Selamat Setelah Panjat Pohon
'Berdasarkan pemeriksaan radiologi diketahui kaki kanan depan mengalami fraktur atau patah (fraktur oblique humerus dextra ) dan luxatio dan hasil pemeriksaan darah (laboratorium) menunjukkan malnutrisi," ungkap Rahmad.
Berikutnya, Jumat, 29 Oktober tim dokter memberikan ayam broiler dan hati ayam, namun tidak dimakannya. Khawatir akan keselamatannya, tim melakukan tindakan medis, yaitu pemberian vitamin, antibiotik, antiinflamasi dan Bio energy.
"Pada Sabtu, 30 Oktober satwa buas tersebut terlihat masih terbaring dan lemas. Petugas kemudian melakukan tindakan medis berupa pemberian vitamin bio energy dan vitamin, pengulangan antiradang dan antibiotik.
Sehari berikutnya, siang dan malam hari diberikan pakan berupa hati sapi. Saat itu, harimau masih mau makan mau minum.
Melihat itu, tindakan medis yang dilakukan berupa pemberian vitamin dan bio energy. Namun demikian, satwa terlihat masih berbaring dan lemas.
Setelah 15 hari dalam ruangan observasi dan dirawat dokter hewan dari BKSDA Jambi, harimau yang berusia lebih dari 10 tahun tersebut diketahui memiliki komplikasi penyakit di tubuhnya.
"Jadi rentetan cidera yang dialami, patah di lengan dan luka jerat, menyebabkan harimau tidak bisa berburu, dan tidak dapat asupan makanan, kemudian timbullah penyakit lainnya, sehingga didiagnosa dengan penyakit malnutrisi kronis," tutup Rahmad.
Artikel ini telah tayang di TribunJambi.com dengan judul Malnutrisi Kronis Sebabkan Harimau Sumatera yang Terlibat Konflik dengan Manusia di Jambi Mati